Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kunci Komunikasi Yang Berhasil

10 Agustus 2019   11:00 Diperbarui: 4 September 2019   16:38 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi komunikasi (sumber: www.ikhtisar.com)

Komunikasi anda disebut berhasil jika orang lain mengerti dan melakukan apa yang anda harapkan.

Suatu kali  seorang guru senior yang hampir pensiun mendampingi  guru muda dengan langkah pasti memasuki ruang kelas untuk mengajar, rupanya ia sedang melakukan pendampingan kepada guru muda tersebut sebelum benar-benar pensiun beberapa minggu lagi. Ketika memasuki ruang kelas ternyata muridnya banyak yang masih bermain, ada yang sedang asyik ngobrol sambil duduk dikursi dan beberapa diatas meja, ada juga yang bergerombol di pojok, dan ada yang sedang bersandar di tembok sambil bercanda-tawa, ada pula beberapa murid  yang berdiri membentuk lingkaran bermain tebak-tebakan gunting-batu-kertas.  Melihat itu kemudian guru muda secara sigap mengambil inisiatif untuk mengkondisikan kelas dengan  berkata  penuh wibawa, "Mohon perhatian, anak-anak silakan segera duduk, pelajaran akan segera kita mulai."
Hening sejenak...semua menoleh kepada Sang guru muda....namun sedetik berikutnya terdengar celoteh anak-anak itu yang asyik  bermain kembali tanpa menghiraukan perintah Sang Guru. Masam wajah Sang Guru muda dicuekin murid-muridnya. Melihat hal itu guru senior mengerlingkan mata ke guru muda dan dengan tenang Sang Guru senior berkata, "Siapa yang ingin segera pulang, segera duduk di kursi masing-masing ya..." Sontak serentak semua murid di dalam kelas itu berlarian menuju kursi masing-masing dan duduk tenang siap mendengarkan Sang Guru, supaya bisa segera pulang.

Seringkali kita melihat banyak pola komunikasi yang tidak maksimal, atau lebih tepatnya adalah gagal. Sebuah komunikasi dinyatakan gagal ketika apa yang diinginkan oleh penyampai pesan (komunikator) tidak dilakukan oleh penerima pesan (komunikan) dengan tepat.

Contoh, seorang sales mesin cuci yang berulang-kali menawarkan produknya kepada seorang ibu rumah tangga namun tidak pernah berhasil,  seorang agent insurance yang bertubi-tubi memberikan promosi kepada seseorang namun tak ada juga keputusannya untuk mengambil polis. Atau mungkin anda punya pengalaman menyampaikan himbauan namun tidak direspon, ajakan yang tidak sambut dengan antusias, bahkan perintah yang tidak sepenuhnya dilaksanakan.  Atau yang sering terjadi di masyarakat ketika seorang Ketua RT mengundang warganya untuk aktif dalam pertemuan bulanan namun yang hadir tidak sampai lima puluh persen.  Ada saja alasan yang bisa disampaikan untuk menolak semua itu. 

Informasi yang kita berikan kepada orang lain ibarat kita memasukkan buah kedalam juicer, ia akan mengolahnya sedemikian rupa sehingga menghasilkan juice buah yang enak seperti yang kita harapkan. Dalam proses seseorang berpikir atas informasi yang kita berikan, ada semacam filter aktif yang berfungsi untuk menyaring informasi tersebut. Ada yang menyebut filter ini sebagai benteng pertahanan, atau area kritis, biasa dikenal dengan RAS (Recticular Activating System). Disinilah terletak semua keyakinan atau belief seseorang  yang apabila informasi yang diterimanya tidak sesuai dengan keyakinan itu maka hasilnya adalah NO alias penolakan.

Jadi apabila bertemu dengan orang yang memiliki keyakinan atau belief yang tidak sama dengan informasi yang kita sampaikan kepadanya, apa yang musti kita lakukan? Jangan pernah membenturkan keinginan kita dengan benteng pertahanannya (baca : belief-nya) apalagi berusaha menyerangnya sebab hal ini akan sia-sia saja. 

Terimalah apa yang menjadi belief-nya yang disampaikan dengan berbagai argumentasi itu, baru kemudian arahkan kembali kepada informasi yang kita ingin ia terima dan lakukan. Contoh, kita ingin anak kita berani memanjat pohon, maka kita ingin mengajari dia untuk latihan memanjat, ternyata ia menolak dengan berkata,"Ayah aku takut naik pohon ntar bisa jatuh..".  Terima aja apa yang ia katakan tanpa membantahnya, sebab anak sedang dalam suasana kuatir bahkan takut, ia membutuhkan dukungan kita untuk merasa aman, maka kita bisa berkata, "Iya nak, kalau latihan memanjat sendirian bisa jatuh, maka ayah akan memegangimu sehingga kamu aman, Nak." 

Lihat reaksinya, kita tidak berusaha menentangnya, bahkan kita setuju dengan apa yang sedang dirasakannya, dan selanjutnya kita memberikan dukungan kita untuk kebaikannya.

Oya mumpung sekarang sedang rame merayakan HUT RI ke 74 mari kita ambil contoh saja yang sering terjadi ya, misal kita mengajak tetangga kita yang jarang meluangkan waktu bersosialisasi karena kesibukannya untuk ikut hadir  memeriahkan acara perayaan HUT RI dengan ikut lomba karaoke atau minimal mau datang untuk meramaikan suasana bertemu dengan sesama warga, ternyata tetangga kita tersebut menolaknya karena ia merasa tidak percaya diri untuk menyanyi karaoke, ia bersuara  fals alias "cempreng" dan sangat tidak  cocok baginya  untuk menyanyi. Kita lihat bahwa ia merasa tidak yakin, tidak pede, tidak kompeten, untuk bernyanyi karaoke, sehingga pemikiran dan perasaan tersebut bisa terlontar dengan kalimat, "Saya tidak suka menyanyi karena suara saya fals, saya nggak mau ah..". 

Eitss..jangan ditentang apalagi dicibir ya..Respon kita adalah menerima belief-nya tersebut kemudian mengarahkan kembali kepada ajakan kita, "Iya saya setuju bahwa sulit untuk tampil bernyanyi karaoke dengan suara fals, kita bisa hadir disana dan menikmati karaoke para peserta lain sambil minum kopi". 

Akan beda dampaknya bila kita menjawabnya demikian, "Iya okelah kalau tidak mau ikut lomba karaoke karena suaramu fals, daripada malu". Haduh sudah fals ditakuti-takutin lagi...tambah menolak pastinya.

Satu hal lagi yang juga sangat penting mendukung terjadinya komunikasi yang baik dan menghasilkan perubahan perilaku adalah kepercayaan. Kepercayaan antara komunikator dengan komunikan dibangun dari hubungan baik. Seorang anak akan sangat mudah menuruti perintah yang diberikan oleh ayahnya daripada perintah yang diberikan oleh orang yang tidak dikenalnya, ya logis saja sebab si anak sangat mengenal dekat dan percaya kepada ayahnya. Didalam lingkungan sekolah seorang murid akan merasa aman dan nyaman ketika berada didekat gurunya daripada didekat para orang tua yang sedang menunggu di parkiran sekolah, itu sebabnya seorang murid akan lebih mudah menuruti apa yang dikatakan oleh gurunya karena ia tahu betul siapa gurunya itu.

Hubungan baik membawa pengenalan yang lebih dalam, memupuk rasa percaya sedikit demi sedikit serupa seorang tukang yang membangun sebuah dinding rumah yang disusun bata demi bata. Tanpa hubungan yang baik, seorang komunikator akan gagal menyampaikan pesannya, bukan karena ia tidak mampu tetapi lebih karena ia tidak dipercaya sepenuhnya oleh komunikan. 

Hubungan baik yang menimbulkan kepercayaan ini dapat kita lihat ciri-cirinya: terlihat santai dan akrab, saling bercanda, tertawa bersama, atau bahkan ketika sedang dalam suasana serius berupa curhat yang sampai menitikkan air mata. Semua itu terjadi karena adanya kepercayaan yang menjadi semacam lem perekat hubungan baik diantara keduanya.

Supaya terjadi hubungan baik, seorang komunikator harus menunjukkan itikat baik bukan intimidasi, niat tulus untuk memberikan manfaat kepada komunikan bukan keuntungan pribadi, memahami kebutuhan komunikan untuk disolusikan bukan kemenangan pribadi, membawa kepentingan bersama bukan pemaksaan ide pribadi. 

Apakah semua itu mudah? Tentu tidak, sebab membutuhkan pengorbanan, dan kerelaan untuk terus menerus melakukannya. Namun bagi seorang yang sudah memahami hal ini dengan baik maka tidak akan menjadi hambatan sebab perilaku ini sudah menjadi gaya hidupnya yang relatif permanen yang secara alamiah akan terjadi dengan sendirinya sesuai situasi yang dihadapi.

Para komunikator......Goodluck!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun