Palestina adalah salah satu negara yang terletak di Timur Tengah yang memiliki nilai sejarah yang besar bagi 3 agama utama, yakni Islam, Kristen, dan Yahudi. Kota Yerusalem yang terletak di sana memiliki situs-situs suci bagi ke-3 agama tersebut. Masjid Al-Aqsa dari agama Islam, Gereja Makam Kudus dari agama Kristen, serta Tembok Ratapan dari Yahudi.
Namun, seperti yang telah kita ketahui, kondisi negara yang indah ini sedang tidak baik-baik saja. Sudah sekian dekade lamanya Palestina berperang melawan Israel yang terus-terusan meluncurkan serangan, berusaha mengusir dan merebut wilayah Palestina. Sasaran utama mereka adalah wanita, anak kecil, dan tenaga medis. Wanita agar mereka tidak berkembang biak, anak kecil agar mereka tidak sempat tumbuh dewasa menjadi pejuang hebat yang akan menumbangkan mereka kelak, serta tenaga medis agar tidak ada yang merawat rakyat Palestina yang terluka dan membutuhkan bantuan.
Sebenarnya, hal ini bukan lagi sebuah rahasia yang hanya diketahui segelintir orang, tetapi seluruh dunia mengetahui tentang penyerangan atau lebih tepatnya genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama beberapa dekade ini. Namun, kebanyakkan dari mereka seakan buta dan tuli akan situasi ini. Walaupun beberapa tahun ke belakang, mereka sudah mulai membawa topik ini ke sidang PBB. Meskipun demikian, tetap saja tidak ada perkembangan yang signifikan terjadi. Genosida masih terus berlanjut, begitu juga dengan penderitaan warga Palestina.
Di sini kita akan membahas terkait peran PBB terlebih dahulu. PBB mempunyai tugas-tugas utama diantara lain menjaga perdamaian Internasional, menyediakan bantuan kemanusiaan, dan memperjuangkan HAM. Pertanyaannya adalah, apakah mereka sudah melaksanakan tugas-tugas tersebut terhadap Palestina?
Baru-baru ini, tepatnya pada hari Jumat (10 Mei 2024) waktu setempat, PBB menggelar voting agar Palestina diterima menjadi anggota penuh PBB. Dari hasil voting tadi, didapatlah hasil bahwa 143 negara mendukung, 9 negara menentang, dan 25 negara memilih abstain. Hasil voting ini tidak memberikan keanggotaan penuh, namun hanya mengakui secara simbolis bahwa Palestina memenuhi syarat untuk bergabung dengan PBB.
Amerika Serikat dan Israel termasuk dari 9 negara yang menentang dalam voting tersebut. Jika kita telusuri, AS sedari dulu selalu saja menolak pembebasan Palestina. Malah, mereka justru mendukung Israel dengan persenjataan mereka. AS juga lah yang menjadi halangan PBB dalam membantu Palestina karena resolusinya selalu saja dimentahkan dengan hak veto milik AS.
Hak Veto pada dasarnya diberikan eksklusif kepada 5 negara pendiri PBB, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Uni Soviet (Rusia), China, dan Prancis. Tidak ada batasan tertentu dalam penggunaan hak veto guna menunjukkan kekuatan dari kelima negara ini. Sejauh ini, AS telah menggunakan hak veto nya sebanyak 90 kali, dan setengahnya digunakan untuk mendukung Israel.
Voting pada bulan Mei kemarin bukanlah yang pertama, karena PBB juga sempat melakukan voting sebelumnya. Meskipun pada saat itu lebih dominan mendukung agar Palestina menjadi anggota penuh PBB, AS menggunakan hak veto nya lagi yang berujung menggagalkan Palestina bergabung menjadi anggota penuh PBB. Jika berpatokan dengan hal tersebut, maka voting kali ini juga bisa saja berujung sia-sia kalau AS memutuskan untuk menggunakan hak veto nya kembali.
Lucu, bukan? Ketika hampir seluruh dunia menyatukan suaranya, tetap saja tidak dapat terealisasikan hanya karena 1 negara yang memiliki hak istimewa menolak resolusi tersebut demi memenuhi kepentingan nasionalnya sendiri. Memangnya apa alasan Amerika sebegitunya dalam membela Israel? Apa yang mereka inginkan dari negara yang melanggar HAM secara terang-terangan ini?
Amerika Serikat merupakan pemasok senjata terbesar bagi Israel. AS mengimpor persenjataan kepada Israel dengan alasan untuk memperkuat keamanan mereka. Jika seandainya konflik antar Israel dan Palestina dihentikan, lantas siapa yang akan mengimpor persenjataan AS? Perekonomian AS terancam memburuk jika Israel tidak lagi mengimpor dari mereka. Demi menjaga hal ini lah Amerika secara terus-terusan menggunakan hak veto nya.
Gara-gara hal ini, negara-negara di dunia melakukan cara alternatif untuk menghentikan Israel. Cara tersebut adalah dengan memboikot produk-produk mereka yang tersebar di seluruh dunia. Harapannya, dengan pemboikotan tersebut, Israel akan segera bangkrut. Jika sudah kekurangan dana, setidaknya persenjataan yang diimpor akan berkurang. Kekurangan dalam persenjataan ini secara berangsur-angsur akan mengakibatkan kurangnya kekuatan militer mereka, sehingga terpaksa menghentikan tindakan mereka.
Forum dunia seperti PBB sebagai simbol perdamaian terkesan seperti formalitas belaka akibat tingkah laku negara Paman Sam. Tugas-tugas yang harusnya dilakukan oleh PBB tidak dijalankan demi menuruti ego mereka saja. Israel, selaku negara yang mendapat perlindungan dari AS, juga bertindak tidak senonoh.
Di saat mereka masih menggempur Palestina, merampas nyawa dan tempat tinggal penduduk yang tak berdosa dan tak berdaya, Israel mendapat serangan balik dari HAMAS, sebuah kelompok militan Islam dari Palestina. HAMAS menyerang militer Israel dengan serangan roket yang menewaskan puluhan tantara Israel. Menanggapi hal ini, Israel justru playing victim. Mereka bertingkah seolah mereka lah korbannya, seolah mereka lah yang paling dirugikan akibat serangan HAMAS ini. Bahkan, Israel mengklaim bahwa serangan mereka kepada Palestina hanyalah aksi bela diri atas gempuran HAMAS meskipun seluruh dunia tahu bahwa Israel lah yang dari awal memulai konflik ini dan menganggap pernyataan "membela diri" tersebut sebatas hal konyol dan omong kosong.
Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan, sebenarnya dunia juga sudah mulai membuka mata mereka atas kekejian yang dilakukan oleh Israel, kecuali beberapa negara yang masih memiliki kepentingan tertentu dengan Israel. Kemerdekaan Palestina hanya terhalang oleh hak veto, terutama Amerika Serikat. PBB sendiri sudah melakukan segala cara agar Palestina terbebas, namun selalu saja terhalang oleh Amerika. Musuh utama Palestina bukanlah Israel, melainkan AS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H