Mohon tunggu...
Larasati Puspita
Larasati Puspita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Menyukai seni, sastra dan fashion

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Resensi Film Badarawuhi

9 November 2024   11:01 Diperbarui: 9 November 2024   11:39 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Identitas Film 

 

'Badarawuhi Di Desa Penari" 

Sutradara

 

: Kimo Stamboel

Produser

 

: Manoj Punjabi

Skenario

 

: Lele Laila

Pemeran

 

: Aulia Sarah sebagai Badarawuhi

Maudy Effrosina sebagai Mila

Jourdy Pranata sebagai Yuda

Moh. Iqbal Sulaiman sebagai Jito

Ardit Erwandha sebagai Arya

Claresta Taufan Kusumarina sebagai Ratih

Diding Boneng sebagai Mbah Buyut

Aming sebagai Mbah Buyut Muda

Dinda Kanyadewi sebagai Jiyanti/Ibu Ratih

Baiq Nathania Elvaretta Sagita sebagai Jiyanti Muda

Pipien Putri sebagai Mbah Putri

Maryam Supraba sebagai Inggri/Ibu Mila

Princeza Leticia sebagai Inggri Muda

Bima Sena sebagai Prabu

Putri Permata sebagai Sundari

Baiq Vania Estiningtyas Sagita sebagai Santika

Penata Musik          

: Ricky Lionardi

Sinematografer        

: Patrick Tashadian

Penyunting              

: Fachrun Daud

Perusahaan Produksi

: MD Pictures

Tanggal Rilis           

: 11 April 2024 (Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei)

  26 April 2024 (Amerika Serikat)

Durasi                      

: 122 Menut

Negara                     

: Indonesia

Bahasa                     

: Bahasa Indonesia

 Bahasa Jawa

Anggaran                 

 

: Rp20 Miliar

Pesona dan Teror Badarawuhi Antara Legenda dan Nyata 

"Badarawuhi" membuktikan bahwa legenda lokal dapat diolah menjadi film horor yang mendebarkan dan penuh misteri, sambil tetap memancarkan kekuatan mitos. Film ini mengajak penonton ke dalam dunia mistis yang terbungkus ketegangan di setiap adegan.

Cerita berpusat pada mitos Badarawuhi, penjaga hutan yang digambarkan sebagai penari perempuan berpesona luar biasa. Ia menari mengitari Desa Penari di selatan Pulau Jawa, memerlukan tumbal untuk menari sepanjang masa. Konflik dimulai ketika Kawaturih dibawa lari oleh salah satu dawuh terpilih, mengharuskan Badarawuhi menari sendiri dan hal itulah yang paling tidak disukainya karena harus menghibur lelembut hutan sendirian selamanya.

Sinematografi apik menjadi daya tarik utama film ini. Setiap sudut hutan, desa, dan lingkungan sekitar menarik penonton masuk ke dalam cerita. Didukung oleh akting para aktor yang menawan, karakter Badarawuhi yang kuat menciptakan suasa mencekam, horor, dan penuh rasa penasaran. Sosoknya membawa kesan mendalam antara keingintahuan dan ketakutan.

Alur cerita membuat penonton waspada terhadap setiap plot yang disajikan. Misteri yang terjalin dengan unsur-unsur mistis memberikan ketegangan secara natural. Penonton dibawa menyelami cerita, dipenuhi rasa takut dan emosi yang intens. Meski demikian, terkadang alur terasa lambat dan membingungkan. Penggunaan alur maju-mundur dan beberapa bagian yang terlalu panjang dapat mengganggu ritme cerita.

Dialog seperti "Cah ayu seng wes suwe tak enteni" dan "Nduk ojo digowo nduk" yang diucapkan Aulia sebagai Badarawuhi terdengar kurang medok untuk logat Jawa. Namun, kekurangan ini tertutupi oleh backsound khas dan menyeramkan yang mengemas film menjadi lebih apik.

Dibalik Kisah Badarawuhi yang mistis dan horor juga menyampaikan pesan moral yang dalam dan berarti. Film ini mengajak manusia agar lebih memperhatikan kelestarian lingkungan dan memelihara tradisi yang diwariskan oleh leluhur. Kisah ini juga mendorong manusia agar intropeksi diri serta menghargai keindahan dan keharmonisan disekitar, serta bertindak sebagai penjaga bagi warisan budaya dan alam yang ada. 

Terlepas dari beberapa kekurangan, "Badarawuhi" berhasil memberikan pengalaman horor yang menegangkan serta penuh misteri, sambil tetap menghormati kekayaan mitos lokal Indonesia. Film ini menjadi bukti bahwa legenda daerah dapat diangkat menjadi karya sinema yang memikat dan berkualitas.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun