Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Membingkai Ulang Makna Idiom "Usul Mikul"

23 Januari 2021   15:52 Diperbarui: 28 Januari 2021   03:35 1313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehingga dengan menyadari bahwa tujuan dari dirinya menyampaikan ide atau gagasan adalah sesuatu yang mulia, maka dengan ikhlas ia mengambil jalan ini, jalan "usul mikul", setulus Miyamoto Musashi, seorang Samurai ronin yang mengambil jalan pedang dan menjalani pilihannya dengan segenap hati, sehingga mencapai tataran kualitas terbaiknya dan menjadi inspirasi bagi banyak orang. 

Pilihan atas jalan "usul mikul" dalam konteks yang lebih dalam dan religius, sesungguhnya merupakan sebuah perwujudan dari kepercayaan mendasar (beliefs) yaitu segala sesuatu yang dikerjakan adalah bentuk ibadahnya kepada Sang Khalik.

Baca: Bu Risma Sang Transformational Leader

Siapa yang sudah melakukan hal seperti ini? Banyak. Lihat para pemimpin dunia yang dalam bulan-bulan ini menjadi volunteer untuk menerima vaksin corona pertama di negaranya dalam rangka memberikan teladan dan edukasi kepada rakyatnya sehingga mereka memahami pentingnya proses vaksinasi untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap virus corona, dan selanjutnya bersedia mengikuti jejak pemimpinnya untuk mendapatkan vaksin corona pula. Anda mau contoh yang lebih sempurna lagi, lihatlah contoh keteladanan Nabi, dan jangan bertanya lagi.

Baca juga Jangan Ragu Divaksin: Raja Salman, Presiden Jokowi, lalu kita.

Nah sekarang saatnya bagi kita untuk merenung kembali, berpikir ulang kembali, dan menelaah dengan penuh kesadaran diri agar bisa memaknai idiom "usul mikul" dengan benar demi kemaslahatan masyarakat luas.

Sebab masyarakat perlu diberikan edukasi, dan praktik keteladanan, sehingga pada akhirnya mampu kembali menangkap makna sejati dari idiom "usul mikul" dalam kehidupan pribadi, organisasi, dunia pekerjaan, lingkungan jamaah, kehidupan umat, maupun sebagai bagian dari anggota masyarakat luas. 

Yang pada akhirnya nanti akan mampu memberikan kontribusi positif antara satu dengan yang lainnya sehingga kebaikan demi kebaikan akan terjadi diberbagai tempat akibat munculnya kesadaran baru, kesadaran yang benar mengenai hal ini. 

Kapan harus kita mulai? Jawabannya adalah sekarang. Darimana kita harus memulainya? Jawabannya adalah dimulai dari dalam diri kita sendiri. Semoga kita semua berubah menjadi lebih baik. Salam rahayu wilujeng.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun