Mohon tunggu...
Mayangthika
Mayangthika Mohon Tunggu... Guru - Guru

Mengajar adalah menyentuh kehidupan dengan cara yang tidak terduga, dan menulis adalah cara untuk membagikan cerita dari hati ke hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stop Body Shaming, Inilah Alasan Penting Kenapa Kita Harus Berhenti Melakukan Body Shaming

25 Mei 2021   11:00 Diperbarui: 25 Mei 2021   11:12 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi. Sumber : Geulgram

Dimasyarakat saat ini, seringkali kita mendengar sebuah panggilan yang kadang membuat kita ikut tertawa kecil atau hanya sekedar ikut nyengir kuda. Bahkan untuk beberapa orang bisa sukses membuat mereka tertawa terbahak-bahak.

"Hey boncel sini, kita main yuk." Terdengar ajakan seorang anak remaja pada teman sebayanya yang mempunyai fisik paling pendek diantara teman-teman lainnya.

Sebenarnya itu adalah panggilan yang tidak baik, namun karena hal ini sudah di anggap sudah biasa jadi ya hanya di anggap sebagai gurauan jenaka saja. Padahal bisa jadi psikologis dari orang yang di ejek itu menjadi terluka.

Sekarang ini muncul istilah 'body shaming' yang dideskripsikan sebagai perilaku mengomentari masalah fisik dan penampilan seseorang. Dan paling banyak kasus yang terjadi adalah pelaku body shaming yang dilakukan oleh kita, kaum perempuan. 

Mengomentari kekurangan dari fisik orang lain memang tanpa sadar sering kita lakukan. Dari mulai basa-basi, bercanda kelewatan atau bahkan demi mencairkan suasana. Padahal, sebenarnya kebiasaan buruk ini tidak baik dilakukan terus-terusan. Mungkin yang menjadi salah satu faktornya adalah karena ketidaktauan mana yang boleh dikomentari dan yang tidak.

Dampak buruk yang ditimbulkan body shaming, selain berhasil memangkas kepercayaan diri orang yang di komentari atau diejek, ternyata ada alasan lain yang membuat kita harus segera menghentikannya.

1. Sama kejamnya dengan bullying.

Mengomentari kekurangan fisik dari orang lain bisa dikategorikan dengan bullying.
Meski kita tidak melakukan kontak fisik yang merugikan, namun apa yang kita lakukan sudah termasuk bullying secara verbal. Bahkan, tindakan ini lebih kejam karena sangat bisa mempengaruhi pembentukan karakter seseorang.

2. Bisa membuat orang lain semakin tidak percaya diri dan stress.

Komentar bernada negatif kita sanggup membuat kepercayaan diri orang lain menghilang. Bahkan, hal ini bisa berpengaruh buruk dan mengendap selamanya pada diri orang  orang itu.

Bahkan hingga akhirnya bisa membuat dia mengurung diri dan stress karena terlalu insecure terhadap penampilan fisiknya.

Menjadi korban body shaming sangat mungkin bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan mental, sehingga mendorong mereka untuk menyakiti diri sendiri yang dilakukan dengan sengaja.
Bahkan bisa lebih parah lagi, jika terlalu sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan berkaitan dengan hinaan fisik, seseorang bisa saja memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Nauzubillah

3. Tidak ada manfaatnya untuk kita

Tidak ada manfaat baik yang bisa kita temukan dari kebiasaan mengomentari atau mengejek fisik orang lain ini.

Mengapa? Karena kita semua harus menyadari bahwa manusia ciptaan Allah itu mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Bisa jadi kekurangan yang ada di mereka menjadi kelebihan di diri kita, begitupun sebaliknya.

Bila kita menghina atau mengejek fisik seseorang secara tidak langsung kita pun telah menghina dan mengejek Allah, Tuhan yang telah menciptakan kita.

4. Pelaku body shaming menunjukkan pribadi yang tidak dewasa.

Melakukan body shaming justru akan mencerminkan kelemahanmu sendiri. Orang lain akan tahu bahwa kita bukan pribadi yang dewasa dan memiliki tabiat buruk karena suka nyinyir.

Oleh karena itu, berhentilah mengomentari keburukan fisik orang lain, karena hal ini justru akan menjadi boomerang yang mencemari nama baik kita sendiri.

5. Mendorong untuk melakukan hal ekstrem.

Korban body shaming memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk melakukan hal-hal ekstrem demi memperbaiki fisiknya yang dia rasa kurang.

Misal, karena sering dibilang gendut, si A melakukan diet ekstrem yang bisa saja mengancam kesehatannya hanya agar terlihat kurus.

Atau nekat melakukan operasi plastik berkali-kali agar terlihat lebih cantik dan menarik. 

Hal ekstrim yang dilakukan malah bisa mengakibatkan kesehatan terganggu bahkan bisa berakibat fatal, kematian.

Jadi daripada kita fokus pada kekurangan yang dimiliki oleh seseorang, lebih baik kita fokus pada kekurangan yang ada di diri kita sendiri. 

Mencari cara dan solusi agar kekurangan yang kita miliki bisa menjadi nilai plus dikemudian hari dan fokus pada kelebihan masing-masing yang kita miliki untuk bisa lebih kita kembangkan lagi adalah tindakan yang bijak.

Stop menjadi pelaku body shaming!

Mulailah untuk menjadi orang yang bisa memberikan energi positif pada sesama agar energi positif itu bisa kembali kepada kita. Setuju?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun