Idealisme kader HMI tak lagi menjadi sebuah kemewahan yang mahal harganya. Oleh (sebagian) kader HMI, idealisme dijadikan sebagai sebuah barang komoditas yang patut untuk diperdagangkan. Siapa yang punya uang (bahkan penguasa sekaligus), akan "dituruti" oleh kader HMI sekarang, bahkan jika harus "menjilat pantatnya" sekalipun. Tak percaya? Tengoklah, lihatlah sekarang para pemangku struktural HMI, mulai dari Komisariat, Korkom, Cabang, Badko, dan PB HMI. Masih yakin jika sekarang mereka masih menjunjung tinggi idealisme dan semangat pendiri HMI?
Kader HMI hari ini masih terjebak dalam romantisme sejarah. Seolah tanpa berbuat, kader HMI tetap menjadi mahasiswa yang dipandang sebagai kaum intelektual dan kaum terpelajar. Padahal, kondisi sepuluh tahun ke depan hanya akan ditentukan oleh bagaimana kondisi pemuda yang hidup saat ini.Tak ayal jika organisasi kini jadi latah, aktivisnya aktivis setengah hati.
Tulisan ini lebih sebagai introspeksi diri (self-critic) dalam membaca kembali peran dan pengaruh HMI yang hari ini nyaris mengalami "mati suri". Kader HMI tampak hanya menjadi aktivis setengah hati belaka. Disebut demikian sebab harapan itu masih selalu ada. Dan perlawanan oleh kader muda HMI akan bangkit kembali dengan berbagai caranya sendiri. Selamat mendewasa dan semoga lekas bangun dari tidur siangmu. Aaaaammmiiinnnn. Wallahu A'lamu bi al-Shawab.
Oleh : M. Arif Rohman Hakim
Ketua Umum HMI Komisariat Dakwah Walisongo Semarang 2016-2017, Mahasiswa Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H