Internalisasi nilai-nilai toleransi dari perpaduan budaya nasional dengan lokal adalah membiasakan murid-murid untuk dapat menerima budaya dari luar daerahnya untuk kemudian dipadupadakan dengan budaya lokalnya demi melestarikan eksistensi kebudayaan lokal yang ada di daerahnya.
Kedua, menggunakan strategi pembelajaran berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi dibagi menjadi 3, diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.  Beragamnya kebudayaan kota Depok, membuat murid-murid bebas  menentukan pilihan berdasarkan ketertarikannya.
Dalam membatik murid-murid diajarkan 2 teknik. Yaitu canting dan cap. Setelah keduanya dipelajari. Mereka kembali dibebaskan untuk memilih, dan melakukan proses membatik. Mayoritas murid perempuan memilih mencanting, sedangkan murid laki-lakinya semuanya mengecap. Perbedaan proses ini tentu berdampak pada pengalaman yang dirasakan oleh murid.
Meski tidak harus memiliki pengalaman yang sama, namun saling berbagi pengalaman atau bertukar informasi, dapat memperkaya pengetahuan murid. Karena itulah peneliti meminta murid-murid untuk menceritakan atau mempresentasikan batik yang telah mereka buat. Mulai dari sejarah motif batik yang mereka pilih sampai teknik pembuatannya.
Pemilihan motif dan teknik membatik dijadikan sarana oleh peneliti untuk menerapkan strategi pembelajaran berdiferensiasi. Di mana setiap murid atau kelompok mendapatkan informasi dan pengalaman yang berbeda-beda. Semarak merdeka belajarpun semakin terasa ketika anak-anak menceritakan masing-masing  pengalaman dan informasi yang ia peroleh melalui presentasi di kelas.
Perbedaan dalam keberagaman pada pembelajaran berdiferensiasi secara otomatis membiasakan murid agar terbiasa dengan kehidupan heterogen. Dalam kehidupan tersebut murid-murid dapat berbagi, menerima dan meghormati hak-hak setiap orang, meskipun orang tersebut tidak sama dengan dirinya. Hal ini juga dapat dikatakan dengan internalisasi nilai-nilai toleransi.
 Ketiga Memberdayakan Konteks
Ditilik dari artinya memberdayakan konteks ialah kegiatan yang mengarahkan atau menyiapkan sumber daya dari berbagai komunitas agar dimanfaatkan oleh murid untuk sumber belajar. Sumber belajar ini diharapkan mampu memberi kontribusi terhadap perubahan.
Peneliti memilih komunitas dari galeri Batik Tradju Mas Depok, di dalamnya terdapat sumber daya yang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh murid-murid. Â Mulai dari sumber alat dan bahan sampai sumber daya pendidik yang terdiri dari pembatik-pembatik terlatih yang sudah terbiasa membatik motif-motif khas kota Depok. Sehingga murid-murid dapat merasakan pengalaman langsung belajar membatik dari ahlinya.
Menurut informasi dari pemilik galeri Batik Tradju Mas Depok, tenaga ahli tersebut didatangkan langsung dari kota batik, yaitu Pekalongan. Di mana kelihaian dan kemahiran mereka dalam membatik tidak diragukan lagi. Selain dari pekalongan ada juga yang dari Depok asli, sehingga informasi tentang sejarah kebudayaan dan kekhasan kota Depok dapat diterima secara utuh oleh murid.