[caption caption="‘atraksi pembalap tong setan."][/caption]
Jika datang ke pasar malam, tempat bising dan berisik pasti mengundang rasa penasaran orang-orang untuk datang. Tong setan atau tong stand salah satunya. Demi menarik pengunjung, sang pengendara menyalakan motor dengan sangat-sangat kencang sehingga memancing orang-orang berduyun-duyun untuk melihat tontonan.
Aktraksi dimulai dengan penampilan satu motor yang berputar-putar mengelilingi tong yang berdiri. Mencoba menentang hukum gravitasi dengan memanfaatkan gaya sentrifugal dengan menaiki motor trail. Motor atau gokart dipacu dengan kecepatan tinggi mengitari arena yang berbentuk tabung. Disusul dengan satu motor lagi. Dibutuhkan kepiawaian seorang pengendara motor karena pertunjukan ini dilengkapi dengan gaya melepas tangan dari kendali dan lainnya.
Deru-deru kendaraan tak terlelakkan bahkan jeritan-jeritan penonton juga melengkapi atraksi ini. Para penonton akan memancing penggendara dengan uang 5.000 atau 10.000 seperti saweran layaknya penyanyi orkes dangdut. Dan atraksi semakin lengkap dengan aksi pembalap yang mengendarai sepeda. Dengan cukup Rp7.000 saja, penonton yang didominasi masyarakat urban kelas menengah itu disuguhi pertunjukan yang memacu adrenalin.
[caption caption="‘Aku Rela Mati demi Sesuap Nasi’ slogan yang tertulis di pintu tong."]
‘Aku Rela Mati demi Sesuap Nasi’ slogan yang tertulis di pintu tong, memang ada benarnya. Meski permainan hanya berlangsung sekitar 15 sampai 20 menit, itu sangat menentukan hidup.
Seperti dilakukan Ambon, ketika ditemui di acara pasar malem di Solo (10/8) pria asal Flores ini menggantungkan bahkan mempertaruhkan nyawa dari bisnis hiburan pasar malam yang selalu berpindah dari satu kota ke kota lainnya. Berbekal pengalaman dari geng motor jalanan, ia menganggap nyawanya menyatu dengan motor. Rasa takut kecelakaan sudah tak ada. “Ibarat kalau orang bilang, nyawa kita sudah menyatu dengan motor, jadi udah seperti makanan sehari-hari.” Ambon mengaku pekerjaan yang ditekuni hampir dua tahun terakhir ini didukung istri dan keluarga.
Ambon menyadari pekerjaannya ini sangat berisiko karena nyawa menjadi taruhan. Dalam menjalankan pekerjaannya tidak ada unsur horor dan magis, semua dilakukan karena keberanian. “Menjadi pemain tong setan itu sebenarnya tak butuh apa-apa. Karena yang dibutuhkan hanya satu, nyali dan keberanian,” tegasnya.
[caption caption="Selain motor juga ada sepeda yang mengikuti di belakang."]
Selama ini kecelakaan yang terjadi biasanya karena ban belakang meletus, jika hanya ban depan ia mengaku masih bisa dikendalikan. Lebih lanjut ia mengaku memilih pekerjaan ini karena hobi mengutak-atik motor dari kecil. Ia percaya garis hidup setiap makhluk sudah ditentukan. “Jika saya kecelakaan dan mati dalam pekerjaan, itu sudah kehendak-Nya. Semua pekerjaan pasti ada resikonya,” tutur Ambon yang pernah mengaku punya prinsip menjalani pekerjaan dengan dengan senang dan ikhlas serta yang terpenting halal, tak merugikan orang lain.
*
[caption caption="Warga tampak antusias menyaksikan tong setan atau tong stand, tidak hanya orang dewasa tetapi juga anak-anak."]
[caption caption="Sebelum mulai si pembalap harus mengecek motor dalam kondisi baik. Jangan sampai ban bocor karena akan memicu kecelakaan."]
[caption caption="Penonton pun tampak tegang dan terpacu adrenalinnya."]
[caption caption="Ambon mengaku nyawanya sudah menyatu dengan motor, seperti makanan sehari-hari."]
Foto-foto : Koleksi pribadi (Trie yas)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H