Mohon tunggu...
Mayangthika
Mayangthika Mohon Tunggu... Guru - Guru

Mengajar adalah menyentuh kehidupan dengan cara yang tidak terduga, dan menulis adalah cara untuk membagikan cerita dari hati ke hati

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Mengenal Es Nong-Nong, Jajanan Jadul yang Kembali Populer

1 Agustus 2024   18:07 Diperbarui: 2 Agustus 2024   10:42 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Freepik olah pribadi dengan Canva 

"Pakkkkkk beliiiii........"

Suara saya menggelegar dari dalam rumah ketika mendengar bunyi "nong....nong....nong.....". Es krim langganan saya lewat. Saya langsung minta uang ke ibu dan ambil gelas plastik besar (karena saya jarang beli pakai cone) kemudian lari menghampiri pedagang es nong nong. Ah senangnya makan es nong nong di tengah hari yang terik. Segar.....

Es ini sangat populer saat saya sekolah dulu, tahun 90an. Salah satu jajanan murah meriah dan menjadi idola anak-anak maupun orang dewasa.

Sejarah Es Nong Nong

Es Nong-Nong, yang juga dikenal sebagai es dung-dung, adalah es krim tradisional Indonesia yang memiliki sejarah panjang sebagai jajanan jalanan populer. Es ini mendapat namanya dari suara "nong-nong" atau "dung-dung" yang dihasilkan oleh pedagang keliling yang memukul alat logam atau bel untuk menarik perhatian pembeli.

Es Nong-Nong mulai populer di Indonesia sekitar pertengahan abad ke-20, terutama di daerah Jawa. Pada masa itu, es ini menjadi salah satu jajanan favorit karena harganya yang terjangkau dan rasa yang menyegarkan.

Es ini biasanya dibuat dengan menggunakan santan kelapa sebagai bahan dasar, berbeda dengan es krim barat yang menggunakan susu. Penggunaan santan memberikan rasa yang gurih dan khas, menjadikan es ini unik dan berbeda dari es krim lainnya.

Pada umumnya, Es Nong-Nong disajikan dalam bentuk potongan atau scoop yang diambil dari wadah besar. Pilihan rasa biasanya sederhana, seperti vanila, cokelat, dan kelapa, dengan tambahan topping seperti meses, kacang tanah, atau serutan kelapa.

Beberapa variasi juga menggunakan roti sebagai wadah atau campuran bahan lain seperti tape ketan, durian, atau potongan buah-buahan lokal.

Di era 90-an, Es Nong-Nong menjadi salah satu jajanan yang sangat disukai oleh anak-anak. Para pedagang sering terlihat berkeliling di lingkungan perumahan atau sekolah, menjajakan es krim dengan suara "nong-nong" atau "dung-dung" yang khas.

Meski terdesak oleh es krim modern, Es Nong-Nong tetap memiliki tempat istimewa di hati banyak orang. Di era modern, ada usaha untuk melestarikan es krim tradisional ini, baik melalui penjualan di restoran dengan konsep tradisional maupun melalui promosi di media sosial yang mengangkat tema nostalgia.

Saat ini, Es Nong-Nong tidak hanya dilihat sebagai makanan penutup, tetapi juga sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia. Upaya untuk melestarikan dan mengenalkan kembali es ini kepada generasi muda terus dilakukan, baik oleh komunitas kuliner, penjual tradisional, maupun pengusaha muda yang mencoba memberikan sentuhan modern pada penyajiannya.

Es Nong-Nong adalah contoh bagaimana kuliner tradisional dapat bertahan dan terus dicintai, meskipun dengan tantangan dari perubahan zaman dan selera masyarakat.

Karakteristik Es Nong Nong

Es Nong-Nong memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dari es krim lainnya. Berikut adalah beberapa ciri khasnya:

1. Bahan Dasar

Santan Kelapa: Es Nong-Nong menggunakan santan kelapa sebagai bahan dasar, bukan susu. Ini memberikan rasa yang lebih gurih dan tekstur yang lebih kaya dibandingkan dengan es krim berbasis susu.

2. Tekstur dan Rasa

Tekstur Lebih Kasar: Karena proses pembuatan yang tradisional, tekstur es ini cenderung lebih kasar dibandingkan dengan es krim modern yang lebih halus.

Rasa Tradisional: Rasa es biasanya sederhana dan klasik, seperti vanila, cokelat, atau kelapa, yang disesuaikan dengan lidah lokal.

3. Penyajian

Gerobak dan Lonceng: Es ini sering dijajakan oleh pedagang keliling yang menggunakan gerobak dan memukul lonceng atau alat logam untuk menarik perhatian, yang menghasilkan bunyi khas "nong-nong" atau "dung-dung".

Wadah Sederhana: Es sering disajikan dalam cone, cup kecil, atau setangkup roti. Terkadang, wadah dari bahan alami seperti pelepah pisang atau koran juga digunakan.

Topping: Topping yang digunakan biasanya sederhana seperti meses warna-warni, kacang tanah, serutan kelapa, atau sirup.

4. Proses Pembuatan

Metode Tradisional: Es Nong-Nong dibuat dengan menggunakan metode manual atau mesin es puter tradisional, di mana campuran es diputar dalam wadah berisi es batu dan garam untuk mencapai suhu beku.

5. Pengalaman Nostalgia

Kenangan Masa Kecil: Bagi banyak orang, Es Nong-Nong membawa kenangan masa kecil yang manis, terutama karena kehadirannya di sekitar sekolah atau acara-acara lokal.

6. Harga Terjangkau

Murah dan Merakyat: Harga es ini cenderung lebih terjangkau, membuatnya populer di kalangan anak-anak dan masyarakat luas.

Es Nong-Nong tidak hanya menawarkan rasa yang enak tetapi juga menjadi bagian dari warisan budaya kuliner Indonesia yang kaya. Keunikannya terletak pada bahan-bahan tradisional, cara penyajian, dan pengalaman budaya yang menyertainya.

Pengaruh media sosial dan budaya populer

Media sosial dan budaya populer memiliki pengaruh yang signifikan dalam kebangkitan kembali popularitas Es Nong-Nong. Media sosial seperti Instagram, Facebook, dan TikTok telah menjadi platform penting bagi banyak orang untuk berbagi pengalaman mereka dengan makanan, termasuk makanan tradisional seperti Es Nong-Nong. Pengguna media sosial sering kali memposting foto dan video es ini, mengingatkan banyak orang akan kenangan masa kecil atau memperkenalkan es ini kepada generasi yang lebih muda. Tagar seperti #EsNongNong atau #KulinerTradisional sering digunakan untuk meningkatkan visibilitas dan menjangkau audiens yang lebih luas.

Influencer dan konten kreator di media sosial sering kali mencoba makanan tradisional sebagai bagian dari konten mereka. Dengan jutaan pengikut, mereka memiliki kekuatan untuk menghidupkan kembali minat terhadap kuliner seperti Es Nong-Nong. Mereka sering membagikan ulasan positif, pengalaman mencoba variasi baru, atau bahkan tutorial cara membuat es ini di rumah.

Budaya populer saat ini sering kali dipengaruhi oleh tren nostalgia, di mana orang-orang mencari kembali hal-hal dari masa lalu yang membawa kenangan indah. Es Nong-Nong menjadi salah satu jajanan yang sering disebut dalam konteks ini, karena banyak orang yang merindukan rasa dan pengalaman masa kecil mereka. Konten yang mengangkat tema nostalgia ini menarik perhatian tidak hanya generasi yang pernah mengalami, tetapi juga generasi muda yang penasaran.

Banyak festival kuliner dan acara budaya lokal kini mengangkat tema kuliner tradisional, termasuk Es Nong-Nong. Liputan media dan promosi di platform sosial sering kali mengundang masyarakat untuk mencoba kembali atau mengenal kuliner tradisional, termasuk Es Nong-Nong. Ini tidak hanya membantu melestarikan warisan budaya tetapi juga memperkenalkan kuliner tersebut kepada audiens yang lebih luas.

Media sosial juga menjadi sarana bagi ekspatriat dan wisatawan untuk berbagi pengalaman kuliner mereka. Postingan tentang Es Nong-Nong sering kali menarik perhatian orang luar negeri, yang kemudian menjadi penasaran dan ingin mencoba saat berkunjung ke Indonesia. Ini juga membantu dalam memperluas daya tarik es ini ke pasar internasional.

Media sosial dan budaya populer telah memainkan peran penting dalam menjaga relevansi dan meningkatkan popularitas Es Nong-Nong di era modern. Mereka tidak hanya membantu dalam melestarikan budaya kuliner tetapi juga menjadikannya tren yang menarik dan relevan di kalangan generasi muda.

Sebagai salah satu jajanan tradisional Indonesia, Es Nong-Nong telah berhasil mempertahankan eksistensinya hingga saat ini. Meskipun menghadapi persaingan dari es krim modern dan berbagai makanan penutup lainnya, es ini tetap dicintai karena kemampuannya untuk membangkitkan nostalgia dan rasa tradisional yang khas.

Dukungan dari media sosial dan budaya populer telah memainkan peran besar dalam kebangkitan kembali popularitas Es Nong-Nong, membawa kenangan masa lalu ke generasi baru yang belum pernah mencicipinya sebelumnya. Inovasi dalam penyajian dan rasa juga membantu es ini tetap relevan dan menarik bagi konsumen modern.

Dengan demikian, Es Nong-Nong bukan hanya sekedar jajanan, tetapi juga bagian penting dari warisan kuliner dan budaya Indonesia yang harus terus dilestarikan dan dihargai. Ini adalah simbol bagaimana tradisi kuliner dapat beradaptasi dengan zaman dan terus memikat hati masyarakat dari berbagai generasi.

Semoga bermanfaat...

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun