PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti atau belajar tentang materi kompetensi sosial emosional ini, maka saya mendapatkan banyak materi dan ilmu yang sangat banyak, tentang kompetensi sosial dan emosional ini.Â
Pembelajaran sosial emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.Â
Kerangka kompetensi sosial dan emosional (CASEL) antara lain kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Lima (5) kompetensi sosial dan emosional yang dibahas ini erat berkaitan dengan enam (6) dimensi Profil Pelajar Pancasila. Sebagai contoh, ketika seorang murid perlu mengeluarkan ide yang baru dan orisinil untuk memecahkan masalah (dimensi kreatif) diperlukan juga kemampuan bernalar kritis untuk melihat permasalahan yang ada.
Kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan lima (5) kompetensi sosial dan emosional merupakan segala aktivitas yang kita lakukan secara sadar. Praktik paling mendasar dan sederhana adalah melatih dan menyadari nafas dengan teknik STOP. Teknik STOP adalah berhenti sejenak (stop), ambil nafas dalam (take a breath), amati sensasi pada tubuh, perasaan, pikiran, dan lingkungan (observe), dan selesai dan lanjutkan (proceed).Â
PENERAPAN
Implementasi pembelajaran sosial dan emosional di kelas dan sekolah adalah melalui pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru, dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, serta penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah.
Implementasi PSE dengan pengajaran eksplisit memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih dan berefleksi tentang KSE dengan cara yang sesuai dan terbuka dengan keragaman budaya.
Implementasi integrasi KSE adalah pembukaan hangat dengan memberikan kesempatan pada murid untuk berbicara , mendengarkan aktif, interaksi dan menciptakan rasa memiliki. Kegiatan inti yang melibatkan pembelejaran kooperatif, refleksi diri dan penilaian diri, serta penutupan optimistik dengan refleksi, apresiasi dan cara-cara positif lainnya untuk memperkuat pembelajaran.
Implementasi menciptakan iklim kelas dan budaya positif adalah dengan mengubah lingkungan sekolah melalui praktik guru dan gaya interaksi guru dengan murid yang berkualitas untuk membangun keyakinan kelas dan peraturan sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H