Mohon tunggu...
Humaniora

Identifikasi Unsur Intrinsik dari Cerpen

3 Maret 2017   18:04 Diperbarui: 3 Maret 2017   18:10 2322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

b) Latar Waktu 

1. Malam

  •  Malam berikutnya, seperti kerbau di cocok hidung aku didorong Mami bergabung dengan kelompok kecil di sudut ruangan.

c) Latar suasana . 

1.Berisik dan ramai 

  • Di siang hari aku bisa bernapas lebih lega,sebab malam hari telingaku tersiksa mendengar tawa mereka yang berubah seperti ringkik kuda. Makin malam makin ramai pesanan makanan dan minuman. Musik dangdut berdentum keras. Truk besar banyak di parkir di luar. Sopir-sopir dengan wajah berkilat oleh keringat sejenak melepas lelah, dikelilingi gelak dan bisik undangan syahwat.

 

3.Penokohan 

a) Tokoh Utama 

Tokohutama dari cerpen ‘Di Persimpangan Pantura’ adalah Limbuk. Limbuk adalahseorang gadis desa dari keluarga miskin yang merupakan korban pemerkosaan. 

  •  Namaku Limbuk, asal Dukuh Menjangan. 

Karakter Limbuk, yaitu; 

1. Pasrah  dan patah semangat

  • Aku tak mau lagi pergi bermain, keluar rumah hanya untuk sekolah atau disuruh simbok ke warung. Limbuk kecil makin terpuruk tak tahu bagaimana bersihkan lumpur yang melekat. Aku ingat selalu mandi berlama-lama karena merasa tak pernah bisa bersih lagi. Tidur bagai kepompong, berbalut seprai putih sambil berharap tak bangun lagi esok pagi. Godaan untuk bunuh diri bukan tak ada, sayang uang jajanku tak pernah cukup untuk beli obat serangga. Gantung diri jelas tak menarik minat. Pasti sakit sekali mati dengan cara seperti itu. 

3. Baik dan berbakti 

  • Mungkin saja simbok lega dengan kepergianku,tak ada lagi aib yang ditutupi. Aku tahu, ia sering menangis diam-diam ketika mengelus-elus kepalaku di tengah malam. Tentu ia paham penderitaanku, bukankah selama sembilan bulan kami pernah berada pada raga yang sama?
  • Kupeluk ia dengan air mata, ”Tidak Yu… tidak… kalaupun Yu harus mati akan kurawat dirimu baik-baik.”
  • Tak bisa kujelaskan dengan kalimat bahwa ia adalah malaikat penyelamatku. Aku tak bisa kembali ke desa lagi. Biarlah simbok hidup dengan adik lelakiku. Suatu hari akan kutinggalkan tempat ini untuk memulai hidup baru bersama Yu Silam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun