Mohon tunggu...
Karnadi
Karnadi Mohon Tunggu... Guru - Kreator

Menyukai konten tutorial dan review tempat wisata. Menulis dibeberapa blog dan website pribadi, Affiliator Shopee, Konten kreator di Youtube dan Aktif di halaman facebook.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Hidupmu Tampak Gagal, Hadapi dengan 4 Sikap Ini

28 Juni 2024   21:14 Diperbarui: 28 Juni 2024   21:24 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Betapa sering kita ini memiliki kebiasaan ketika menghadapi kesulitan dan kesusahan lalu rencana dan usaha yang kita lakukan gaga tidak tercapai, berakhir dengan selalu menyalahkan orang lain. Namun ketika berhasil menepuk dada dan berkata " ini adalah jasaku ".

Artinya jika seseorang menyalahkan orang lain berarti dirinya tidak merasa bersalah. Seharusnya ketika kita gagal jangan mencari kambing hitam. Karena tidak ada satu orang pun yang mau disalahkan.

Menyalahkan orang lain tidak akan menyelesaikan masalah justru menambah masalah. Orang yang menyalahkan orang lain berarti pertanda ia tidak mau memperbaiki diri. Orang yang tidak mau memperbaiki diri pertanda orang yang tidak bakal maju.

Dalam diri kita selalu ada setumpuk alasan untuk menyalahkan orang lain. Pada awalnya yang disalahkan adalah situasi dan kondisi. Hakikatnya situasi dan kondisi dunia itu selalu sama, yang tidak sama adalah situasi dan kondisi yang ada dalam diri kita.

Kemudian yang kedua, kita terjangkit penyakit pesimistis. Rasa optimis dan harapan menjadi hilang. Padahal untuk menumbuhkan rasa optimis itu telah ada dalam Al-Qur'an dan hadits, juga ada dalam kitab-kitab kuning.  Misalnya hadits" man khoroja min baitin multabisan min ilmin futihat lahu abwabul Jannah ". Orang yang keluar dari rumah untuk mencari ilmu maka pintu surga akan dibuka oleh Allah.

Hadits diatas maksudnya jangan ada sikap pesimis tetapi selalu bersikaplah optimis. Karena didunia ini tidak ada yang mustahil. Menanamkan rasa percaya diri semacam ini memang sulit. Dan akan lebih aneh jika dalam mencapai cita-cita dunia ia pesimis sedangkan keinginan masuk surga ia optimis.

Semakin aneh saking optimisnya masuk surga ia selalu menyalahkan siapa saja yang tidak sejalan dengan dirinya.

Kemudian yang ketiga, kita salah meyakini tentang qodho' dan qodar. Salah memaknai taqdir Tuhan. Karena salah memaknai taqdir Tuhan akhirnya terbangun jiwa yang nihil, lalu kita tidak berbuat apa-apa.

Mari kita lihat kembali ayat Al-Qur'an " Innallohi yahdi man yasya' wa yudhillu man yasya' tuizzu man tasya'...dst ". Allah memberi petunjuk kepada siapapun yang Dia kehendaki dan menyesatkan kepada siapapun yang Dia kehendaki, memuliakan siapa yang Dia kehendaki.

Ayat diatas kemudian dimaknai dan disikapi dengan hanya menunggu keputusan dari Allah saja tanpa berbuat apa-apa. Sikap seperti ini kemudian memunculkan pertanyaan. Misalnya dari mana kita tahu bahwa Allah menentukan taqdir kita sebagai orang miskin, orang bodoh, orang tersesat dan sebagainya.

Ada juga orang yang tidak percaya sama sekali dengan takdir Tuhan. Misalnya dengan menggunakan dalil ayat " innallloha la yughoyyiruma biqoumin hatta yughoyyiruma bianfusihim ". Allah tidak merubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubahnya sendiri".

Memaknai taqdir dengan cara-cara tersebut diatas adalah sana-sama ekstern. Artinya kita perlu memahami dan mengkaji kembali tentang taqdir agar akidah kita tidak menjadi paham nihilisme ( tidak berbuat apa-apa, pasif ).

Jika kita ingin hidup bahagia maka jangan memikirkan apa-apa yang tidak kita miliki. Tetapi kita lebih mensyukuri apa yang kita miliki. Kebahagiaan tidak ada hubungannya dengan materi. Ini ketika kita membangun kebahagiaan internal, kita perlu unsur keyakinan akan qodho' dan qodar sehingga ketika kita mengalami kegagalan, kita tidak menyalahkan Tuhan.

Orang yang percaya dengan qodho' dan qodar tidak akan pernah putus asa dalam hidup ini. Orang percaya kepada Tuhan ketika gagal ia pasti akan bangkit lagi. Berdoalah kepada Allah namun jangan memaksa dikabulkan dan menentukan harus hari ini, besok dan seterusnya.

Allah Swt adalah Tuhan kita. Jangan menyalahkan situasi dan kondisi, jangan memelihara pesimisme dalam jiwa kita, Jangan menyalahkan taqdir Tuhan.

Kemudian yang keempat, yang menyebabkan kita sulit untuk berbuat, sulit untuk merubah masa depan adalah pengalaman-pengalaman pahit masa lalu. Kegagalan-kegagalan yang pernah Kita alami membuat kita tercekam dan tidak berani berbuat apapun.

Jangan menyimpan dendam dan kebencian dalam hatimu karena itu beban. Orang yang dendam akan menjadikan dirinya makan tidak enak, tidur tidak nyenyak, bahkan berbicara pun jadi sakah semua.

Kita harus paham bedanya sekolah dengan kehidupan. Kalau sekolah kita diberi pelajaran dulu, baru kemudian kita diberi ujian. Sedangkan dalam kehidupan, kita diberi ujian dulu baru kemudian kita diberi pelajaran-pelajaran.

Wallahu a'lam 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun