Mohon tunggu...
Lastri Lina Erliyawati
Lastri Lina Erliyawati Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi Program Studi Sastra Indonesia Universitas Pamulang

Penulis tidak pernah dilahirkan, namun ia diciptakan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sastra Digital: Perkembangan dan Dampaknya

28 Oktober 2022   06:57 Diperbarui: 28 Oktober 2022   06:59 4225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Pamong Budaya Ahli Madya Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek yakni Syukur Asih Suprojo, menilai tentunya ada dampak positif dan dampak negatif dari kehadiran sastra digital ini. Berikut penjelasannya:

Dampak Positif adanya sastra digital:

  • Sebuah karya yang dikirimkan dapat menyebar ke seluruh dunia dalam hitungan detik.
  • Literasi menjadi mudah dan juga murah, serta relatif lebih terjangkau.
  • Melahirkan penulis-penulis baru karena mudah untuk memajang karya kapan saja.
  • Sastra digital menjadi pembuka ruang karena untuk berkreasi tidak hanya terbatas pada media massa atau antologi.
  • Sastra digital juga melahirkan sebuah alternatif penyajian karya sastra. Ini karena sebuah puisi bisa diiringi dengan latar suara, musik, grafis yang indah, sehingga menjadikan sebuah karya sastra dengan sajian atraktif dan juga menarik.
  • Platform digital ini juga mendekatkan penulis dengan pembaca secara interaktif karena sastrawan dapat dengan cepat memperoleh respons balik dari para pembacanya.

Dampak Negatif adanya sastra digital:

  • Karya sastra yang belum pernah terbit di sebuah koran atau majalah atau belum pernah menulis sama sekali, itu akan masih dianggap belum selesai menjadi satu kesatuan atau masih dianggap prematur.
  • Kualitas karya sastra digital ini jadi sebuah pertanyaan, karena tidak ada seleksi ketat di dunia digital.  
  • Ruang digital jadi miskin kritik. Penulis yang berkecimpung dalam dunia digital ini dinilai banyak yang hanya main-main dan coba-coba menjadikan sastra digital ini untuk 'modus operandi'.
  • Plagiarisme karya sastra akan semakin banyak, terlebih dengan sistem salin dan copy paste. Padahal sekarang ini semua karya sastra sudah dilindungi UU terkait Hak Cipta.

Sastra digital ini tentunya tidak lepas dari adanya kontroversi pro dan kontra dari berbagai kalangan. Sehingga dari kalangan ahli sastrapun banyak yang mendiskusikan hal ini dengan berbagai pandangan. Ada yang menilai positif dan juga menilai negatif.

Fenomena sastra digital di Indonesia nampaknya membutuhkan perhatian yang lebih besar lagi karena dipercaya dapat berkontribusi bagi perkembangan kesusastraan di Indonesia. Tidak hanya itu, keberadaan sastra digital sendiri dipercaya sebagai refleksi realitas dinamika masyarakat yang ada saat ini. Masyarakat yang senantiasa bergerak ke arah yang lebih modern ikut memberikan kontribusi bagi kemunculan sastra digital dengan mengikuti pesatnya perkembangan teknologi komputer dan internet yang ada.

Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang mengikuti perkembangan teknologi, kita harus bisa memanfaatkan sastra digital ini dengan sebaik mungkin sebagai media untuk menyampaikan ide-ide dan kreatifitas melalui sebuah karya sastra. Jadikan menulis sebagai hobi untuk menyampaikan ide dan kreatifitas yang kita miliki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun