Bentuk saling pengertian lainnya, lanjut Anwar, adalah dengan didirikannya Masjid Al Yaqin, salah satu masjid utama di Bondo. Beberapa tahun lalu, masjid tersebut tidak mampu lagi menampung jamaah dan harus diperluas. Disebelah masjid terdapat tanah milik gereja, dan disebelah gereja terdapat tanah wakaf.
Para pemuka agama juga bertemu dan sepakat untuk menukar tanah dengan tanah. Dengan begitu, perluasan masjid tetap bisa dilakukan dan gereja punya alternatif lokasi. "Hal ini mungkin tidak terjadi di tempat lain," kata Supriyadi.
Acara keagamaan yang bukan merupakan ibadah gereja wajib dihadiri oleh kedua tokoh agama tersebut. Anwar dan Supriyadi akan selalu duduk berdampingan di tempat terhormat.
Kemudian, berbagai hal disampaikan satu demi satu. Setiap kali acara publik diadakan di desa tersebut, perwakilan kedua agama juga hadir. Berdoa dua kali dalam Islam dan Kristen, Kata Purwanto.
Upaya juga dilakukan untuk melindungi satu sama lain dari sudut pandang teknis. Anwar mencontohkan. Ketika seorang tetangga beragama Kristen hendak mengadakan hajatan yang mengharuskan pembunuhan ayam dan hewan ternak, maka hewan-hewan tersebut dibawa ke rumahnya. Seorang tetangga meminta saya untuk membantunya menyembelih seekor hewan. Toh, tetangga yang beragama Islam pasti akan diundang ke perayaan tersebut.
Hal yang sama juga berlaku pada perayaan politik seperti pemilihan pejabat tinggi. Terkadang aparat Desa Bondo beragama Kristen.
Dalam kasus lain, yang terpilih berasal dari kalangan pedalaman Islam. Sebab, warga tidak memilih kepala desa berdasarkan agama. Namun dari evaluasi profil, prestasi, dan keterampilan.
Purwanto mencontohkan pemilu tahun lalu, di mana ia terpilih menduduki posisi kepemimpinan puncak. Ada empat kandidat teratas saat itu. Satu anggota komunitas beragama Kristen dan tiga lainnya beragama Islam. Tokoh Kristiani mungkin dipilih karena mendukung ketiga tokoh Islam tersebut. Faktanya, saya mendapat 47 persen suara, kata Purwanto.
Kerukunan umat beragama di Desa Bondo pun menarik perhatian para ilmuwan. Pak Supriyadi mengatakan dia telah meluluskan beberapa mahasiswa Muslim yang mulai belajar obligasi.
Rata-rata kajiannya tentang agama, toleransi, dan budaya.
 Salah satunya datang dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ada juga mahasiswa S3 asal Semarang. atau pelajar dari daerah lain di Kudus.