Mohon tunggu...
Latifah Hardiyatni
Latifah Hardiyatni Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Ibu Rumah Tangga

Memasak, membaca, dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ujung Simpul

7 Oktober 2022   22:57 Diperbarui: 7 Oktober 2022   22:59 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karya: Latifah Hardiyatni

Tangan Diana tak henti memijit pelipisnya yang terasa berdenyut sejak pagi tadi. Ini semua disebabkan oleh tingkah putra semata wayangnya, Niko. Bocah lelaki yang duduk di kelas tiga SD itu sejak pagi hanya bermain game online terus.

Memang benar jika game online membuat anak makin kreatif dan belajar memecahkan masalah. Namun, Diana juga mengkhawatirkan dampak negatif yang timbul karena keasyikan main game.

Seperti minggu lalu, mata Niko memerah karena terlalu lama bermain ponsel. Yang lebih mengkhawatirkan bagi Diana, beberapa hari terakhir ini konsentrasi Niko sedikit terganggu. Dia takut jika semua akan berlanjut begitu saja.

Sejujurnya, Diana ingin anaknya tak terlalu lama bermain ponsel. Namun, dia belum menemukan cara yang cocok untuk mengakhiri kebiasaan buruk Niko.

Mata Diana melirik televisi yang berada di ruang tengah. Di bawah televisi itu terdapat lemari setinggi delapan puluh sentimeter berisi koleksi buku-buku Diana. Berbagai jenis buku mulai dari buku anak-anak, manga, novel anak, novel remaja, hingga novel dewasa ada.

"Seandainya saja Niko gemar membaca sepertiku dulu," gumam Diana. 

Aneh memang, kegemaran membaca Diana tak menurun ke anaknya. Padahal, Diana sudah mengenalkan buku sejak usia dini. Niko malah lebih tertarik dengan ponsel yang menampilkan segala macam yang ada di bumi.

Diana mendesah pelan. Dia menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi tepat saat Niko datang mendekat.

"Bu."

"Apa?" tanya Diana sambil membenarkan posisi duduk.

"Ini ponselnya. Datanya abis. Besok kalo beli yang banyak, dong, Bu paket datanya."

Diana kembali mengembuskan napas dalam. Lalu, sebuah ide muncul.

"Ok. Tapi dengan satu syarat!"

Niko tak langsung menjawab. Dia tampak berpikir lebih dahulu hingga kedua alisnya bertautan.

"Apa syaratnya?"

Seulas senyum terbit di wajah Diana. "Kalo mau paket data yang banyak, kamu harus membaca satu buku cerita dulu," ujar Diana sambil menunjuk lemari buku.

"Hah?! Enggak salah, Bu?"

"Enggak, dong."

"Yah itu mah berat. Satu buku itu, kan, lama."

"Kata siapa? Enggak lama, kok."

Niko diam. Dia menunduk dengan jari telunjuk menempel ke bibirnya. Salah satu ciri khasnya kalau sedang berpikir keras.

"Jadi mau apa enggak?"

"Ya udah, deh, mau."

"Terus nanti kalo udah selesai baca kamu cerita isi bukunya apa sama Ibu. Ok?"

"Kalo aku lupa?"

"Kalo Niko bacanya pelan-pelan, terus pakai hati, pasti inget, kok."

"Ok, aku coba."

Gegas Niko berlari mengambil buku cerita. Sempat dia memilah terlebih dahulu. Baru setelahnya memutuskan akan membaca yang mana. Dia begitu antusias membaca buku, mungkin teringat akan hadiahnya.

Dua bulan berselang.

Niko kini makin gemar membaca buku. Katanya cerita dalam buku itu seru. Meski awalnya Diana mengiming-iming Niko dengan hadiah, kini tak lagi mempermasalahkan soal reward. Karena Niko sudah merasakan nikmatnya membaca buku. Buku menambah wawasan karena ia adalah jendela dunia.

Magelang, 7 Magelang 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun