Mohon tunggu...
Trie Yas
Trie Yas Mohon Tunggu... Jurnalis - Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ternyata Cinta

12 November 2016   17:05 Diperbarui: 12 November 2016   17:19 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ternyata Cinta (foto: Trie yas/aka.lanang)

Hingga akhirnya ada ombak yang mampu mendorongnya untuk tetap mengalir mencari tempat bermuara. Ketika ia asyik dengan busa busa sabun mukanya. Lelaki itu datang dengan menawarkan “ingin memberi kebahagiaan, menunjukan senyum yang lama tertutup topeng, senyum mentari yang lama terlihat hanya kabut.” Awalnya ada kebimbangan dan saat itu ia lebih sering mencuci muka dan tak seperti biasa yang malas menatap wajah di cermin tiap habis cuci muka, ia lama terdiam memandangi wajahnya sendiri di cermin.

Setelah sebulan lamanya ia merenung akhirnya ia memberi jawaban.

Berusaha bangkit, hidup.

Pelan pelan ia berusaha mengalir mencari tempat yang lebih tinggi lalu meluncur ke tempat yang lebih rendah tentu bukan sebuah jurang yang bisa  membuatnya terjun bebas. Meski ia berkeyakinan pasti akan sampai ke tahap itu.

Dan perempuan itu tak pernah menduga ia terlalu riang mengalir sampi ia tak menyadari dan mengatisipasi sebelumnya bahwa tiap aliran ada sumbatan. Ada lubang yang membuat kekuatan air mengalir berkurang. Namun ia tak mau menyerah dan diam menjadi sebutir tanah kering. Ia berusaha untuk sama sama menjadi dorongan tetap mengalir dan merubah kebiasaan dulu. Tenyata cinta lebih rumit dari rumus fisika.

Sampai menuju angka satu tahun ia mulai menyadari sudah lama ia tak sesering dulu mencuci muka. Ia menyadari ketika ia merasa putus asa dari mengambil kesimpulan

“ jika kau ingin membunuhku? kau sudah berhasil”

ia merasa di hidupnya ada yang tak hidup

Ah, ia berharap seperti itu. Tapi apa daya..

“Mulai malam ini cintaku padamu hilang.”

Terlalu banyak kata. Terlalu banyak amarah hingga ia sendiri tak mengenal dirinya sendiri namun kata itu yang  selalu ia ingat, Kata kata dari lelaki yang dianggap kekasih. Kekasih cinta pertama dan diharap terakhir. Lelaki yang mengajarinya bagaimana rasanya cinta, nikmatnnya rasa deg deg kan ketika bibir saling melumat, nafas saling bertukar. Hangatnya sebuah pelukan dan nyaman ketika tubuh di dekap menjadi kesatuan. Mengajarinya apa itu cemburu dan sedih hati yang memembuat wajah basah dengan airmata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun