Mohon tunggu...
Luthfi Arkandy Sahputra
Luthfi Arkandy Sahputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional angkatan 2023 Universitas Tanjungpura.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kemerdekaan Palestina Selalu Dicegah, Mengapa?

17 Mei 2024   00:07 Diperbarui: 17 Mei 2024   00:07 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Forum dunia seperti PBB sebagai simbol perdamaian terkesan seperti formalitas belaka akibat tingkah laku negara Paman Sam. Tugas-tugas yang harusnya dilakukan oleh PBB tidak dijalankan demi menuruti ego mereka saja. Israel, selaku negara yang mendapat perlindungan dari AS, juga bertindak tidak senonoh.

Di saat mereka masih menggempur Palestina, merampas nyawa dan tempat tinggal penduduk yang tak berdosa dan tak berdaya, Israel mendapat serangan balik dari HAMAS, sebuah kelompok militan Islam dari Palestina. HAMAS menyerang militer Israel dengan serangan roket yang menewaskan puluhan tantara Israel. Menanggapi hal ini, Israel justru playing victim. Mereka bertingkah seolah mereka lah korbannya, seolah mereka lah yang paling dirugikan akibat serangan HAMAS ini. Bahkan, Israel mengklaim bahwa serangan mereka kepada Palestina hanyalah aksi bela diri atas gempuran HAMAS meskipun seluruh dunia tahu bahwa Israel lah yang dari awal memulai konflik ini dan menganggap pernyataan "membela diri" tersebut sebatas hal konyol dan omong kosong.

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan, sebenarnya dunia juga sudah mulai membuka mata mereka atas kekejian yang dilakukan oleh Israel, kecuali beberapa negara yang masih memiliki kepentingan tertentu dengan Israel. Kemerdekaan Palestina hanya terhalang oleh hak veto, terutama Amerika Serikat. PBB sendiri sudah melakukan segala cara agar Palestina terbebas, namun selalu saja terhalang oleh Amerika. Musuh utama Palestina bukanlah Israel, melainkan AS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun