Susu UHT Diamond adalah penyelamat pebisnis minuman kalangan menengah ke bawah atau bagi mereka yang mau menghemat HPP. Harganya yang per satu kotak berisi seribu mili yang hanya belasan ribu tentu masih terjangkau dibandingkan dengan merk elite Greenfields yang sering dipakai di kedai-kedai kopi berbudget jumbo.
Susu UHT Diamond juga nggak rewel harus dimasukin ke chiller biar tetep awet karena notabennya susu yang diproses dengan Ultra High Temperature memang bisa bertahan lebih lama daripada freshmilk yang hanya melalui proses pasteurisasi.
Ibarat di dunia sepatu lokal, barangkali Greenfields adalah Compass sementara Diamond adalah Kodachi. Eh nggak, ya setidaknya Diamond adalah Ventela gitu lah.
UHT Diamond adalah primadona. Kemasannya gepeng dan ramping sehingga bisa disusun sedemikian rupa mengisi ruang sempit. Kemasan yang pegangable ini juga didukung dengan mekanisme pembukaan teramat simpel. Terdapat tutup mirip botol-botol air mineral di bagian atas ujung. Tinggal putar dan tuang.Â
Tentu saja ini menjadi nilai plus mengingat Greenfields memiliki mekanisme pembukaan yang ribet dan setara dengan 6 SKS. Untuk membuka kemasan Greenfields, kita harus membuka lipatan di bagian atas dengan sangat hati-hati agar tidak menekuk, setelah itu tarik ke arah berlawanan lipatan tadi sampai lemnya mengelupas dan terbuka.Â
Apabila satu tahap saja salah langkah, maka kemasan akan susah dibuka. Memang Greenfields memiliki mekanisme seperti UHT Diamond, tetapi dengan harga yang lebih mahal lagi.
Namun bukan berarti membuka kemasan susu UHT Diamond bebas dari masalah. Untuk menjaga isi di dalamnya, setelah kita membuka penutup yang diputar tadi, masih ada segel yang harus dilepas. Modelnya mirip-mirip pembuka di minuman kaleng gitu deh.Â
Nah, kadang saat kita narik segelnya, pengaitnya sering putus padahal belum terbuka. Atau sudah ketarik sempurna tapi masih ada lapisan kertas aluminium yang nutupin lubangnya. Kalo udah kayak gitu ya harus dicoblos pake gunting atau pisau.
Nah, demi mengatasi masalah tersebut, pihak Diamond membuat varian tutup yang lain. Bentuknya masih sama, hanya saja nggak ada segel kedua setelah penutupnya dilepas. Tetapi masalahnya adalah, karena demi menjaga isi di dalamnya tanpa ada segel kedua, penutupnya menjadi lebih keras dan susah dilepas.Â
Apalagi kalau tangan lagi basah abis nyuci, pasti jadi licin dan gagal mulu buka itu tutup. Solusinya adalah menutupi tutupnya menggunakan kain dan memutarnya sekuat tenaga.
Barangkali pihak Diamond lantas mencari solusi lain untuk permasalahan tutup ini. Demi para pembeli setia, mereka mengupayakan cara terbaik, sampai akhirnya beberapa minggu lalu mereka hadir dengan gebrakan.Â
Serius, benar-benar menggebrak dan membuat saya geleng-geleng kepala. Bagaimana nggak mangkel saya saat melihat selusin kemasan susu UHT Diamond yang baru datang ternyata nggak memiliki tutup sama sekali? Iya, alih-alih membuat mekanisme baru agar membuka kemasan lebih mudah, pihak Diamond justru menghilangkan tutupnya. Aneh banget ini.
Ya bayangin aja, kemasan persegi gepeng itu beneran nggak ada jalur pembukannya. Kotak gitu aja. Ini entah pihak Diamond lagi krisis gara-gara pandemi sehingga mengurangi tutup demi meringankan beban produksi atau gimana, tapi ya mbok dikira-kira juga, itu bukanya jadi rempong banget.Â
Dalam kasus ini, Greenfields lebih mending karena menyediakan ruang buat main lipet sana lipet sini buat buka. Lah kalo Diamond, beneran rata dan nggak ada yang bisa dilipet-lipet buat bukanya.
Cara bukanya ya harus maksa lipetan di samping buat ditarik ke atas, lantas eksekusi dengan gunting. Iya, kudu pake gunting ato piso. Kalo suasana kedai kopi lagi selo sih nggak masalah. Lha kalo lagi rame kan ya bakal kelimpungan banget.
Awalnya saya merasa pihak Diamond salah kirim produk atau apa. Setelah dikomplainkan, ternyata memang kata mereka kemasan baru begitu bentuknya.Â
Dan ternyata, banyak kedai kopi lain juga mendapat kemasan yang sama. Mereka sama seperti saya, kebingungan membuka kemasan yang nggak ada tutupnya itu.
Apabila ternyata emang karena lagi pengurangan beban produksi akibat pandemi sih mungkin saya bisa memaklumi ya. Soalnya kalo memang itu alasannya, sudah pasti apabila pandemi mereda, mereka akan ngasih tutup lagi di kemasan susu berwarna biru itu. Tetapi apabila kemasan yang sekarang adalah final form kemasan produk, ya kok kebangeten banget gitu.Â
Pihak Diamond merasa ada masalah dengan mekanisme tutup kemasan produk mereka, lantas demi menyelesaikan permasalahan itu, mereka memutuskan menghilangkan tutupnya. Ya logikanya kalo nggak ada sumber masalah, nggak bakal ada masalah gitu kali ya.
Tapi ya nggak gitu juga. Itu ibarat mau ngusir tikus di dapur, yang dibakar seisi rumahnya. Atau kalau mau pakai pengibaratan yang lebih up to date, ibarat mau ngilangin berkas kasus, yang dibakar malah gedung Kejagungnya. Eh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H