Memang ada domba muda yang wajib mereka sembelih atas perintah Nabi Musa dengan dua tujuan: yang pertama darahnya dioleskan di atas kusen pintu sebagai pertanda bagi Malaikat maut ketika melihat tanda itu.
Sang Malaikat akan melewati atau melompati rumah itu sehingga nyawa anak sulung orang Yahudi selamat dari kematian sedangkan anak sulung orang Mesir dan setiap rumah yang tidak ada tanda merah darah anak domba diatas kusen pintu rumahnya pasti mati.
Dan tujuan kedua adalah untuk dimakan bersama keluarga sampai habis secara cepat sebab mereka akan menempuh perjalanan jauh. Itu sebabnya memasak dagingnya juga tidak sempurna, rasa bukanlah yang utama lagi, namun ketaatan untuk melakukan adalah hal yang pokok.
Dalam merayakan paskah orang Yahudi masih melakukan tradisi ini, makan domba paskah, roti tanpa ragi, dan sayur pahit. Ketiga makanan itu adalah simbol makanan budak, yang memberikan peringatan bahwa sekali waktu di jaman dahulu mereka adalah budak, yang hidup dalam kepahitan, penderitaan, kesusahan dan ketidakadilan. Paskah mengajak mereka untuk tidak lagi hidup menjadi budak, dan tidak memperlakukan orang lain sebagai budak.
Ribuan tahun kemudian seorang Yahudi bernama Yesus Kristus hadir dengan misi keselamatan-Nya yang IIlahi, ajaran yang kemudian dikenal menjadi pokok iman agama Kristiani (Katholik dan Kristen).Â
Agama Kristen mengamini semua yang diyakini dalam makna Paskah Yahudi. Namun secara khusus agama Kristen mendapatkan pembaharuan dalam keimanan tentang menerima keselamatan kekal melalui iman kepada Yesus Kristus yang telah menjadi "domba paskah" bagi umat Kristen.
Sama seperti domba paskah Yahudi, dikorbankan untuk keselamatan mereka dari kematian saat Malaikat maut melintasi rumah demi rumah di negeri Mesir untuk mencabut nyawa setiap anak sulung mereka.
Yang pasti adalah ketika seseorang semakin mengenal Khalik-nya maka ia akan semakin membumikan cahaya Illahi. Membawa pancaran sifat-sifat Khalik-nya di bumi dimana dia hidup bersama sesamanya manusia, alam dan isinya.Â
Pancaran sifat-sifat Illahi itu akan menghidupkan orang yang mati rohaninya, hilang semangat hidupnya, memberikan warna dan kegairahan bagi lingkungannya, menimbulkan pengharapan bagi yang berputus asa, keberanian bagi yang tertindas, damai bagi yang terpinggirkan, dan mengembalikan nilai  kemanusiaan yang hilang.
Jika Paskah Yahudi mengingatkan seluruh Bangsa Israel agar tidak lagi hidup sebagai budak dan jangan memperlakukan orang lain sebagi budak, demikian pula Paskah bagi umat Kristen adalah pembebasan dari "kehidupan budak", budak dari dosa berupa hawa nafsu, kemarahan, dendam, permusuhan, kebencian, keinginan untuk menindas, dan keangkaramurkaan.Â