Sastra Digital". Apa sih, sastra digital itu? Bagaimana perkembangan sastra digital? Lalu adakah dampak yang terjadi dari adanya sastra digital? Yuk, kita bahas!
Di zaman yang semakin berkembang ini tentunya kalian sering mendengar kata "Seiring dengan berkembangnya zaman, sastra terus mengalami inovasi dan terus berkembang serta menyesuaikan diri dengan era dimana ia berada. Hal ini dapat dilihat dari munculnya istilah-istilah baru, seperti sastra digital yang semakin popular.
Sastra digital merupakan sebuah aktivitas berbahasa dalam bentuk tulisan yang berwujud digital yang memanfaatkan teknologi sebagai medianya, misalnya seperti handphone, komputer, internet dan lainnya. Sastra digital memanfaatkan kemampuan dan kemajuan teknologi komunikasi sebagai sarana dan prasarana berkarya.
Adanya sastra digital ini juga sangat menguntungkan bagi para penulis pemula untuk mempublikasi karya-karya mereka. Sastra digital ini dijadikan sebagai wadah untuk berkreasi dibidang sastra yang dapat dilakukan oleh siapapun.
Sastra digital ini tentunya dapat memberikan keuntungan bagi para penulis untuk mempublikasikan karyanya atas kehadiran sastra yang bersifat 'bebas' tak mengenal ruang, waktu, bahasa dan mendobrak sekat-sekat Negara sehingga tulisan yang dimuat dengan cepat terekspos ke seluruh belahan dunia.
Karya sastra tentunya yang menjadi indikator untuk melihat 'kemampuan' seorang penulis atau sastrawan. Hal ini bisa dibilang karya sastra yang dikagumi atau terkenal merupakan 'bukti' pengakuan masyarakat terhadap eksistensi sang sastrawan sendiri. Maka, kehadiran sastra digital ini bisa menjadi alternatif publikasi.
Bagaimana perkembangan sastra digital?
Munculnya sastra digital dimulai berdasarkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian merambah di berbagai segi kehidupan. Namun, pada dasarnya hal ini telah dimulai dari akal diri manusia yang telah mendorong berbagai fonemena untuk dianalisis berdasarkan nalar sehingga memunculkan rasionalitas dan fungsionalitasnya.
Dengan kemampuan tersebut, manusia mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang ada di dunia. Salah satu implementasinya yaitu penemuan yang mencangkup Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau yang biasa disebut dengan Iptek. Perkembangan sastra digital di Indonesia mulai dikenal oleh khalayak di akhir tahun 1990-an dan ditandai dengan peluncuran buku antologi puisi cyber berjudul Graffiti Gratitude pada tanggal 9 Mei 2001 di Puri Jaya, Hotel Sahid, Jakarta yang digawangi oleh Sutan Ikwan Soekri Munaf, Nanang Suryadi, Nunuk Suraja, Tulus Widjarnako, Cunong, dan Medy Loekito. Mereka telah tergabung dalam satu yayasan yakni Yayasan Multimedia Sastra (YMS).
Namun ternyata, kemunculan buku tersebut menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat yang bergelut di bidang sastra. Dalam peluncuran buku antologi ini sempat mengundang kritikan, baik terhadap wujud bukunya maupun terhadap kualitas puisinya. Meskipn begitu, Usman K.J Suharjo tetap mengusulkan bahwa pada tanggal 9 Mei 2001 diperingati sebagai hari Sastra Cyber Indonesia.
Lalu adakah dampak yang terjadi dari adanya sastra digital?
Menurut Pamong Budaya Ahli Madya Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek yakni Syukur Asih Suprojo, menilai tentunya ada dampak positif dan dampak negatif dari kehadiran sastra digital ini. Berikut penjelasannya:
Dampak Positif adanya sastra digital:
- Sebuah karya yang dikirimkan dapat menyebar ke seluruh dunia dalam hitungan detik.
- Literasi menjadi mudah dan juga murah, serta relatif lebih terjangkau.
- Melahirkan penulis-penulis baru karena mudah untuk memajang karya kapan saja.
- Sastra digital menjadi pembuka ruang karena untuk berkreasi tidak hanya terbatas pada media massa atau antologi.
- Sastra digital juga melahirkan sebuah alternatif penyajian karya sastra. Ini karena sebuah puisi bisa diiringi dengan latar suara, musik, grafis yang indah, sehingga menjadikan sebuah karya sastra dengan sajian atraktif dan juga menarik.
- Platform digital ini juga mendekatkan penulis dengan pembaca secara interaktif karena sastrawan dapat dengan cepat memperoleh respons balik dari para pembacanya.
Dampak Negatif adanya sastra digital:
- Karya sastra yang belum pernah terbit di sebuah koran atau majalah atau belum pernah menulis sama sekali, itu akan masih dianggap belum selesai menjadi satu kesatuan atau masih dianggap prematur.
- Kualitas karya sastra digital ini jadi sebuah pertanyaan, karena tidak ada seleksi ketat di dunia digital. Â
- Ruang digital jadi miskin kritik. Penulis yang berkecimpung dalam dunia digital ini dinilai banyak yang hanya main-main dan coba-coba menjadikan sastra digital ini untuk 'modus operandi'.
- Plagiarisme karya sastra akan semakin banyak, terlebih dengan sistem salin dan copy paste. Padahal sekarang ini semua karya sastra sudah dilindungi UU terkait Hak Cipta.
Sastra digital ini tentunya tidak lepas dari adanya kontroversi pro dan kontra dari berbagai kalangan. Sehingga dari kalangan ahli sastrapun banyak yang mendiskusikan hal ini dengan berbagai pandangan. Ada yang menilai positif dan juga menilai negatif.
Fenomena sastra digital di Indonesia nampaknya membutuhkan perhatian yang lebih besar lagi karena dipercaya dapat berkontribusi bagi perkembangan kesusastraan di Indonesia. Tidak hanya itu, keberadaan sastra digital sendiri dipercaya sebagai refleksi realitas dinamika masyarakat yang ada saat ini. Masyarakat yang senantiasa bergerak ke arah yang lebih modern ikut memberikan kontribusi bagi kemunculan sastra digital dengan mengikuti pesatnya perkembangan teknologi komputer dan internet yang ada.
Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang mengikuti perkembangan teknologi, kita harus bisa memanfaatkan sastra digital ini dengan sebaik mungkin sebagai media untuk menyampaikan ide-ide dan kreatifitas melalui sebuah karya sastra. Jadikan menulis sebagai hobi untuk menyampaikan ide dan kreatifitas yang kita miliki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H