Persidangan gugatan perdata terhadap Jakarta Intercultural School (JIS) senilai US$125 juta atau sekitar Rp1,6 triliun yang saat ini masih berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memunculkan fakta-fakta baru. Salah satunya sistem pengamanan JIS yang cukup ketat karena terakreditasi oleh lembaga internasional, Council of International Schools dan Western Association of Schools and Colleges.
Fakta tersebut diungkap Direktur Utama PT Indonusa Primatama Jaya (IPJ Services), Windy Marthavianty saat dihadirkan sebagai saksi ahli dalam persidangan kasus perdata JIS di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. IPJServices telah memberikan jasa konsultasi keamanan kepada JIS sejak 2008.
“Kami melakukan kunjungan secara rutin untuk mengetahui sistem pengamanan yang didukung fasilitas-fasilitas khusus seperti pengamanan di tempat terbuka, di toilet maupun ruang kelas. Sistem keamanan di JISsangat bagus,” kata Windy dalam keterangannya di Jakarta, Senin (18/5).
Untuk menjamin keamanan di lingkungan sekolah, misalnya, JIS menerapkan pemeriksaan kendaraan masuk secara ketat, pemeriksaan pengunjung, pengamanan akses sekolah, pemeriksaan pengantar murid, pengamanan menuju gedung sekolah, pemasangan CCTV dan melakukan patroli secara rutin.Maka tak masuk akal, tuduhan pelecehan seksual yang dialami MAK dijadikan sebagai dasar gugatan sebesar US$125 juta, terjadi di lingungan JIS. Karena sistem keamanan JIS dilakukan sangat ketat. Khusus untuk anak-anak TK, ruang kelas dan ruang toilet sangat berdekatan. Hal ini untuk meningkatkan keamanan karena masih dalam jangkauan pengamanan para guru. Walaupun tidak ada petugas keamanan yangsecara khusus menjaga ruang toilet anak.
“Untuk kelas anak-anak standarnya tidak berjauhan demikian juga di JIS, cukup 5 menit untuk kembali lagi dari toilet ke ruang kelas,” kata Windy. Fakta ini dikuatkan Wakil Kepala Sekolah JIS, Steve Druggan. Untuk mendukung pengamanan, JIS telah memasang 600 kamera CCTV sebelum laporan orang tua MAK. Bahkan sistem keamanan JIS telah mendapat akreditasi dariAsosiasi Sekolah Internasional dari lembaga internasional, Council of International Schools dan Western Association of School and Colleges. “Tim akreditasi mendatangi JIS setiap lima tahun sekali. Sertifikasi terakhir Maret 2015,” kata Druggan.
Pengawasan terhadap siswa JIS juga dilakukan super ketat, tidak hanya saat jam belajar tetapi juga saat istirahat. Khusus untuk siswa TK, saat jam istirahat dan bermain di halaman tetap diawasi oleh setidaknya empatorang asisten guru. Keempat asisten guru berdiri berpencar mengawasi mereka bermain. Bila ada anak menghilang dari pantauan, maka asisten guru terdekat dengan anak saat terakhir terlihat segera mencarikeberadaannya.
“Jam istirahat anak TK dan anak SD bergantian sehingga akan mudah mengawasinya,” kata asisten guru di kelas MAK, Luciana Kristina yang merupakan asisten Neal Murphy di ruang kelas Anggrek.Luciana menegaskan, ruang toilet dan ruang kelas untuk anak TK sangat berdekatan. Untuk mencapainya hanya perlu 40 detik saja. Bila anak sudah bisa berkemas-kemas di toilet sendiri, maka asisten guru tidak akan mendampinginya. Namun akan langsung dicari bila dalam tiga menit tidak langsung kembali ke ruang kelas. Luciana yakin dengan sistem kerja di ruang Anggrek tersebut, tidak memungkinkan terjadinya pelecehan seksual seperti yang dialami laporkan orang tua MAK dalam kurun waktu Desember 2013-Maret 2014. Sebab kejadiantersebut memerlukan waktu lebih dari lima menit untuk melakukan sodomi terhadap MAK yang dilakukan enam orang petugas kebersihan dari PT ISS di yang toilet anggrek saat jam sekolah.
Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) Mustofa B. Nahrawardaya menilai, selama ada pembatasan waktu atau interval kunjungan siswa ke kamar kecil, maka perbuatan pelecehan seksual akan sulit terjadi. Sekali saja si anak terlambat kembali ke kelas maka akan segera disusul oleh asisten guru.Apalagi dalam video saat rekonstruksi yang diperagakan MAK, tampak seolah menjadi aktor yang harus bersedia mengikuti arahan penyidik. “Dalam video yang saya dapat, si anak tampak bingung dan dapat dibawa bahwa si anak sebenarnya tidak mengalami peristiwanya. Pendek kata, si anak tidak menjadi korban sodomi,” tegas Mustofa.
Sumber : http://www.gresnews.com/…/1430185-sistem-keamanan-jis-supe…/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H