*
Hatiku masih saja tak menentu ketika kaki memasuki menit-menit sakral dalam hidupku. PERNIKAHANKU. Angan-angan, khayalan itu tetap tak ada putusnya menyelip masuk. Semakin aku tutup semakin liar menembus.
Antara perempuan dan laki-laki yang berciuman menghapus duka. Antara Andara dan Lanang dalam buaian puisi-puisi Pablo Nerunda. Mereka sesesungguhnya menyembunyikan luka.
Begitu juga ketika aku berjalan pelan dan duduk disampingmu, kau menatapku lembut. Namun aku menemukan luka. Tiba tiba aku merasa iba.akan bahagia yang pura-pura kita suguhan pada penghulu dan tamu undangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H