Mohon tunggu...
Trie Yas
Trie Yas Mohon Tunggu... Jurnalis - Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Beginilah Musamus, Rumah Semut di Kabupaten Paling Timur Indonesia

29 Desember 2016   17:47 Diperbarui: 30 Desember 2016   11:11 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaki baru saja menginjak Bandara Mopah, Merauke, Papua. Mata sudah disuguhi pemandangan indah. Dari kejauhan terlihat gundukan tanah menjulang tinggi, tumbuh bersama pohon-pohon dan rerumputan. Ketika mendekat, gundukan itu tenyata lebih tinggi dari tubuh manusia. Ada yang mencapai dua kali tinggi orang dewasa.

Merauke, Kabupaten terluas sekaligus menjadi yang pertama di wilayah Indonesia yang disinari matahari.  Masyarakat sekitar menamakan gundukan tanah menjulang tinggi itu dengan "musamus". Menurut penduduk setempat, musamus merupakan tempat tinggal koloni jutaan semut.

Kita tahu semut banyak hidup dan sering sekali ditemui di sekitar kita. Kadang kita tidak terlalu mempedulikannya. Jika dirasa mengganggu menggigit, pasti kita pites. Semut juga terkenal hidup bergerombongan, terkenal hidup bergotong-royong, tampak bersahabat dan setia. Jika ada salah satu rekan yang mati, yang lain mengangkutnya. 

Musamus tingginya bisa mencaapi dua kali tinggi manusia dewasa. (Foto: dokpri)
Musamus tingginya bisa mencaapi dua kali tinggi manusia dewasa. (Foto: dokpri)
Musamus terbuat dari tanah, rumput kering, dan air liur sebagai perekatnya. Sangat kokoh dengan dinding berlubang-lubang sebagai ventilasi untuk menjaga kestabilan suhu sarang untuk tetap hangat. Sehingga tidak terpengaruh cuaca dari luar, baik panas dan dingin, hujan dan kemarau, terlindungi dari kebakaran hutan. Bahkan bisa menahan bobot manusia yang memanjatnya.

Ketika mendekati musamus, jangan bayangkan semut-semu berkeliaran di lapisan bangunan seperti kita melihat semut-semut berjalan berderet di tembok rumah. Menurut masyarakat, cara kerja semut-semut itu di malam hari tanpa diketahui oleh orang.

Jenis semut yang tinggal di musamus tidak besar seperti semut api dan tidak terlalu kecil, lebih seperti rayap bernama rayap Macrotermes sp. Tidak seperti rayap yang suka berbagai benda berbahan kayu. Untuk membangun musamus, semut-semut itu membutuhkan waktu sekitar 1-2 tahun.

Musamus di merauke tingga hanya satu atau dua, tapi banyak dan berdiri bertetangga kayaknya rumah manusia. (Foto: dokpri)
Musamus di merauke tingga hanya satu atau dua, tapi banyak dan berdiri bertetangga kayaknya rumah manusia. (Foto: dokpri)
Di Indonesia, musamus/rumah semut hanya bisa ditemui di Merauke. Rumah semut saat ini hanya tercatat di tiga negara, selain di Merauke juga terdapat di Australia dan Afrika. Di Merauke sendiri, Musamus berdiri kokoh tidak hanya satu atau dua, melainkan mencapai ratusan seperti rumah manusia, bertetangga, berdiri berdekatan. Jika Anda singgal ke Merauke, Musamus akan menyapa dan jangan lewatkan untuk mendekati dan membuktikan kekokohannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun