Mohon tunggu...
Lathifah Edib
Lathifah Edib Mohon Tunggu... Penulis - Editor

Perempuan nokturnal, suka keluyuran di jalanan, dan berburu bebek goreng.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kampanye Stunting Dimulai dari Diri Sendiri dan Orang Terdekat

3 November 2022   20:05 Diperbarui: 3 November 2022   20:16 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita memiliki pengetahuan tentang nutrisi baik dan stunting, maka kita akan lebih memperhatikan kondisi di sekeliling. Bagaimana caranya? Cukup dengan memperhatikan orang-orang terdekatmu, baik keluarga, tetangga, maupun teman. Seperti obrolan di bawah ini:

A: "Mau nikah bulan depan, ya?"
B: "Iya."
A: "Sudah siap jadi orang tua?"
B: "Iya dong."
A: "Berarti sudah melek soal nutrisi dong."
B: "Hehehe.... Aku nggak suka makan sayur dan buah dari kecil."
A: "Nah, aku kemarin baru ikut webinar kesehatan anak. Aku baru tahu lho, bahwa calon ibu dari sebelum menikah perlu menjaga kesehatan. Kalau punya penyakit anemia, harus ekstra menjaga tubuh agar tetap fit. Menjaga nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Kenapa? Karena kesehatan ibu berpengaruh dengan kesehatan janin. Jadi, kesehatan janin nggak cuma dipikirkan saat hamil aja, tapi juga setelah hamil. Biar anak nggak stunting."
B: "Oh, begitu, ya. Aku pernah dengar tentang stunting, tapi belum paham. Nanti deh aku pelajari."

Obrolan selesai. Sesimpel itu mengedukasi orang-orang sekitar kita. Contohnya lagi nih. Misal kita melihat keponakan kita yang berusia 3 tahun asyik minum minuman manis, misalnya kental manis yang ditambah air, sirup, dll. 

Pelan-pelan beri tahu orang tuanya tentang bahaya makanan dan minuman manis bagi perkembangan kesehatan anak. Sampaikan dengan bahasa yang baik, tanpa menggurui.

Mengapa pemerintah begitu getol mengampanyekan bahaya stunting ini? Stunting bukanlah penyakit fisik saja, tapi penyakit yang mempengaruhi perkembangan otak anak. 

Kecerdasan otak tidak meningkat. Efek stunting pada anak berlangsung dalam waktu yang lama hingga dewasa. Saat dewasa, anak-anak dengan kondisi stunting akan mengalami permasalahan kesehatan, misalnya kerusakan ginjal, penyakit jantung, dll.

Masyarakat banyak yang keliru persepsi tentang manfaat sebuah makanan. Misalnya kental manis. Hingga sekarang, masih saja ada beberapa orang tua yang menganggap kental manis itu susu.

Anak-anak usia balita diasupi minuman kental manis, yang sebenarnya hanya minuman bergula. Kental manis tidak memiliki kandungan nutrisi selayaknya di susu formula maupun ASI.

Masalah stunting dan gizi buruk di Indonesia adalah permasalahan sangat serius. Sebuah PR besar untuk menurunkan angka kasus stunting di Indonesia. Angka stunting di Indonesia cukup tinggi, yaitu 24%. 

Sementara, standar dari WHO adalah di bawah 20%. Apakah akan berhasil upaya penurunan angka stunting di Indonesia? Lagi-lagi ini perlu upaya berbagai kalangan. 

Bukan sekadar program pemerintah. Masyarakat dari lini terbawah hingga teratas harus turun tangan. Yuk, mulai edukasi lingkungan terdekatmu tentang bahaya stunting. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun