Dalam kepustakaan konseling ditegaskan tentang keefektifan konseling (counseling effectiveness) lebih ditentukan dari kecakapan konselor. Oleh karena itu, peran empati cukup esensial yang diakui dalam teori-teori konseling sehingga empati yang diwujud-nyatakan dalam praktik konseling selama ini merupakan suatu keniscayaan untuk ditumbuh kembangkan secara sistematis. Empati diartikan sebagai perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain, khususnya untuk berbagi pengalaman atau secara tidak langsung merasakan penderitaan orang lain Sears (Asih dan Pratiwi, 2010). Hurlock ( Asih dan Pratiwi, 2010) menyatakan bahwa empati sebagai kemampuan untuk  menempatkan diri pada posisi orang lain sehingga orang lain seakan-akan menjadi bagian dalam diri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Simpati adalah suatu proses kejiwaan dimana seorang individu merasa tertarik pada seseorang atau sekelompok orang karena sikap, penampilan, wibawa atau perbuatannya sedemikian rupa. Jadi bisa dikatakan sebagai kemampuan  seorang konselor untuk merasakan dan memahami emosi atau pengalaman yang dirasakan oleh klien namun tetap menjaga jarak emosional. Adapun dalam pelaksanaan simpati ini dapat diukur melalui 3 aspek yaitu:
1. Aspek Reflektif yaitu pengaruh yang datang dari dalam diri sendiri
2. Aspek Intelektual yaitu pengaruh yang datang dari orang lain
3. Aspek Penghayatan yang datang dalam menjalankan tugas yaitu bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas
Pendekatan dalam interaksi menurut Goleman, 1995 mengatakan bahwa empati menggunakan pendekatan aktif. kita berusaha menempatkan diri di posisi lawan bicara, mendengarkan secara aktif, dan memberikan dukungan berdasarkan kebutuhan mereka sedangkan untuk simpati menggunakan pendekatan pasif yang dimana perasaan hanya ditunjukkan secara sepintas tanpa melibatkan diri secara emosional atau kognitif dalam situasi tersebut.
Seringkali simpati dianggap salah satu bentuk perasaan sederhana sebagai contoh seperti peka terhadap orang lain ketika berelasi dengan orang lain. Namun sebenarnya bahwa simpati ini tidak sesederhana itu. Simpati sangat bergantung pada beberapa kemampuan seseorang menangkap ekspresi dan merasakan perasaan orang lain. Simpati merupakan hasil dari serangkaian tahapan. Untuk dapat sampai pada simpati, seseorang harus melalui yang namanya identifikasi dan perasaan imajinatif (vicarious feeling). Setelah seseorang mampu melalui tahapan identifikasi dan perasaan imajinatif, barulah ia mampu untuk bersimpati.
Simpati melibatkan kesadaran terhadap perasaan klien tanpa terlalu larut didalamnya sehingga konselor dapat memberikan dukungan secara objektif dan professional. Simpati lebih focus terhadap rasa peduli dan perhatiaan terhadap keadaan emosional klien. Hal ini penting karena simpati membantu menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi klien untuk berbagi perasaan mereka. Simpati dalam konseling juga memainkan peran penting dalam membangun hubungan yang baik (rapport )antara  konselor dan klien.
Kesimpulannya adalah dalam komunikasi empati dan simpati merupakan dua konsep yang memiliki peran penting namun dengan karakteristik yang berbeda. Empati merujuk pada kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain sedangkan simpati mengacu pada rasa belas kasihan atau kepedulian terhadap orang lain tanpa keterlibatan emosi atau rasa yang mendalam. Secara garis besar, perbedaan mendasar antara empati dan simpati terletak pada tingkat kedalaman emosional yang terlibat.
Dalam praktik komunikasi, empati dikatakan lebih unggul dalam menciptakan dialog yang produktif dan konstruktif terutama dalam situasi yang membutuhkan pengertian mendalam serta lebih banyak disarankan karena dapat membangun hubungan yang lebih baik. Namun, simpati tetap relevan karena dapat memberikan dukungan emosional yang cepat dan umum. Meskipun empati dan simpati memiliki peran masing-masing dalam komunikasi namun penerapan empati cenderung meghasilkan dampak yang lebih signifikan terhadap kualitas hubungan interpersonal. Jika empati dan simpati disatukan dapat memperkaya interaksi sosial dan dapat mendukung keberhasilan komunikasi yang efektif. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H