Mohon tunggu...
Latif WijayaKusuma
Latif WijayaKusuma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Masyarakat Desa Bondo Bangsri Jepara, Menjaga Toleransi dalam Beragama

27 Desember 2023   08:20 Diperbarui: 27 Desember 2023   08:39 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun segregasi regional seperti ini tidak terjadi di Desa Bondo. Hampir seluruh warga sudah berintegrasi dengan lancar dan tidak terkonsentrasi di wilayah Islam atau Kristen.

Jika Anda memasuki kawasan Desa Bondo dari arah selatan, yang pertama kali Anda lihat adalah GITJ Bondo. Salah satu gereja terbesar di desa. Bergerak ke utara sedikit lalu belok ke timur. Gedung Masjid Al Yakin berjarak 350 meter. Masjid terbesar di Bondo dekat pusat komunitas.

Berdasarkan catatan administrasi desa, hanya ada dua RW yang 95 persen penduduknya beragama Kristen. Ada masjid di RW.

Sebaliknya, hanya ada dua RT yang penduduknya 100% beragama Islam. Namun kedua RT tersebut tidak menyebut dirinya sebagai kampung Muslim.

Banyak warga yang memiliki keluarga yang beragama berbeda. Orangtuaku beragama Islam, namun anak-anakku beragama Kristen. Istri Kristen, suami Muslim dan sebaliknya.

Pihak dari desa hanya memberikan rambu-rambu agar keluarga tetap akur. ''Prinsipnya tidak boleh memaksa,'' lanjut Purwanto.

Keluarga lintas agama di Desa Bondo masih rukun. Padahal, dalam ritual kematian mereka diperlakukan sesuai keyakinannya. bukan keyakinan keluarganya.

Misalnya, Meskipun ia satu-satunya Muslim di keluarga Kristen, pemakamannya tetap diperlakukan sebagai pemakaman Muslim. Termasuk warga yang menggelar Penglipur selama 7 hari.

Sebaliknya jika seorang Kristen meninggal dalam rumah tangga Muslim. Para pemuka agama Kristen memimpin prosesi pemakaman dan memberikan kenyamanan hingga pemakaman. Hal ini merupakan bentuk penghormatan terhadap hak penguburan.

Pendeta GPIB Bond Supriyadi mengaku pernah menghibur seorang mukmin yang ayahnya seorang Muslim dan baru saja meninggal dunia. Anak tersebut bertanya apakah boleh mengikuti prosesi pembersihan jenazah, dan Supriyadi mengizinkannya. "Apakah kamu datang atau tidak, dia tetap ayahmu," katanya.

Tentu saja seluruh prosesi menuju makam tetap dipimpin oleh umat Islam. Kiai Anwar Sanusi dari cabang Desa Rais Am Nu Bondo mengungkapkan, masyarakat Muslim Bondo memang bisa membedakan antara ibadah tauhid dan muamalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun