Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Receh Yo Ben, Bahagiaku Tembus 1000 Poin di Kompasiana

2 Januari 2021   11:12 Diperbarui: 2 Januari 2021   17:28 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya masih tergelitik dengan Petasan 2020 Hari 10 dengan tema Pencapaian Receh Tahun Ini. Ada satu hal yang saya tunggu-tunggu pecah telor dalam pencapaian saya menulis di blog kompasiana. Apakah itu? Itu adalah tembus poin 1000 haaa... 

Saya sudah rencanakana untuk screenshot tepat ketika poin saya dianugerahi angka bulat 1000 oleh Bos Kompasiana. Tapi ternyata tidak bisa saya dapatkan angka bulat 1000, sebab beberapa jam saya tinggal aktivitas bekerja waktu saya tengok poin saya 1002, bagaimanapun ini sesuatu yang sangat menyenangkan bagi saya. 

Dari debutan dengan poin 100-500, lalu dapat poin 5001 naik ke junior, sekarang dapat poin 1000. Masih kelas junior juga sih, tapi kan sudah tercapai 60% menuju Taruna yang mensyaratkan poin 1501..horeee....

Sebenarnya apa sih yang membuat saya begitu senang? Pertanyaan yang bagus untuk saya sendiri, hee.

Dan jawabannya adalah saya merasa senang karena saya bisa mengalahkan rasa malas menulis  yang membuat saya vakum lima bulan di Kompasiana. Dan poin angka 1000 adalah penghargaan buat kemenangan saya mengalahkan rasa malas itu. 

Terakhir saya menulis adalah 1 April 2020, saya tidak begitu tertarik untuk memperhatikan berapa poin saya, karena yang ada dalam pikiran saya adalah hanya ingin menulis ketika hati sedang mood saja dan ada ide yang bisa dituangkan dalam tulisan. saat itu rasanya tidak semangat menulis seiring mengganasnya virus Covid-19 diawal-awal pandemi, yang mempengaruhi banyak hal pribadi dan relasi sosial.

dokpri
dokpri

Kalau digali lebih dalam pada saat bulan September saya membuka Akun Kompasiana ternyata poin saya 500 lebih sedikit, pangkat saya naik dari Debutan menjadi Junior, seorang newbie di kelas junior. 

Rupanya ini menjadi pemantik awal yang menumbuhkan api semangat untuk kembali menulis. Ketika tanggal 25 September 2020 saya mencoba menulis ternyata ide-ide mengalir kembali, terus mengalir sampai sekarang dan seiring dengan kebiasaan menulis itu  poin saya bertambah sampai tembus angka 1000. 

Tulisan pertama di bulan September sekedar menuangkan ide, tulisan kedua tembus Headline, dan tak terasa dalam empat bulan sudah bisa menulis 22 artikel dan tiga diantaranya masuk kategori Headline. 

Jadi kalau dirata-rata dalam empat bulan terakhir di 2020, saya bisa memproduksi lima artikel perbulan, waow bagi seorang saya ini mengagumkan, heee..

Gali lebih dalam lagi ternyata ada satu faktor penting yang membuat saya produktif menulis yaitu berani ikut tantangann event yang diselenggarakan Kompasiana. Event itu adalah Petasan 2020 yang berlangsung selama sebelas hari dari 22 Desember 2020 - 01 Januari 2021, dimana peserta wajib menuliskan tema yang berbeda setiap hari, sesuai  yang ditentukan oleh Kompasiana. 

Pencapaian saya adalah mampu menulis enam artikel dari sebelas tema yang ditentukan dalam rentang waktu tersebut, ini sama dengan 54.5% dari target yang ditentukan. 

Apakah istimewa? Mungkin tidak  bagi penyelenggara, tapi bagi saya ini adalah pencapaian pertumbuhan pribadi yang istimewa. Tidak semua tema bisa saya olah menjadi artikel dengan judul yang menarik. 

Misalkan tema Indonesia Butuh Ketawa, haduh..saya gak bisa bikin artikel joke, karena saya tipikal yang seriusan. Juga tema tentang puisi Haiku di hari terakhir tanggal 01 Januari 2021 kemarin, heee...saya baru dengar istilah puisi Haiku, memang penyelenggara menyediakan referensi untuk dipelajari sebelum membuat puisi Haiku, tapi tidak mudah mencerna dalam waktu singkat supaya paham betul dan bisa membuat puisi Haiku. Coba kemarin puisi bebas aja, pasti saya bisa banget..haa.

Jauh hari sebelum saya bisa mengalahkan rasa malas menulis, konon ada seorang ahli fisiologi bernama mbah Ivan Pavlov dari Negeri Beruang Merah, Rusia, yang melakukan eksperimen terkait perilaku yang merupakan respon (reaksi) dari stimulus (aksi, rangsangan) yang diberikan. 

Teori ini selanjutnya populer di dunia psikologi dan disebut dengan nama teori pengkondisian klasik atau classical conditioning,  inti dari eksperimen tersebut disimpulkan bahwa perilaku seseorang bisa diarahkan supaya sesuai yang diinginkan terjadi, dengan terlebih dahulu memberikan stimulus atau rangsangan yang konsisten. Baca: ini 

Dengan kata lain jika kita ingin mendapatkan perubahan perilaku pada seseorang maupun diri sendiri, maka kita bisa mendapatkannya dengan cara mengkondisikan terlebih dulu situasinya dengan memberikan stimulus atau rangsangan yang sesuai.

Rasa malas menulis pada diri saya adalah problem perilaku yang membuat saya tidak produktif. Dampaknya menjadi mudah emosional karena tidak bisa menyalurkan ide yang menumpuk di kepala, wawasan saya semakin terbatas, kecerdasan verbal saya tidak berkembang bahkan cenderung menurun karena lupa, kosakata saya minimalis sebab tidak ada upaya mencari yang baru, dan dalam jangka panjang saya takut menjadi cepat pikun, wah pikun ini yang berbahaya hee... Nah dari pada mikirin yang menakutkan itu maka saya memutuskan untuk mengalahkan rasa malas menulis, motivasi ini tentu menjadi faktor pendukung yang kuat  untuk berhasil.

Disisi lain sesuai teori classical conditioning tersebut ketika ada stimulus berupa ide maka langsung tulis artikelnya, jika waktu dan ruang tidak mendukung setidaknya ditulis dulu di HP tema dan pokok-pokok pikirannya sebab ide bisa muncul kapan saja dan dimana saja, jangan biarkan ia lepas  berlalu begitu saja. 

Ketika ada stimulus berupa event lomba menulis dalam rentang waktu tertentu coba ikuti dari hari ke hari, awalnya mungkin berat tetapi selanjutnya akan lebih terasa ringan karena ada energi baru yang dihasilkan dari semangat atas pengalaman keberhasilan menulis pada hari pertama. 

Jika tulisan masuk kategori pilihan (highlight) apalagi kategori artikel utama (headline) teruslah tambah jumlah artikel baru, jadikan apresiasi highlight dan headline yang sudah didapat sebagai api semangat untuk terus produktif menulis artikel baru dengan tema apapun. Poinnya adalah membiasakan diri dulu untuk menulis. 

Jika menulis sudah kita raih sebagai kebiasaan, baru selanjutnya melangkah lebih jauh seperti para senior Kompasiana yang sudah bergelar Taruna di angka poin rentangan 1.501 ke 10.000, sampai gelar tertinggi yaitu Maestro dengan pencapaian  direntang 250.000 sampai dengan 1.000.000 poin. 

Ketika waktu telah mengantarkan kita pada keahlian yang lebih spesifik dalam menulis tema-tema tertentu sesuai minat atau keahlian kita maka kita bisa mengkhususkan diri pada kategori khusus yang akan semakin menambah pencapaian poin kita seperti para senior tersebut.

Nah itulah salah satu pencapaian receh saya dalam bidang menulis di Kompasiana tahun 2020 kemarin, recehan memang, tetapi receh  yang bermakna bagi saya. 

Sekarang sudah masuk tahun baru 2021, saatnya menerapkan pengalaman tahun kemarin agar tahun ini mendapatkan receh yang lebih banyak lagi dengan menerapkan teori mbah Ivan Pavlov. Bukan hanya dalam hal menulis saja, tetapi tentu juga bisa dibidang yang lain. Salam receh sak hoha....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun