Awal-awal ia sering berangkat bekerja dengan mengendarai sepeda motor Suzuki Shogun warna biru, yang usianya kira-kira sudah 22 tahun.Â
Pada masanya motor ini memang termasuk motor bagus dan diminati karena modelnya menarik dan bermesin 125 cc, sementara saat itu rata-rata mesin motor masih 100 cc & 110 cc.
Dengan kendaraan itu bisa dibayangkan bahwa motornya adalah yang paling tua di deretan motor-motor masa kini yang rapi terpakir di halaman dengan dominasi skuter matic, apalagi tipe PCX dan N-Max yang sedang booming. Apakah muncul rasa minder?Â
Tentu ada, sewajarnya gadis muda seusianya yang hidup di lingkungan orang muda di zaman digital yang tidak pernah ketinggalan meng-upgrade gaya hidup gegara gencarnya iklan di media sosial.
Namun ada hal menarik dari Cahaya untuk menunjukkan jati dirinya, seorang gadis yang mandiri, memiliki mimpi, memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya, dan ia membuktikan itu.Â
Pertama, enam bulan setelah bekerja ia berhasil membeli sepeda motor baru Honda Vario 125 cc, dibayar tunai. Bisa membayangkan di saat orang dimanjakan oleh leasing untuk kredit dengan DP hanya 500 ribu rupiah, ia memilih membeli secara tunai.
Kedua, setelah membeli motor ini, goal dia selanjutnya adalah menabung agar bisa mengumpulkan uang untuk merenovasi rumah neneknya. Sebab rumah itu diwariskan sang nenek kepadanya dengan usia bangunan yang lebih dari 30 tahun, tentu banyak yang harus diperbaiki.Â
Bisa dibayangkan, gadis usia 18 tahun berjuang untuk merenovasi rumah? Berapa tahun yang ia butuhkan agar uangnya cukup? Namun semua itu menjadi kebulatan tekadnya yang sangat kuat.
Selidik punya selidik apa sih yang membuat Cahaya memiliki pencapaian hebat untuk ukuran seorang pekerja baru, dan sosok yang masih muda belia ini?
Pertama, ia sudah terkondisikan hidup dalam keluarga sederhana. Di mana setiap hal yang ingin dicapai harus diperjuangkan, seperti menabung untuk bisa membeli barang yang diperlukan. Pelajaran ini ditanamkan oleh almarhum ayah, dan juga oleh ibunya yang saat ini tinggal bersama Cahaya dan kakaknya.
Kedua, dari keluarga ia mendapatkan sebuah pola pikir lebih baik susah sekarang tapi akhirnya bahagia, daripada bahagia sekarang tetapi susah dikemudian hari.Â