Semua digambarkan secara tersirat, termaksud kultur jawa atau Kejawen. Bagi penonton yang kurang akrab dengan kebudayaan Jawa. Besar kemungkinan akan tersesat.
Namun secara luas, film ini mencoba menggambarkan masyarakat di negeri ini, yang kebanyakan masih mempercayai klenik disamping juga menikmati hal logis seperti perkembangan teknologi.
Dalam diskusi seusai pemutaran film, Harry mengaku mengangkat budaya Jawa karena dirasa menarik dan dekat dengan kehidupannya yang memiliki nenek dari Jogja. Ia menilai orang Jawa unsur rasional dan klenik berjalan beriringan.
"Selama ini, saya merasa masih ada kekeliruan atau sesuatu yang belum tergali dari kebanyakan film yang menggambarkan kebudayaan Jawa. Memahami orang Jawa itu tidak gampang. Tak bisa sebatas melihat dari mata saja. Tapi perlu melihat langsung ke pikiran dan perasaan mereka,” ujarnya dalam diskusi setelah pemutaran film.
Dalam membuat film Sunya Harry mengaku membutuhkan waktu sekitar 3 tahun untuk memindahkan budaya Jawa ke dalam bentuk sinematografi film
Kekuatan film ini disamping alur cerita yang absrak, adalah pemilihan pemeran-pemerannya. Dari pemeran utama sampai figuran semua memainkan karekter mereka dengan sangat pas dan meyakinkan.
Selama proses pembuatan model yang pernah bermain film Arwah Goyang Karawang ini mengaku sempat depresi dan berniat mundur dari produksi yang sudah mencapai 90%
“Mendalami karakter Bejo yang aneh, membuat saya depresi dan benar-benar gila. Selama sebulan syuting saya dikurung di desa, jauh dari kota, dan jujur saja saya anak mall banget. Di sana hanya ada satu mini market dan itu tempatnya jauh di kecamatan. “ujar Erlandho yang harus menaikan berat badannya sampai 18 kg.
Harry Dagoe pun mengakui memilih Erlandho Saputra karena karakter wajahnya dinilai cocok dan pas. Ia juga mengapresiasikan kerja kerasnya untuk merasuk dalam karakter bejo. “Sebelum Erlandho saya menawarkan film ini kepada Reza Rahadian, tetapi setelah proses casting ternyata karakter wajah Reza kurang cocok.”
Lain cerita dengan yang dialami pemeran tokoh Bejo masa kecil. Satria Qolbun Salim, kebetulan anak indogo. “Pada saat syuting di hutan, satria bikin heboh kru karena dia berteriak-teriak merasa di tarik-tarik bajunya. Kalau sudah kayak gitu, Ibunya lansung telpon tantenya di Solo yang kebetulan bisa menerawang. Katanya makhluk itu pengeng ikut syuting.” jelas Harry.