Dalam masyarakat kita sering sekali mendengar "Dia orang baik, ga mungkin nyuri" atau "Dia orang licik, pasti ga tulus"
Seakan-akan orang baik tidak mungkin berbuat jahat. Dan seakan-akan orang jahat tidak mungkin berbuat kebaikan. Benar tidak?
Kenapa kita bisa berfikir bahwa orang baik tidak bisa melakukan hal jahat.
Seakan-akan ketika orang tersebut kita nilai bersikap baik, maka secara keseluruhan dari dirinya adalah baik dan tidak akan menyakitkan orang lain.Â
Atau sebaliknya.
Kok bisa ya ada asumsi seperti itu?
1. LabelingÂ
Otak kita terkadang suka malas berfikir. Maka kita cepat menjatuhkan suatu kejadian/ manusia/ konteks dalam kategori sederhana, misal baik/ buruk, hitam/ putih.
Biasanya kita sering memberi label pada seseorang berdasarkan apa yang kita lihat.Â
Namun jangan salah, seseorang mempunyai sifat yang tersembunyi seiring dengan sifat lain yang muncul.Â
2. Halo EffectÂ
Halo effect ini adalah proses bias kognitif dimana kesan keseluruhan kita tentang seseorang mempengaruhi bagaimana kita berpikir atau merasa tentang dirinya.Â
"Dia orangnya baik" mempengaruhi proses evaluasi kita pada sifat lainnya" jadi, dia pasti ga akan berbuat curang"
Padahal dalam diri satu orang, akan ada sisi baik dan buruk sekaligus. Dan kedua sisi ini juga bergeser terus dari waktu ke waktu, bergantung berbagai konteks dan peristiwa kehidupan yang menyertai.
3. Black and White ThinkingÂ
Proses pikir black and white ini adalah kegagalan dalam pemikiran seseorang untuk menyatukan dua kelompok  yang saling bertemu antara kualitas positif dan negatif dari diri sendiri/ orang lain menjadi satu kesatuan yang realistis.Â
Artinya, kita sulit melihat sisi hitam dan putih secara sekaligus bersamaan hadir. Makanya lebih mudah dengan label orang baik, orang buruk, orang saleh, orang jahat, dst.
Kebiasaan untuk memberi label, melihat kesan umum, lalu secara ekstrim memberi kategori, bisa membuat kita terjebak dalam harapan dari pikiran sendiri.Â
Dalam diri manusia selalu ada sisi baik dan buruknya sekaligus.Â
Jadi jangan pernah menyangkal bila ada orang yang kita anggap baik lalu dia melakukan keburukan atau sebaliknya.Â
Bagi saya, orang jahat dan orang baik itu bedanya tipis. Mereka sama-sama pernah melakukan hal yang benar, hanya saja orang jahat sedikit melakukan itu dan orang baik lebih banyak melakukannya.
Kembalikan pada fitrahnya manusia bahwa manusia itu tempatnya salah dan lupa. Selama masih ada kesempatan berubah maka dia akan terus mengalami perubahan. Tergantung ke arah mana dia berubah, positif atau negatif.Â
Bagaimana menurut teman-teman?
Semoga menginspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H