Mohon tunggu...
Humaniora

Identifikasi Unsur Intrinsik dari Cerpen

3 Maret 2017   18:04 Diperbarui: 3 Maret 2017   18:10 2322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Unsur Intrinsik Cerpen ‘Di Persimpangan Pantura’ adalah sebagai berikut; 

1. Tema  

Tema adalah ide dasar atau gagasan yang mendasari keseluruhan cerita dari sebuah cerpen. Cerpen‘Di Persimpangan Pantura’ mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang gadis desa bernama Limbuk untuk ‘bertahan hidup’ di lingkungannya yang ‘kejam’ dan ‘bebas’.

 2. Latar  

Latar adalah keterangan mengenai ruang, waktu serta suasana terjadinya peristiwa-peristiwa didalam suatu karya sastra.  

 a) Latar tempat 

Latar tempat dari cerpen ‘Di Persimpangan Pantura’ yaitu; 

 1. Dukuh Menjangan 

  •  Namaku Limbuk,asal Dukuh Menjangan. 
  • Tak tahu aku ada kesepakatan apa antara simbok dengan keluarga Lik Sol, tapi sejak saat itu tak pernah lagi aku melihat Lik Sol berkeliaran di desa. 

2. Patok Beusi 

  • ”Ini bukan Jakarta, bodoh! Ini Patokbeusi, negeri seribu impian…” sergah Yu Silam memotong tanya ini dan ituku.
  •  ”Patokbeusi ini kota, Yu Silam?”

3. Tempat pelacuran 

  • Demikianlah akhirnya aku terbawa masuk lingkungan warung remang-remang itu. 
  • Di siang hari aku bisa bernapas lebih lega, sebab malam hari telingaku tersiksa mendengar tawa mereka yang berubah seperti ringkik kuda. Makin malam makin ramai pesanan makanan dan minuman. Musik dangdut berdentum keras. Truk besar banyak di parkir di luar. Sopir-sopir dengan wajah berkilat oleh keringat sejenak melepas lelah,dikelilingi gelak dan bisik undangan syahwat.Beberapa dari mereka kemudian menghilang ke kamar-kamar di belakang. 

4. Rumah 

  •  Dua orang tamu datang ke rumah.

b) Latar Waktu 

1. Malam

  •  Malam berikutnya, seperti kerbau di cocok hidung aku didorong Mami bergabung dengan kelompok kecil di sudut ruangan.

c) Latar suasana . 

1.Berisik dan ramai 

  • Di siang hari aku bisa bernapas lebih lega,sebab malam hari telingaku tersiksa mendengar tawa mereka yang berubah seperti ringkik kuda. Makin malam makin ramai pesanan makanan dan minuman. Musik dangdut berdentum keras. Truk besar banyak di parkir di luar. Sopir-sopir dengan wajah berkilat oleh keringat sejenak melepas lelah, dikelilingi gelak dan bisik undangan syahwat.

 

3.Penokohan 

a) Tokoh Utama 

Tokohutama dari cerpen ‘Di Persimpangan Pantura’ adalah Limbuk. Limbuk adalahseorang gadis desa dari keluarga miskin yang merupakan korban pemerkosaan. 

  •  Namaku Limbuk, asal Dukuh Menjangan. 

Karakter Limbuk, yaitu; 

1. Pasrah  dan patah semangat

  • Aku tak mau lagi pergi bermain, keluar rumah hanya untuk sekolah atau disuruh simbok ke warung. Limbuk kecil makin terpuruk tak tahu bagaimana bersihkan lumpur yang melekat. Aku ingat selalu mandi berlama-lama karena merasa tak pernah bisa bersih lagi. Tidur bagai kepompong, berbalut seprai putih sambil berharap tak bangun lagi esok pagi. Godaan untuk bunuh diri bukan tak ada, sayang uang jajanku tak pernah cukup untuk beli obat serangga. Gantung diri jelas tak menarik minat. Pasti sakit sekali mati dengan cara seperti itu. 

3. Baik dan berbakti 

  • Mungkin saja simbok lega dengan kepergianku,tak ada lagi aib yang ditutupi. Aku tahu, ia sering menangis diam-diam ketika mengelus-elus kepalaku di tengah malam. Tentu ia paham penderitaanku, bukankah selama sembilan bulan kami pernah berada pada raga yang sama?
  • Kupeluk ia dengan air mata, ”Tidak Yu… tidak… kalaupun Yu harus mati akan kurawat dirimu baik-baik.”
  • Tak bisa kujelaskan dengan kalimat bahwa ia adalah malaikat penyelamatku. Aku tak bisa kembali ke desa lagi. Biarlah simbok hidup dengan adik lelakiku. Suatu hari akan kutinggalkan tempat ini untuk memulai hidup baru bersama Yu Silam. 

 b) Tokoh Sampingan  

1. Simbok

  • Namun aku selalu ingat kata simbok dulu, hidup ini memang sekadar mampir ngombe, singgah untuk minum.
  • Aku tahu simbok berat hati melepasku. Apa daya bayangan uang kirimanku kelak begitu menggodanya. Apalagi bapak sudah lama lari dengan perempuan nakal. Penghasilan simbok sebagai buruh tani tentu jauh untuk dikatakan layak.

2. Yu Silam 

Karakternya yaitu cetus dan sombong, tetapi pengertian. 

  •  ”Ini bukan Jakarta, bodoh! Ini Patokbeusi, negeri seribu impian…” sergah Yu Silam memotong tanya ini dan ituku. ”Patokbeusi ini kota, Yu Silam?”   ”Ssssttt… jangan pernah panggil aku dengan nama itu di sini!!” bentaknya. ”Aku Ningce.”
  •  Ia melangkah pongah dengan dagu terangkat. Aku mengikuti langkah-langkah lebarnya dengan senyum dikulum. Nama yang aneh, apa nama kota memang aneh-aneh begitu?
  •   ”Ganti namamu, tak ada Limbuk yang sekurustubuhmu.” Gurau Yu Silam.

3. Mami 

Karakternya yaitu licik tetapi baik. 

  • Mami memang perhatian kepada anak-anak asuhnya. Tak bosan-bosan mengingatkan mereka kapan waktunya suntik. Kadang-kadang juga menegur cara berdandan dan berpakaian. 
  • Duh Gusti, perempuan setengah baya ini dari luar tampak perhatian dan penuh kasih. Sesungguhnya ia hanya mengincar keperawananku yang punya harga tinggi di sini. Seandainya ia tahu kisah sedihku.

4. Alur 

Alur adalah jalan cerita sebuah karya sastra. Alur yang terdapat di cerpen 'Di Persimpangan Pantura' adalah alur maju. 

  • Dua tahun berlalu, Yu Silam mengeluh tak sekuat dulu lagi.
  • Empat bulan aku di sini, Yu Silam jarang kerja lagi karena sakit-sakitan sampai suatu hari berhenti sama sekali. 

5. Sudut pandang  

Sudut pandang adalah cara pengarang menceritakan peristiwa dalam karya sastra. Sudut pandang dalam cerpen 'Di Persimpangan Pantura' adalah orang pertama. Hal ini disimpulkan karena dalam cerpen si tokoh utama selalu mengunakan kata "Aku".

  •  Aku tak tahu ia sakit apa sebab banyak sekali keluhannya.
  • Namaku Limbuk, asal Dukuh Menjangan. 

6. Pesan 

Pesan dapat berupa nasehat atau saran yang diberikan pengarang secara tersirat untuk pembaca karya sastra. Menurut saya pesan atau amanat pada cerpen 'Di Persimpang Pantura' yaitu bahwa kita sebagai masyarakat yang mengaku bermoral tinggi tidak boleh melihat atau menyimpulkan kepribadian atau watak seseorang berdasarkan penampilan luarnya. Tidak semua orang dapat dengan mudah memutuskan atau memilih jalan kehidupan mereka sendiri, banyak faktor yang memaksa mereka mengambil keputusan yang salah seperti faktor ekonomi, sosial dan lingkungan. Intinya sebaiknya kita sebelum memutuskan sesuatu harus melihat 'dua sisi'. Selain itu, kita tidak boleh menyerah pada nasib seberat apapun itu. Hal yang terpenting kita harus selalu berusaha karena disetiap nasib buruk yang menimpa pasti ada hikmahnya. 

Sumber cerpen

by : Larasati Nugroho-XA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun