Itu sebabnya di kampung jarang sekali ada warga yang memakai masker dalam keseharian mereka. Kadang ketaatan memakai masker justru menjadi sebuah keanehan diantara yang lain, yang akhirnya menjadi bahan candaan bahkan sinisme. Ironis sekali kondisi ini, merasakan kenyamanan dan keamanan yang semu, yang menjadi langgeng karena rasa "ewuh pakewuh" dan ketidakinginan berkonflik dengan sesama warga desa. Nyaman sesaat yang membawa ancaman kengerian dahsyat.
Dan benar, selang beberapa bulan kemudian, saya mendengar bahwa mulai ada warga tetangga kampung yang terpapar Covid-19 dan harus isolasi mandiri. Adapula warga yang terpapar karena lepas bepergian ke daerah lain dan akhirnya sakit semakin parah dan meninggal dunia.
Seorang teman bercerita bahwa tahun lalu mayoritas warga di daerah asalnya yaitu pesisir pantura Jawa Tengah juga tidak percaya bahwa Covid-19 bisa menjangkiti mereka yang mayoritas bekerja sebagai petani tambak dan petani sawah. Namun usai lebaran tahun ini rupanya korban mulai berjatuhan dan mitos bahwa petani tidak mempan terkena Covid-19 terpatahkan.
Perang melawan pandemi Covid-19 adalah perang jangka panjang yang membutuhkan daya tahan tubuh dan mental yang kuat. Â Oleh karena itu tidak elok bila perilaku-perilaku sembrono masih ada dan dipertahankan dalam kehidupan masyarakat luas.Â
Seperti negara-negara tetangga yang sudah berhasil memenangkan perang ini, semestinya kita meneladani pola pikir dan perilaku mereka demi kebaikan kita bersama.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H