Kadang materi guyonannya rada mengarah ke hal-hal yang berbau porno, ini menyenangkan bagi paara pekerja pria, tetapi tidaklah demikian bagi Yu Ratmi.Â
Walau secara fisik ia bekerja seperti halnya para pria, namun sejatinya dia adalah wanita yang berhati lembut. Seorang ibu yang tidak punya niat dan keinginan neko-neko kecuali hanya bekerja, untuk mendapatkan uang agar keluarganya bisa hidup selayaknya.Â
Sekalipun pendiam Yu Ratmi juga bisa bersikap tegas bila ada hal-hal yang dia rasa melebihi batas. Justru ini yang bisa membuat kawan-kawannya terkejut, dan akhirnya tidak sembarangan dalam bersikap kepada Yu Ratmi.
Bagaimana menyiasati pengeluaran agar upah harian yang ia dan suaminya kumpulkan tidak boros? Pertama, berangkat kerja ia membonceng suaminya. Dulu mereka naik sepeda onthel, seiring waktu mereka bisa membeli motor bekas untuk dipakai berdua. Pilihan sederhana yang cukup menghemat biasa transportasi.Â
Kedua, Yu Ratmi selalu memasak bagi keluarganya sewajarnya para ibu, setelah semua sarapan ia menyisihkan bekal makan siang untuk dibawa ke lokasi proyek. Sehingga ketika tiba waktunya makan siang, ia akan membuka bekal tersebut dan menikmati makan siang seadanya bersama sang suami.
Saya melihat kekuatan cinta dan kasih sayang yang ada dalam hati Yu Ratmi bagi keluarganya sehingga ia memiliki semangat yang luar biasa untuk terus bekerja di proyek bangunan. Rasa lelah, panas matahari, gerimis hujan, terpaan angin adalah hal yang biasa harus diterimanya.Â
Bagaimanapun ia harus cuek dengan hal-hal susah yang bisa menyurutkan semangatnya, alih-alih mengeluh ia memilih menerimanya denga tulus. Itulah kekuatan cinta dari Yu Ratmi untuk suaminya, untuk anak-anaknya, untuk keluarga kecilnya.
Selamat Hari Ibu untuk Yu Ratmi dan setiap Ibu yang turut berjuang bersama suaminya demi cinta dan kasih sayang bagi keluarga. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H