Mohon tunggu...
Lany Hardila
Lany Hardila Mohon Tunggu... Guru - Seorang anak perempuan, istri, guru dan akan menjadi ibu.

Semangat menjadi penulis! Semangat menjadi guru inspiratif! Semangat menjadi orang yang bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peran Sastra dalam Membentuk Karakter Siswa

25 November 2018   21:03 Diperbarui: 26 November 2018   02:12 1508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, menelitik dari sejarah, mengenai sastrawan yang tanpa ada perlakuan dan peraturan khusus menyumbangkan pemikirannya melalui perbaikan karakter bangsa melalui pembelajaran sastra yang akan langsung berpengaruh pada bidang pendidik yaitu guru bahasa Indonesia dan siswa sebagai cikal bakal agen perubahan serta pembelajaran mengenai sastra itu sendiri yang di ungkapkan dengan cerita fiksi yang mengandung amanat dan puisi yang mempunyai pesan moral tersendiri.

Berbicara mengenai karakter sebagai akhlak dapat bersifat positif dan negatif. Dalam pandangan agama terdapat akhlakul karimah (akhlak mulia) dan akhlakul madmumah (akhlak tercela. 

Dalam akhlakul karimah tercakup 22 sifat terpuji yaitu, sederhana, rendah hati, giat bekerja, jujur, memenuhi janji, terpercaya, konsisten atau istiqomah, kemauan keras, bersaudara, belas kasih, satria, tabah, lemah lembut, ramag, simpatik, malu, bersaudara, suka menolong, menjaga kehormatan, menjauhi syubhat ; pasrah kepada Allah, berkorban untuk orang lain dan penyayang. Sementara lawan dari sifat-sifat terpuji itu termasuk akhlakul madmumah, seperti boros, seombong dan malas. Menurut Koesoema.A (2010: 79) Karakter dapat didefinisikan sebagai unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan.

Sastra sebagai hasil karaya seni manuisa yang berupa lisan maupun tulisam yang mempunyai makna atau keindahan tertentu. Dalam sastra terkandung eksplorasi mengenai kebenaran kemanusiaan, adat istiadat, agama, kebudayaan dan sebagainya. Sastra menawarkan berbagai bentuk kisah yang merangsang pembaca untuk berbuat sesuatu. 

Menurut Luxemburg dkk (1989:76) sastra juga bermanfaat secara rohaniah. Dengan membaca sastra, kita memperoleh wawasan yang dalam tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual dengan cara yang khusus.

Sastra adalah taman yang indah dan penuh perenungan filsafati. Jika diapresiasi secara baik dan memadai, sastra memiliki segala aspek yang dibutuhkan oleh manusia yang beradab dan berbudaya untuk menjadi lebih humani. Dengan bahasa yang cermat seorang sastrawan mencoba mengkonstruksi konteks penciptaan sastra ke dalam sebuah dunia baru.

Berbicara mengenai sastra dan pendidikan karakter merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sastra membicarakan berbagai nilai yang terkait dengan hidup dan kehidupan manusia di bumi yang sekarang dipijak. Menurut Mangunwijaya (1992:7) menyatakan di samping penelitian yang bersifat ilmiah untuk memahami dan menolong manusia serta masyarakat. 

Dunia sastra masih tetap memegang peran vital dalam bidang yang sama. Khususnya dalam dimensi-dimensi yang begitu dalam seperti religiositas manusia, yang menentukan sikap kita terhadap diri sendiri, buah-buah sastra mengisi apa yang tidak mungkin diisi ilmu pengetahuan dan ikhtiar-ikhtiar kemanusiaan lain. Khususnya dalam pengolahan religius manusia yang lazimnya hanya dapat dikomunikasikan melalui bahasa lambang dan persentuhan cita rasa, sarana sastra sangat bermanfaat.

Pengalaman-pengalaman yang diperoleh melalui membaca karya sastra dapat memotivasi serta menunjang perkembangan kognitif atau penalaran peserta didik (anak). Dengan begitu kepribadian anak akan jelas pada saat mereka mencoba memperoleh kemampuan untuk mengekspresikan emosi, empatinya terhadap orang lain dan mengembangkan perasaannya mengenai harga diri dan jati dirinya. Dengan demikian anak dapat hidup bermasyarakat dengan baik dan memiliki budi pekerti yang baik pula.

Karya sastra yang dapat dipilih sebagai bahan ajar adalah karya sastra berkualitas, yakni karya sastra yang baik dalam konstruksi struktur dan mengandung nilai-nilai yang dapat membimbing peserta didik menjadi manusia yang baik. 

Dalam pengelolaan proses pembelajaran, guru harus mengarahkan siswa dalam proses karya sastra. Guru harus mengarahkan siswa untuk dapat menemukan nilai-nilai positif dari karya sastra yang mereka baca. Guru jangan membebaskna siswa untuk menemukan dan menyimpulkan sendiri nilai-nilai yang ada dalam karya sastra. Selanjutnya, guru membimbing siswa untuk dapat mengaplikasikan nilai-nilai positif yang telah diperolah dari karya sastra dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun