Mohon tunggu...
Latif N. Janah
Latif N. Janah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Cerpen | Fotografi | Sandal Jepit | Batik | Sambal | Sepeda | Pasar Tradisional\r\n pacelatonlatif.wordpress.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepeda Kumbang

5 April 2012   17:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:59 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Sudah di depan sampeyan dari tadi, Pak.”

“Hahahaha...” Umar tertawa sementara Bakri terus membersihkan gumpalan-gumpalan rayap yang semakin menggerogoti dinding ruang kantor. Sudah menjadi kebiasaan Umar minum kopi sebelum mengajar. Sengaja karena di rumah ia jarang punya gula. Daripada beli gula mending beli beras, begitu kata istrinya setiap ditanya.

***

Keadaan kelas masih sepi. Seperti biasa ia memang selalu kepagian berangkatnya. Baru setelah beberapa menit kemudian datang lah satu persatu murid yang sangat dicintainya itu, termasuk Alex yang mulai mengambil posisi duduk di bangku paling dekat dengan meja guru.

“Selamat pagi, anak-anak dan anik-anik.” Begitu lah ia menyapa murid laki-laki dan perempuan sehingga mereka yang disapa tak sedikit pun tertawa mendengarnya.

Ia mulai memberikan pelajaran matematika. Pelajaran yang membawanya menjadi guru yang paling disukai murid-muridnya. Entahlah, mereka benar-benar suka atau tidak. Papan tulis hitam itu sudah mulai penuh goresan kapur. Umar harus segera melap kacamatanya sehabis menulis karena debu-debu melekat erat di sana, menganggu pandangan.

Umar bergegas keluar meninggalkan kelas melihat bangku Alex tiba-tiba kosong. Dikayuhnya sepeda kumbangnya menyusuri jalanan seputaran sekolah. Ia bermaksud mencari Alex si murid bengal. Dari satu toko ke toko lain. Dari satu tempat tongkrongan ke tongkrongan yang lain, namun nihil. Ia lelah oleh peluh yang membasahi tubuh. Sepeda pun berhenti dikayuh.

Saat kembali ada beberapa polisi di pintu gerbang.

“Itu, Pak! Itu yang nyuruh rusuh.” Alex bersemangat melihat Umar dari kejauhan. Polisi bengong melompong.

“Iya! Itu,Pak! Itu Pak Umar yang nyuruh tawuran sama sekolah sebelah.” Alex bersorak telah berhasil mengundang polisi dan siswa-siswa sekolah sebelah. Ia terbirit diikuti tangan-tangan berpentungan dan lagi–lagi hampir tercebur ke selokan. Wajah-wajah garang mengikuti dari belakang, membuntuti sepeda kumbang. Tas hitamnya tertinggal. Ia panik tak karuan hingga kentutnya tak terdengar. Umar pulang dengan napas tersengal.

________________

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun