Ramadhan telah tiba, para kaum muslimin sangat senang dengan datangnya ramadhan. Karena di bulan suci ramadhan ini para kaum muslimin bisa mendapatkan pahala yang berkali kali lipat dari bulan bulan biasanya.Â
Bulan ramadhan juga sangat istimewa, karena di bulan ini terdapat malam yang sangat istimewa yaitu malam Lailatul Qadar yang dimana pada malam tersebut apabila kita mengerjakan satu pahala maka akan dibalas oleh Allah menjadi berlipat-lipat, malam ini juga lebih baik daripada malam seribu bulan.Â
Dan malam Lailatul Qadar biasanya jatuh di malam ganjil sepuluh hari sebelum lebaran yaitu malam ke-21, malam ke-23, malam ke-25, dan seterusnya.Â
Di bulan ramadhan juga terdapat shalat sunnah yaitu shalat terawih yang mana shalat ini bisa di kerjakan 8 rakaat, dan bisa juga 20 rakaat, dan biasanya selepas shalat terawih kaum muslimin juga biasanya melaksanakan shalat witir yaitu 3 rakaat. Sehingga jika digabungkan ada yang 11 rakaat dan ada yang 23 rakaat.
Bulan ramadhan di beberapa tempat di Indonesia mempunyai tradisi masing masing seperti tradisi baca-baca di Raha Sulawesi Tenggara.Â
Tradisi baca-baca ini sudah ada sejak zaman dulu, tradisi ini biasanya dilakukan pada awal Ramadhan, saat lebaran idul fitri dan lebaran idul adha.Â
Tradisi baca-baca ini biasanya dilaksanakan jika ramadhan, maka sebelum puasa tepatnya habis maghrib sebelum terawih. Â Dan bila saat lebaran, maka tradisi baca-baca ini dilaksanakan setelah shalat Id.Â
Makanan-makanan yang ada dalam baca-baca ini biasanya bervariasi, namun yang wajib ada di baca-baca ini ialah telur rebus, mengapa telur rebus?
Karena zaman dulu orang orang menganggap makanan telur rebus yang paling enak sehingga menjadi hidangan utama saat bca-baca.
Variasi makanan dalam tradisi baca-baca biasanya ada ayam kampung, lapat (lapa-lapa), pisang, pisang goreng, cucur, ikan bakar, telur goreng, dan telur rebus.Â
Dalam hidangan baca-baca, ada yang namanya lapat atau biasa orang Raha menyebutnya lapa-lapa.
Lapa-lapa ini merupakan salah satu makanan khas yang ada di Sulawesi Tenggara. Lapa-lapa ini terbuat dari beras ketan merah dan beras ketan hitam.
Cara pembuatannya, pertama-tama kalian harus menyiapkan beras merah dan beras ketan hitam, daun pohon kelapa yang harus di potong tipis batang kayu yang ada di daunnya, lalu tali rapia untuk mengikat lapa-lapanya.
Setelah kalian menyiapkan bahan-bahanya, lalu kalian bisa mulai memasak beras ketan hitam dan beras merahnya terlebih dahulu.
Masaknya langsung dicampurkan dan cara masaknya seperti biasa kita masak nasi, namun alangkah baiknya jika kalian masak nasinya dengan cara direbus dan kukus, sehingga enak apabila sudah setengah masak maka langsung diangkat.Â
Setelah nasinya masak setengah matang, kemudian matikan kompor dan dinginkan, lalu siapkan daun kelapa yang sudah di potong tipis batangnya, dan lipat menjadi bentuk persegi panjang.Â
Lalu setelah beras merah dan beras ketan hitamnya sudah dingin, maka saatnya memasukkan nasinya ke dalam daun kelapa yang sudah dilipat tadi.
Kalian harus mengisi dengan hati-hati setelah daunnya terisi, maka diikat melalui tali rapia agar nanti jika direbus nasinya tidak akan berhamburan ke dalam panci. Usahakan ikatan tali rapianya rapat sehingga nasinya tidak akan berhamburan.Â
Setelah semua nasi telah diisi ke daun kelapa dan diikat, maka lapat tersebut direbus kembali hingga mateng. Dan apabila dirasa sudah masak, maka lapat atau lapa-lapa pun siap dimakan.
Makanan khas Sulawesi Tenggara ini sangat bagus buat pengganti nasi. Lapa-lapa ini juga cocok bagi orang yang ingin diet atau menurunkan berat badan.
Salah satu warga Sulawesi Tenggara mengatakan, "Lapa-lapa ini sangat cocok buat yang mau diet, karena jika kita sudah makan satu buah maka kita akan merasa kenyang, dan rasanya pun enak," tutur Waode Nur Amelia.Â
Lapa-lapa juga salah satu makanan yang ada di tradisi baca-baca Raha Sulawesi Tenggara. Makanan ini menjadi pengganti nasi di dalam baca-baca.Â
Mengapa sih ada tradisi baca-baca apa tujuan dari baca-baca ini? Pasti para pembaca bingung kan dengan tujuan dari tradisi baca-baca ini
Tradisi baca-baca ini merupakan salah satu ungkapan rasa syukur kita yang telah dipertemukan kembali dengan Ramadhan.
Dan di saat idul fitri maupun idul adha, tradisi baca-baca ini pun dibuat untuk ungkapan rasa syukur kita kepada Allah swt.Â
Orang Raha percaya bahwa Ramadhan ini merupakan tamu istimewa yang harus disambut kedatangannya yaitu dengan tradisi baca-baca.
Dengan dilaksanakan tradisi baca-baca ini, kita diharapkan bisa lebih rajin dalam beribadah.Â
Salah satu warga Sulawesi Tenggara mengatakan, "Intinya tradisi baca-baca ini itu bentuk syukur karena dalam setahun ini kita masih diberi kesempatan bertemu dengn bulan suci ramadhan. Karna bulan suci ramadhan ini ibarat tamu yang harus kita sambut dengn baik dan dengan rasa syukur." Tutur Waode Azyah.Â
Tradisi baca-baca ini bagi orang Raha wajib dilakukan untuk menyambut bulan suci ramadhan. Biasanya jika tradisi baca-baca ini dilaksanakan pada hari lebaran, maka akan ditambah hidangan minuman yang bervariasi seperti kopi pahit, kopi manis, susu, teh, dan air putih.
Itu salah satu tradisi yang ada di Indonesia, yaitu baca-baca untuk menyambut datangnya bulan suci ramadhan.
Semoga bermanfaat dan selamat berpuasa bagi kalian yang menjalani ibadah puasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H