Mohon tunggu...
Larasati Anggraeni
Larasati Anggraeni Mohon Tunggu... Guru - Laras

Gadis yang suka berimajinasi dan membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Gadis Senja

15 Februari 2020   21:47 Diperbarui: 15 Februari 2020   21:57 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bertemu denganmu suatu keajaiban untukku, berpisah denganmu adalah luka tetapi tidak berdarah. Jika perpisahan itu hadir, aku memilih untuk tidak bertemu . Biarkan aku tidak mengenalimu, gadis itu malaikat bersayap terbang menjelajahi hati hingga logika ini lenyap.

Senyum itu candu bagiku, parasmu memabukkan raga hingga alkohol itu kalah. Cinta adalah rasa yang tumbuh pada dua orang tidak ada tempat pada orang ketiga.  Tetapi kau mengundang orang ketiga hingga kau terjebak dalam cintanya.

Saat itu logika ini melemah hingga hati yang bergerilya dilanda asmara. Aku menyatakan rasa pada malaikat bersayap dan ia melompat seperti anak kecil yang menerima permen dari  teman sepermainan. Hingga kita di juluki pernyataan orang-orang itu "budak cinta".

Aku dan kau resmi menjalin kasih dan aku berharap di satukan dalam ucapan janji suci di Gereja. Aku bisa mencium keningmu dan jemaat menjadi saksi cinta.

Kau resmi menjadi gadisku, meski kau belum menjadi pendamping seutuhnya. Doa adalah ungkapan mesra kepada pencipta. Maka di setiap malam yang di temani bintang-bintang di langit serta angin yang menari-nari, ku sampaikan rindu pada angin agar menyampaikan rasa ini pada langit-langit kamarmu.

Tidak lupa doa ku panjatkan agar pencipta merestui hubungan kita yang manis. Gawai menjadi obat untuk menyembuhkan rasa rindu, meski dirimu tidak ada di sisi ku untuk saat ini.

Sebagai lelaki yang bertanggung jawab, aku tidak ingin mengganti pasangan lain. Aku sudah tertuju padamu. Maka untuk saat ini aku  memperjuangakan dirimu. Aku percaya bahwa kau adalah kado terindah yang di beri Sang Pencipta untuk menjadi pendampingku.

Setelah sekian lama gadis terdahulu terbuai pada lelaki itu. Ku harap kau adalah wanita terakhir yang menjadi ratu dan aku raja membangun istana cinta bersama-sama. Menua hingga maut memisahkan raga dan jiwa.

                                                                                                                                           ***

Taman adalah saksi pertemuan kita, aku dan kau memadu kasih. Aku bisa mengenggam tanganmu dan kau bersandar di bahu ku. Tertawa bersama hingga aku bisa menikmati senyum itu yang membuat hati ini tersipu. Ku beri kau dengan puisi agar aku bisa melihat rona merah di pipimu. Lalu ku petik bunga di Taman itu dan menyelipkan bunga itu di telingamu. Kau semakin cantik hari ini.

Senja hadir pada saat itu menghiasi pertemuan yang indah ini. Lalu tiba-tiba kau berkata "Kamu jangan seperti senja yang memancarkan kebahagiaan semu lalu pergi begitu saja."

Aku tersenyum dan membalas "Aku adalah langit yang akan menemani hari-hari mu." Kau memelukku dengan erat seolah tidak ingin aku pergi. Hingga malam telah tiba pertemuan telah usai aku mengantarmu ke rumah.

Kabar buruk terucap dari bibirmu, kau pindah kerja. Bibir ini kelu berkata namun aku tidak bisa menahanmu disini. Lalu kau tersenyum dan memberi dukungan, kau meyakinkan diriku untuk berjuang mempertahankan cinta meski jarak menertawai kita. Maka aku percaya kami akan memenangkan jarak ini dengan keberhasilan. Pelukan terakhir di Bandara, aku melepaskanmu meski tidak ikhlas.

Kepergianmu membuat hubungan renggang, nomormu tidak aktif. Jutaan pertanyaan melayang-layang di kepalaku. Setan merasuki logika ini "Dia telah selingkuh, lelaki itu berhasil menumbuhkan rasa."

Namun ku abaikan perkataan itu pasti ia tidak akan meninggalkan ku tanpa alasan. Besoknya, aku  menyusul di tempat kerjamu. Bertemu denganmu untuk mengobati rasa rindu ini. Sudah ku genggam cincin untuk melamarmu saat ini. Aku ingin menjalin hubungan yang lebih dalam lagi.

Aku telah sampai di kota itu, mencari-cari parasmu disana. Hingga di kafe itu aku melihat kau dengan lelaki lain. Lelaki itu menggenggam tanganmu dan kau tersenyum. Raga ini kaku, luka bergentayangan di hati ini. Dengan langkah tertatih-tatih ku tinggalkan tempat itu.

Aku mencintaimu dalam suka, namun kau mencintaku dalam duka. Hingga aku menjadi bahan tontonan orang-orang di jalanan itu. Nyatanya kau adalah senja yang memberikan keindahan semu pada diriku. Aku menyesal menjadi langit yang terlalu setia kepadamu.

Kau berhasil membuatku terluka, kau tanamkan benih kesedihan dan tumbuh kebencian pada diriku. Dulu ku anggap kau malaikat bersayap, tetapi bagiku kau adalah iblis.

Aku merobek-robek foto kita lalu membuang cincin itu di jalanan. Mengelilingi kota dalam kegelapan, berpura-pura kuat di hadapan orang meski rapuh. Jika kau cinta kepadaku, mengapa kau tega merobek perasaanku. Aku adalah kaca yang retak dan tidak bisa di sambung lagi oleh cinta.

Kau datang lagi, aku pura-pura lupa pada kelakuanmu.  Kau menangis dan mengenggam tanganku membuatku iba dan aku menghapus air mata di wajahmu. Lalu kau mengakhiri hubungan ini, dan aku menyetujui permintaanmu.

Sebegai pertemuan terakhir kau hadiahkan aku pelukan. Ku peluk erat tubuhmu, menghirup harum parasmu yang memabukkan ragaku. Lelaki itu datang, merusak pertemuan ini. Dia pun mengakhiri pelukan dan meninggalkan aku dalam luka.

Aku berharap kau bisa bahagiakan dia, cukup aku jadi korban atas cintamu. Suatu saat aku akan menemukan gadis lain yang berhasil menjadi penyembuh rasa sakit.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun