Kau diam, berusaha mencerna setiap kata yang aku ucapkan.
“Kuharap ini pertemuan kita yang terakhir sehingga kau tidak perlu terus menyalahkan dirimu sendiri.” sambungku tanpa memandangnya sedikit pun.
Lapangan kini dipenuhi anak-anak yang bermain bola. Sebagian di antara mereka mengais batang-batang tebu yang terbakar, tidak perduli dengan tangan mereka yang mulai menghitam.
Para pemanen sudah berkumpul di dekat truk-truk pengangkut. Aku beranjak menuju mereka sebelum akhirnya berhenti setelah tanganmu meraihku.
“Maafkan aku, Taka.”
“Kau tidak salah.” kataku nyaris tak bersuara.
Aku kembali ke truk. Menghampiri para pemanen yang sedari tadi menungguku. Kau masih diam berdiri di tempatmu. Ketika aku sudah siap di depan kemudi, barulah kau pergi. Andai kau tahu, aku belum benar-benar menemukan penggantimu bahkan sampai saat ini.
Solo, April 2012
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI