Sebentar lagi semua umat Islam akan merayakan hari raya idul Adha. Hari raya idul Adha adalah hari raya Islam yang dirayakan umat muslim di seluruh dunia. Hari raya idul Adha tidak lepas dari kisah Nabi Ibrahim dan putranya yaitu Nabi Ismail. Pada malam itu yaitu pada tanggal 8 Dzulhijjah Nabi Ibrahim bermimpi " Ka'anna qo'ilan yaqulu lahu, innallloha ya'muruka biddzabhi ibnika hadza" ( Koyok-koyok Ono wong ngomong Maring Nabi Ibrahim, sakramene Alloh perintah ing sliramu, nyembelih putramu Iki ).
Dalam mimpinya tersebut Nabi Ibrahim diperintah untuk menyembelih putranya yaitu Nabi Ismail. Kemudian pada pagi harinya Nabi Ibrahim " Tarowa " ( mikir-mikir). Nabi Ibrahim memikirkan akan mimpinya tersebut apakah dari Allah Swt ataukah dari Syetan. Pagi hingga sore hari Nabi Ibrahim terus menerus memikirkan mimpinya itu. Maka hari itu disebut dengan istilah " yaumut tarwiyah " ( Rowwa yurowwi tarwiyatan ).
Kemudian pada malam berikutnya yaitu pada tanggal 9 Dzulhijjah Nabi Ibrahim bermimpi kembali sama persis seperti mimpi sebelumnya. Pada mimpi yang kedua ini Nabi Ibrahim meyakini bahwa mimpinya datang dari Allah Swt ( arofa annahu minalloh ). Arofa artinya "Ngerti". Nabi Ibrahim "Ngerti" bahwa mimpinya tersebut dari Allah. Untuk itulah hari itu disebut hari arofah.Â
Pada keesokan harinya atau pada tanggal 10 Dzulhijjah disebut yaumun Nahr ( hari menyembelih). Pada hari itu Nabi Ibrahim mengajak Nabi Ismail dan menyuruh istrinya ( Siti hajar) untuk memakaikan pakaian yang bagus dan mendandani Nabi Ismail. Sang ibunda tidak mengetahui bahwa Nabi Ibrahim mengajak Nabi Ismail dalam rangka melaksanakan perintah Allah yaitu menyembelih Nabi Ismail. Kemudian Nabi Ismail menyuruh Nabi Ismail untuk membawa tali dan parang dan mengajaknya ke bukit gunung Thabir dengan alasan untuk mencari kayu.
Setelah sampai di gunung Thabir Nabi Ibrahim memberitahu putranya yaitu Nabi Ismail bahwa tujuan ketempat sebenarnya bukan untuk mencari kayu namun untuk menyembelihnya. Nabi Ibrahim berkata pada putranya " ya bunayya inni aro filmanam Anni adbahuka". Mendengar perkataan ayahnya ini Nabi Ismail menyambut dengan baik dan berkata " yaa abati Alma tu'maru satajiduni insyaallahu minashshobirin " ( wahai ayah laksanakanlah perintah Allah, dan insyaaalloh saya akan sabar ).
Lalu Nabi Ismail berpesan kepada Nabi Ibrahim ( ayahnya) enam hal yaitu ikatlah aku dengan kuat, jagalah pakaian ayah agar tidak terkena darahku karena jika pakaian ayah terkena percikan darahku maka ibu akan tahu dan akan menjadi sedih, asahlah parang dengan tajam agar aku tidak berat merasakan sakit, jika ayah telah pulang sampaikan salamku pada ibu, jika ayah berkenan bawalah pakaianku pada ibu untuk kenang-kenangan.
Mendengar pesan dari putranya itu Nabi Ibrahim berkata " engkaulah sebaik-baik pertolongan anakku untuk melaksanakan perintah Allah ", Lalu keduanya sama-sama menangis. Para malaikat kagum dengan mereka. Saat Nabi Ismail telah dimiringkan posisinya maka malaikat Jibril turun dengan membawa kambing ( Gibas ) untuk mengantikan nabi Ismail. Malaikat Jibril ta'dzim pada Allah dan takjub pada Nabi Ibrahim.
Malaikat Jibril turun dengan mengucapkan " Allahu Akbar... Allahu Akbar" kemudian Nabi Ibrahim menjawab " Lailahaillahu Wallahu Akbar" dan nabi Ismail menyambung dengan mengucapkan " Allohu Akbar walillahilham".
Ada beberapa versi penjelasan tentang kenapa Nabi Ibrahim diperintah menyembelih putranya ( Nabi Ismail). Versi pertama dijelaskan di kitab Nazatul majalis sampun takhobun nafa'is karangan Sheikh shofuri. Dalam kitab ini disebutkan bahwa alasan Nabi Ibrahim diperintah menyembelih Nabi Ismail karena Nabi Ibrahim mengaku mencintai Allah Swt. Seseorang yang mencintai Allah berarti tidak mencintai selain Allah. Nabi Ibrahim sangat mencintai putranya ( Nabi Ismail).
Bagaimana mungkin nabi Ibrahim tidak mencintai putranya. Nabi Ibrahim hingga usia 86 tahun belum memiliki anak bersama istrinya Siti Sarah. Sehingga akhirnya Siti Sarah menawarkan agar Nabi Ibrahim menikah lagi dengan siti hajar. Dan dalam setahun pernikahan nabi Ibrahim dan Siti hajar akhirnya memiliki anak. Ketika Nabi Ibrahim akan menyembelih Nabi Ismail, Allah berkata pada Nabi Ibrahim bahwa tujuan dari perintah menyembelih tersebut bukan untuk menyembelih Nabi Ismail namun tujuannya adalah untuk mengembalikan cinta Nabi Ibrahim kepada Allah Swt. Dan karena hati Nabi Ibrahim saat itu telah kembali mencintai Allah maka dikembalikanlah Nabi Ismail ( tidak jadi disembelih dan diganti dengan kambing).
Versi kedua dijelaskan di kitab Al-jami' liahkamil Qur'an karangan abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr yang terkenal dengan Samsuddin Al qurtubi. Pada versi kedua ini sama dengan versi pertama diatas. Dimana Allah tidak ridho manakala nabi Ibrahim mencintai putranya sedangkan dirinya mengaku mencintai Allah. Maka pada saat nabi Ismail telah dimiringkan posisinya ketika akan disembelih, nabi Ibrahim berkata " Tuhan terimalah sesembelihanku untuk mencari keridhoanMu ".
Versi ketiga dijelaskan dalam tafsir Khozin karangan al-khozin. Para ulama ahli sejarah dan ahli hadits berkata, ketika Nabi Ibrahim berdoa " Robbi habli minassholihin " Yaa Tuhanku berilah aku anak yang Sholeh. Lalu ketika Nabi Ibrahim menikah dengan Siti hajar malaikat memberi kabar bahwa nabi Ibrahim akan diberi anak oleh Allah Swt.
Mendengar kabar tersebut lalu Nabi Ibrahim bernadzar " Jika aku diberi anak kelak akan aku sembelih karena Allah Swt". Kemudian ketika anak Nabi Ibrahim terlahir dan berusia 7 tahun ( versi lain mengatakan usia 13 tahun ) Allah Swt berkata" Wahai Ibrahim penuhilah nadzarmu ".
Versi yang keempat, Nabi Ibrahim sebelum memiliki anak, jika berkurban tidak tanggung-tanggung, bahkan sekali kurban 1000 kambing, 300 sapi dan 100 unta. Hal ini membuat masyarakat pada saat itu merasa kagum bahkan para malaikat. Semua kagum dan memuji nabi Ibrahim. Saat semua memuji itulah Nabi Ibrahim berkata " kurban seperti itu bagiku kecil, demi Allah jika aku memiliki anak laki-laki disuruh kurban untuk fisabilillah maka akan aku sembelih ". Bagi Nabi Ibrahim kurban 1000 kambing, 300 sapi dan 100 unta untuk fisabilillah, itu hal mudah. Bahkan jika disuruh berkurban untuk fisabilillah dengan menyembelih anaknya maka ia akan sembelih.
Kemudian nabi Ibrahim pergi ke Syam ( Ardhil Muqoddasah ) dan di sanalah nabi Ibrahim diberi anak ( Nabi Ismail). Namun ucapan nabi Ibrahim diatas terlupakan olehnya karena saking lamanya tidak memiliki anak.
Itulah sedikit kisah dan penjelasan yang dapat saya tulis pada kesempatan ini. Semoga disertai dengan hidayah dari Allah Swt..Aaminn
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H