Mohon tunggu...
Larasati Yulinggaa
Larasati Yulinggaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - IR student at Jember University

INFJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Konsumen Indonesia

22 Maret 2023   10:50 Diperbarui: 22 Maret 2023   10:57 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Antara tahun 2000 dan 2013, populasi perkotaan Indonesia meningkat dari 42 persen menjadi 55 persen atau 138 juta penduduk. Pada tahun 2030, pangsa tersebut diharapkan mencapai 71 persen atau 209 juta orang. Pada gilirannya, kontribusi perkotaan Indonesia terhadap PDB juga diharapkan tumbuh dari 74 persen pada 2010 menjadi 86 persen pada 2030. Secara riil, ini meningkat dari USD 524 juta menjadi USD 1,7 miliar. Pusat-pusat perkotaan di Indonesia akan memainkan peran penting dalam memajukan ekonominya.

Penelitian kami selangkah lebih maju dalam mendefinisikan ulang konsumerisme di mana kami melihat munculnya apa yang kami sebut sebagai lima kota permata tersembunyi di Indonesia. Meskipun ukuran populasinya lebih kecil, kota-kota ini menunjukkan harapan yang signifikan, menunjukkan pendapatan yang dapat dibelanjakan yang lebih tinggi dan sikap konsumsi yang meningkat.

3. Dominasi ritel tradisional dan perkuatan ritel modern 

Saluran ritel tradisional, termasuk toko mom-and-pop (warung) dan pasar basah, masih mendominasi lanskap ritel di Indonesia, namun pangsa perdagangan modern terus meningkat, dipimpin oleh pertumbuhan toko serba ada. Lanskap ritel modern semakin terfragmentasi karena konsumen bergantung pada berbagai saluran — toko serba ada, hypermarket, supermarket, department store, dan lainnya.

Dalam hal platform digital, orang Indonesia termasuk pengguna situs jejaring sosial tertinggi di dunia. Aktivitas komersial seperti belanja online dan perbankan online, sebaliknya, memiliki penetrasi yang rendah. Konsumen mengatakan bahwa mereka belum mempercayai belanja online, dan mereka mengkhawatirkan keamanan pembayaran, kurangnya dukungan penjualan, dan kualitas yang tidak dapat diandalkan.

4. Orang Indonesia sangat menyukai dan mempercayai merek lokal, dan kelas Konsumsi mendorong pertumbuhan dalam kategori baru yang sedang berkembang.

Di sebagian besar kategori produk, masyarakat Indonesia tidak hanya setia pada merek, tetapi juga menunjukkan preferensi yang kuat terhadap merek lokal. Tujuh puluh lima persen dari mereka yang disurvei, rata-rata, mengatakan bahwa mereka sudah memiliki merek pilihan ketika mereka pergi ke toko untuk membeli produk rumah dan perawatan pribadi; dan lebih dari dua pertiga mengatakan hal yang sama untuk makanan dan minuman.

Konsumen mempercayai perusahaan Indonesia, bangga menggunakan merek lokal, dan percaya bahwa perusahaan lokal benar-benar memahami konsumen Indonesia, memberikan nilai uang yang lebih baik jika dibandingkan dengan merek asing. Namun, menarik untuk dicatat bahwa hanya persepsi lokal yang penting, dan perusahaan asing telah berhasil merebut pasar melalui strategi lokalisasi atau akuisisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun