Mohon tunggu...
Larasati Anggraeni
Larasati Anggraeni Mohon Tunggu... Guru - Laras

Gadis yang suka berimajinasi dan membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Gadis Senja

15 Februari 2020   21:47 Diperbarui: 15 Februari 2020   21:57 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tersenyum dan membalas "Aku adalah langit yang akan menemani hari-hari mu." Kau memelukku dengan erat seolah tidak ingin aku pergi. Hingga malam telah tiba pertemuan telah usai aku mengantarmu ke rumah.

Kabar buruk terucap dari bibirmu, kau pindah kerja. Bibir ini kelu berkata namun aku tidak bisa menahanmu disini. Lalu kau tersenyum dan memberi dukungan, kau meyakinkan diriku untuk berjuang mempertahankan cinta meski jarak menertawai kita. Maka aku percaya kami akan memenangkan jarak ini dengan keberhasilan. Pelukan terakhir di Bandara, aku melepaskanmu meski tidak ikhlas.

Kepergianmu membuat hubungan renggang, nomormu tidak aktif. Jutaan pertanyaan melayang-layang di kepalaku. Setan merasuki logika ini "Dia telah selingkuh, lelaki itu berhasil menumbuhkan rasa."

Namun ku abaikan perkataan itu pasti ia tidak akan meninggalkan ku tanpa alasan. Besoknya, aku  menyusul di tempat kerjamu. Bertemu denganmu untuk mengobati rasa rindu ini. Sudah ku genggam cincin untuk melamarmu saat ini. Aku ingin menjalin hubungan yang lebih dalam lagi.

Aku telah sampai di kota itu, mencari-cari parasmu disana. Hingga di kafe itu aku melihat kau dengan lelaki lain. Lelaki itu menggenggam tanganmu dan kau tersenyum. Raga ini kaku, luka bergentayangan di hati ini. Dengan langkah tertatih-tatih ku tinggalkan tempat itu.

Aku mencintaimu dalam suka, namun kau mencintaku dalam duka. Hingga aku menjadi bahan tontonan orang-orang di jalanan itu. Nyatanya kau adalah senja yang memberikan keindahan semu pada diriku. Aku menyesal menjadi langit yang terlalu setia kepadamu.

Kau berhasil membuatku terluka, kau tanamkan benih kesedihan dan tumbuh kebencian pada diriku. Dulu ku anggap kau malaikat bersayap, tetapi bagiku kau adalah iblis.

Aku merobek-robek foto kita lalu membuang cincin itu di jalanan. Mengelilingi kota dalam kegelapan, berpura-pura kuat di hadapan orang meski rapuh. Jika kau cinta kepadaku, mengapa kau tega merobek perasaanku. Aku adalah kaca yang retak dan tidak bisa di sambung lagi oleh cinta.

Kau datang lagi, aku pura-pura lupa pada kelakuanmu.  Kau menangis dan mengenggam tanganku membuatku iba dan aku menghapus air mata di wajahmu. Lalu kau mengakhiri hubungan ini, dan aku menyetujui permintaanmu.

Sebegai pertemuan terakhir kau hadiahkan aku pelukan. Ku peluk erat tubuhmu, menghirup harum parasmu yang memabukkan ragaku. Lelaki itu datang, merusak pertemuan ini. Dia pun mengakhiri pelukan dan meninggalkan aku dalam luka.

Aku berharap kau bisa bahagiakan dia, cukup aku jadi korban atas cintamu. Suatu saat aku akan menemukan gadis lain yang berhasil menjadi penyembuh rasa sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun