Mohon tunggu...
Karnadi
Karnadi Mohon Tunggu... Guru - Kreator

Menyukai konten tutorial dan review tempat wisata. Menulis dibeberapa blog dan website pribadi, Affiliator Shopee, Konten kreator di Youtube dan Aktif di halaman facebook.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Sedih Nabi Ibrahim dalam Momen Menyembelih Putranya

9 Juni 2024   19:47 Diperbarui: 9 Juni 2024   21:21 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebentar lagi semua umat Islam akan merayakan hari raya idul Adha. Hari raya idul Adha adalah hari raya Islam yang dirayakan umat muslim di seluruh dunia. Hari raya idul Adha tidak lepas dari kisah Nabi Ibrahim dan putranya yaitu Nabi Ismail. Pada malam itu yaitu pada tanggal 8 Dzulhijjah Nabi Ibrahim bermimpi " Ka'anna qo'ilan yaqulu lahu, innallloha ya'muruka biddzabhi ibnika hadza" ( Koyok-koyok Ono wong ngomong Maring Nabi Ibrahim, sakramene Alloh perintah ing sliramu, nyembelih putramu Iki ).

Dalam mimpinya tersebut Nabi Ibrahim diperintah untuk menyembelih putranya yaitu Nabi Ismail. Kemudian pada pagi harinya Nabi Ibrahim " Tarowa " ( mikir-mikir). Nabi Ibrahim memikirkan akan mimpinya tersebut apakah dari Allah Swt ataukah dari Syetan. Pagi hingga sore hari Nabi Ibrahim terus menerus memikirkan mimpinya itu. Maka hari itu disebut dengan istilah " yaumut tarwiyah " ( Rowwa yurowwi tarwiyatan ).

Kemudian pada malam berikutnya yaitu pada tanggal 9 Dzulhijjah Nabi Ibrahim bermimpi kembali sama persis seperti mimpi sebelumnya. Pada mimpi yang kedua ini Nabi Ibrahim meyakini bahwa mimpinya datang dari Allah Swt ( arofa annahu minalloh ). Arofa artinya "Ngerti". Nabi Ibrahim "Ngerti" bahwa mimpinya tersebut dari Allah. Untuk itulah hari itu disebut hari arofah. 

Pada keesokan harinya atau pada tanggal 10 Dzulhijjah disebut yaumun Nahr ( hari menyembelih). Pada hari itu Nabi Ibrahim mengajak Nabi Ismail dan menyuruh istrinya ( Siti hajar) untuk memakaikan pakaian yang bagus dan mendandani Nabi Ismail. Sang ibunda tidak mengetahui bahwa Nabi Ibrahim mengajak Nabi Ismail dalam rangka melaksanakan perintah Allah yaitu menyembelih Nabi Ismail. Kemudian Nabi Ismail menyuruh Nabi Ismail untuk membawa tali dan parang dan mengajaknya ke bukit gunung Thabir dengan alasan untuk mencari kayu.

Setelah sampai di gunung Thabir Nabi Ibrahim memberitahu putranya yaitu Nabi Ismail bahwa tujuan ketempat sebenarnya bukan untuk mencari kayu namun untuk menyembelihnya. Nabi Ibrahim berkata pada putranya " ya bunayya inni aro filmanam Anni adbahuka". Mendengar perkataan ayahnya ini Nabi Ismail menyambut dengan baik dan berkata " yaa abati Alma tu'maru satajiduni insyaallahu minashshobirin " ( wahai ayah laksanakanlah perintah Allah, dan insyaaalloh saya akan sabar ).

Lalu Nabi Ismail berpesan kepada Nabi Ibrahim ( ayahnya) enam hal yaitu ikatlah aku dengan kuat, jagalah pakaian ayah agar tidak terkena darahku karena jika pakaian ayah terkena percikan darahku maka ibu akan tahu dan akan menjadi sedih, asahlah parang dengan tajam agar aku tidak berat merasakan sakit, jika ayah telah pulang sampaikan salamku pada ibu, jika ayah berkenan bawalah pakaianku pada ibu untuk kenang-kenangan.

Mendengar pesan dari putranya itu Nabi Ibrahim berkata " engkaulah sebaik-baik pertolongan anakku untuk melaksanakan perintah Allah ", Lalu keduanya sama-sama menangis. Para malaikat kagum dengan mereka. Saat Nabi Ismail telah dimiringkan posisinya maka malaikat Jibril turun dengan membawa kambing ( Gibas ) untuk mengantikan nabi Ismail. Malaikat Jibril ta'dzim pada Allah dan takjub pada Nabi Ibrahim.

Malaikat Jibril turun dengan mengucapkan " Allahu Akbar... Allahu Akbar" kemudian Nabi Ibrahim menjawab " Lailahaillahu Wallahu Akbar" dan nabi Ismail menyambung dengan mengucapkan " Allohu Akbar walillahilham".

Ada beberapa versi penjelasan tentang kenapa Nabi Ibrahim diperintah menyembelih putranya ( Nabi Ismail). Versi pertama dijelaskan di kitab Nazatul majalis sampun takhobun nafa'is karangan Sheikh shofuri. Dalam kitab ini disebutkan bahwa alasan Nabi Ibrahim diperintah menyembelih Nabi Ismail karena Nabi Ibrahim mengaku mencintai Allah Swt. Seseorang yang mencintai Allah berarti tidak mencintai selain Allah. Nabi Ibrahim sangat mencintai putranya ( Nabi Ismail).

Bagaimana mungkin nabi Ibrahim tidak mencintai putranya. Nabi Ibrahim hingga usia 86 tahun belum memiliki anak bersama istrinya Siti Sarah. Sehingga akhirnya Siti Sarah menawarkan agar Nabi Ibrahim menikah lagi dengan siti hajar. Dan dalam setahun pernikahan nabi Ibrahim dan Siti hajar akhirnya memiliki anak. Ketika Nabi Ibrahim akan menyembelih Nabi Ismail, Allah berkata pada Nabi Ibrahim bahwa tujuan dari perintah menyembelih tersebut bukan untuk menyembelih Nabi Ismail namun tujuannya adalah untuk mengembalikan cinta Nabi Ibrahim kepada Allah Swt. Dan karena hati Nabi Ibrahim saat itu telah kembali mencintai Allah maka dikembalikanlah Nabi Ismail ( tidak jadi disembelih dan diganti dengan kambing).

Versi kedua dijelaskan di kitab Al-jami' liahkamil Qur'an karangan abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr yang terkenal dengan Samsuddin Al qurtubi. Pada versi kedua ini sama dengan versi pertama diatas. Dimana Allah tidak ridho manakala nabi Ibrahim mencintai putranya sedangkan dirinya mengaku mencintai Allah. Maka pada saat nabi Ismail telah dimiringkan posisinya ketika akan disembelih, nabi Ibrahim berkata " Tuhan terimalah sesembelihanku untuk mencari keridhoanMu ".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun