Lana tersenyum perih membaca tulisannya 3 bulan lalu itu, ah.. harusnya dari dulu ia membuka mata bukankah tulisan itu sekedar untuk menertawakan dirinya sendiri tapi mengapa ketika bertemu kembali dengan laki laki itu hatinya mulai goyah dan tetap percaya cinta itu ada.
Minggu malam ini ia berniat untuk menetralkan perasaannya, ingin menikmati sakit dan kenapa ia menjadi begitu lemah dan rapuh, terpuruh sedalam ini.
“Sebenarnya malam ini ada yang mau aku bicarakan penting tentang kita.”
“ Aku ingin kita bubar. Aku ga mau bohongi kamu terus terusan. Aku sudah mencoba tapi aku ga bisa sayangku ke kamu hanya sebatas adik. Aku sudah mencoba mencintaimu tapi aku tak bisa.”
“Kenapa ?”
“Jangan tanya kenapa karena inilah adanya.”
“Jangan tanya kenapa ke aku tapi tanya kenapa ke dirimu sendiri. Kenapa kau tak mampu mempertahankan aku untuk tetap mencintaimu. Memang iya dulu aku berjanji untuk memberimu dan selalu memberimu bahagia tapi aku sendiri tak tahu rasa itu hilang dengan sendirinya. Aku tak bisa melanjutkan hubungan ini.”
Mungkin semuanya memang benar . Semua ini karena salahnya. Salah ia yang selalu menurutinya, salahnya yang selalu mempercayainya, salahnya juga yang tak becus mempertahankan cintanya. Dan salahnya jika sekarang tak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki.
Cinta itu bisa menguatkan kita tapi juga bisa melemahkan. Harusnya Lana dari dulu menyadari hal itu. Tapi bukannya sebuah perjalanan menyisakan cerita yang bisa kita pilih untuk dilupakan atau sekedar untuk dikenang. Ah, tadi siang ia mendapati teman satu kostnya menangis karena ia mencintai dan menjalani hubungan dengan lelaki beristri.
Sekarang ia menyadari sepenuhnya cinta janganlah membuat kita buta.
jika sekarang kau merasa patah hati bersyururlah karena itu artinya kau memiliki cinta.