Sosok yang digambarkan sebagai Budhe Marjanti memang masih ada dalam real life. Seorang paes manten tak bisa dipandang sebelah mata. Menjadi paes manten bukan sekadar pekerjaan, melainkan salah satu cara melestarikan tradisi. Paes diambil dari kata me.ma.es yang artinya mempercantik muka dengan menggunakan bahan-bahan kosmetik dengan cara-cara tertentu serta bentuk tertentu (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/memaes). Budaya paes sendiri berkembang di daerah Solo dan Jogja dengan ciri khas masing-masing.
Berbeda jauh dengan tata kehidupan Tawangmangu, Jakarta tak lagi membatasi diri dengan budaya lokal. Segala arus kebudayaan sudah berbaur dalam bingkai ekosistem modern. Wajar jika penghuninya mulai bergerak bebas dan tak terbatas oleh adat tempatnya berasal. Kehidupan serba canggih di Jakarta adalah awal pemikiran di luar dugaan. Seperti Yasnina yang tercetak menjadi perempuan tangguh meski membangun karir di tengah metropolitan.
Hal lain yang menarik dari film ini adalah keikhlasan Yasnina untuk tetap berhubungan baik dengan orang-orang yang (moncoba) menghancurkannya. Pada dasarnya manusia tak bisa dengan mudah memaafkan, tetapi Yasnina mampu membuktikan bahwa ikhlas itu bisa menjadi nyata tanpa syarat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H