Identitas FilmÂ
Â
'Badarawuhi Di Desa Penari"Â
Sutradara
Â
: Kimo Stamboel
Produser
Â
: Manoj Punjabi
Skenario
Â
: Lele Laila
Pemeran
Â
: Aulia Sarah sebagai Badarawuhi
Maudy Effrosina sebagai Mila
Jourdy Pranata sebagai Yuda
Moh. Iqbal Sulaiman sebagai Jito
Ardit Erwandha sebagai Arya
Claresta Taufan Kusumarina sebagai Ratih
Diding Boneng sebagai Mbah Buyut
Aming sebagai Mbah Buyut Muda
Dinda Kanyadewi sebagai Jiyanti/Ibu Ratih
Baiq Nathania Elvaretta Sagita sebagai Jiyanti Muda
Pipien Putri sebagai Mbah Putri
Maryam Supraba sebagai Inggri/Ibu Mila
Princeza Leticia sebagai Inggri Muda
Bima Sena sebagai Prabu
Putri Permata sebagai Sundari
Baiq Vania Estiningtyas Sagita sebagai Santika
Penata Musik     Â
: Ricky Lionardi
Sinematografer    Â
: Patrick Tashadian
Penyunting       Â
: Fachrun Daud
Perusahaan Produksi
: MD Pictures
Tanggal Rilis      Â
: 11 April 2024 (Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei)
 26 April 2024 (Amerika Serikat)
Durasi           Â
: 122 Menut
Negara           Â
: Indonesia
Bahasa           Â
: Bahasa Indonesia
 Bahasa Jawa
Anggaran         Â
Â
: Rp20 Miliar
Pesona dan Teror Badarawuhi Antara Legenda dan NyataÂ
"Badarawuhi" membuktikan bahwa legenda lokal dapat diolah menjadi film horor yang mendebarkan dan penuh misteri, sambil tetap memancarkan kekuatan mitos. Film ini mengajak penonton ke dalam dunia mistis yang terbungkus ketegangan di setiap adegan.
Cerita berpusat pada mitos Badarawuhi, penjaga hutan yang digambarkan sebagai penari perempuan berpesona luar biasa. Ia menari mengitari Desa Penari di selatan Pulau Jawa, memerlukan tumbal untuk menari sepanjang masa. Konflik dimulai ketika Kawaturih dibawa lari oleh salah satu dawuh terpilih, mengharuskan Badarawuhi menari sendiri dan hal itulah yang paling tidak disukainya karena harus menghibur lelembut hutan sendirian selamanya.
Sinematografi apik menjadi daya tarik utama film ini. Setiap sudut hutan, desa, dan lingkungan sekitar menarik penonton masuk ke dalam cerita. Didukung oleh akting para aktor yang menawan, karakter Badarawuhi yang kuat menciptakan suasa mencekam, horor, dan penuh rasa penasaran. Sosoknya membawa kesan mendalam antara keingintahuan dan ketakutan.
Alur cerita membuat penonton waspada terhadap setiap plot yang disajikan. Misteri yang terjalin dengan unsur-unsur mistis memberikan ketegangan secara natural. Penonton dibawa menyelami cerita, dipenuhi rasa takut dan emosi yang intens. Meski demikian, terkadang alur terasa lambat dan membingungkan. Penggunaan alur maju-mundur dan beberapa bagian yang terlalu panjang dapat mengganggu ritme cerita.
Dialog seperti "Cah ayu seng wes suwe tak enteni" dan "Nduk ojo digowo nduk" yang diucapkan Aulia sebagai Badarawuhi terdengar kurang medok untuk logat Jawa. Namun, kekurangan ini tertutupi oleh backsound khas dan menyeramkan yang mengemas film menjadi lebih apik.
Dibalik Kisah Badarawuhi yang mistis dan horor juga menyampaikan pesan moral yang dalam dan berarti. Film ini mengajak manusia agar lebih memperhatikan kelestarian lingkungan dan memelihara tradisi yang diwariskan oleh leluhur. Kisah ini juga mendorong manusia agar intropeksi diri serta menghargai keindahan dan keharmonisan disekitar, serta bertindak sebagai penjaga bagi warisan budaya dan alam yang ada.Â
Terlepas dari beberapa kekurangan, "Badarawuhi" berhasil memberikan pengalaman horor yang menegangkan serta penuh misteri, sambil tetap menghormati kekayaan mitos lokal Indonesia. Film ini menjadi bukti bahwa legenda daerah dapat diangkat menjadi karya sinema yang memikat dan berkualitas.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H