Mohon tunggu...
Lanjar Triyono
Lanjar Triyono Mohon Tunggu... Mahasiswa - menulis adalah tempat aspirasi hasil pengetahuan penulis dengan imajinasinya.

Calon Pemimpin masa Depan jalan Allah (Optimis)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pentingkah Kesehatan Mental?

10 Oktober 2022   19:34 Diperbarui: 10 Oktober 2022   21:43 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seberapa sadarkah dengan mental healt temen-temen, kali ini ancaman serius ada di kesehatan psikis. Di mana tradisi atau budaya anak-anak, remaja, emak-emak (kampung) tidak jauh dari pendekatan dengan perkataan yang tidak senonok untuk di ucapkan di publik. Namun, bagaimana lagi itu sudah menjadi cikal bakal masyarakat di zaman modern ini untuk memberi bumbu bahasa percakapan dalam pembahasan kumpul-kumpul. Dan ini tidak lagi ditutupi dan tidak perlu munafik dengan adanya pembullyan yang kerap di lakukan kepada lawan bicaranya. Yang seolah-olah perbuatan tersebut hanya sebagai stay up comedi.

Foto: SatuPersen
Foto: SatuPersen

Sejarah Singkat Penetapan Peringatan Hari Kesehatan Mental Dunia

Seberapa sering temen-temen menjumpai perkataan yang di luar etika berbicara? Maka dari itu penulis ingin mengangkat tema yang menurut penulis krusial di awak media penulisan, yakni "Pentingkah Kesehatan Mental". Menurut Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia setiap 10 Oktober diiniasi oleh Federasi Kesehatan Mental Dunia (WFMH) pada 1992. Dikutip dari laman National Today, WFMH yang saat itu dipimpin oleh Wakil Sekretaris Jenderal Richard Hunter, menciptakan Hari Kesehatan Mental Sedunia.

 Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia baru mengangkat tema khusus pada 1994, dengan tema pertama "Improving the Quality of Mental Health Services throughout the World" atau "Meningkatkan Kualitas Layanan Kesehatan Mental di Seluruh Dunia".
Saat awal-awal diperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia adalah momen bagi pemerintah, organisasi dan individu yang memiliki kepedulian terhadap kesehatan mental untuk mengatur program yang fokus pada aspek perawatan kesehatan mental. Namun dengan adanya perkembangan waktu kali ini mental sangat penting. Pieper dan Uden (2006) mengatakan bahwa kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang realistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan dan kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.


Melalui laman resminya, World Federation of Mental Health (WFMH) telah menetapkan "Make Mental Health & Well Being for ALL a Global Priority" atau "Jadikan kesehatan mental untuk semua sebagai prioritas global". Sebagai tema Hari Kesehatan Mental Sedunia 2022. Tema ini dipilih berdasarkan pemungutan suara secara global, termasuk dari anggota WFMH, pemangku kepentingan, dan pendukung. Alasan mengapa tema ini dipilih karena ia memiliki makna kesejahteraan orang-orang dengan gangguan mental yang kurang beruntung. Dengan demikian, siapa pun dituntut harus peduli dengan kesehatan mental, apalagi dengan kondisi pandemi seperti sekarang ini.

Menurut Pandangan Islam

Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw 'Ilmiah Nafsi (1970), membagi penyakit jiwa dalam sembilan bagian, yaitu: pamer (riya'), marah (al-ghadhab), lalai dan lupa (al-ghaflah wan nisyah), was-was (al-was-wasah), frustrasi (al-ya's), rakus (tama'), terperdaya (al-ghurur), sombong (al-ujub), dengki dan iri hati (al-hasd wal hiqd). Audzubillah semoga kita semua selalu dalam penjagaan dari sifat yang tercela dan terjaga dari penyakit jiwa. Penulis sepakat jika sebagian dari agama telah setuju untuk tidak mencela saudara seiman. Akan tetapi itu belum bisa di uraikan karena adanya beberapa faktor diantara lainnya keperluan stay up comedi kehidupan (untuk menyamarkan kata ke-dzalim-an).


Dokter  kejiwaan bernama  Ali  ibnu  Sahl  Rabban  al-Tabari.  Lewat  kitab  Firdous  al-Hikmah yang ditulisnya pada abad ke-9M,  dia  telah  mengembangkan psikoterapi  untuk  menyembuhkan pasien  yang  mengalami  gangguan jiwa.  Al-Tabari  menjelaskan, pasien  kerap  kali  mengalami  sakit karena imajinasi atau  keyakinan yang sesat.  Untuk  mengobatinya,  kata  al-Tabari,  dapat  dilakukan  melalui "konseling  bijak". Dimana dalam Al-Qur'an berbunyi :
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS Ar Ra'd 13:28)


Jika di tafsirkan ayat tersebut cenderung medamaikan sebuah kegaduhan dalam mental itu sendiri. Secara jelas Islam itu agama yang damai dan tidak berlebih dalam hal apapun bercakapun ada batasnya supaya tidak menyingung seseorang tersebut.

Pengertian

Penyakit jiwa (psichoses) adalah kelainan kepribadian yang  ditandai oleh mental dalam (profound-mental) dan gangguan emosional. Penyakit tersebut dapat mengubah individu normal menjadi tidak mampu menyesuaikan dirinya dalam masyarakat (abnormal). Dua istilah yang dapat diidentifikasikan dengan psychoses ini adalah insanity dan dementia. Insanity  adalah istilah resmi yang menunjukkan bahwa individu itu kacau dan terganggu akibat tindakannya. Pada saat lain istilah demenia digunakan untuk kebanyakan kelainan mental, tetapi secara umum kini diinterpretasikan sebagai sinonim dengan kekacauan mental (mental disorder) yang menyolok. Kebanyakan semua penyakit jiwa ini disertai dementia  (James D, Page. 1978:209).

Gejala Gangguan Mental

-Perubahan perilaku
-Perubahan mood
-Kesulitan berkonsentrasi
-Penurunan berat badan
-Penyakit diri sendiri
-Muncul beberapa masalah kesehatan
-Masalah yang intens

Faktor Penyebab

*Faktor biologi: genetik, kimia pada otak, gangguan pada otak
*Faktor kehidupan: trauma, pelecehan, racun, alkohol, obat-obatan
*Faktor keluarga: riwayat keluarga, masalah keluarga

Data Kasus Pasien Kesehatan Mental

www.pdskji.org
www.pdskji.org

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi (Rokom, 2021). Survei mengatakan bahwa 1 dari 5 orang di Indonesia usia 15 sampai 29 tahun terpikir untuk mengakhiri hidup. Selanjutnya 1 tahun pasca pandemi oleh survei yang berbeda didapatkan data 2 dari 5 orang memikirkan untuk bunuh diri. Dan sekarang di tahun awal 2022 itu sekitar 1 dari 2 orang yang memikirkan untuk mengakhiri hidup,'' kata dr. Hervita.


Salah satu kasus contoh yang terjadi, dimana mahasiswa baru UGM FISIPOL yang berusia 18 tahun. Lompat dari lantai 11 salah satu hotel di wilayah Colombo, Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabid Humas Polda DIY Kombes Yuliyanto mengatakan peristiwa terjadi pada Sabtu (8/10/2022) sekitar pukul 15.00 WIB. Kasus tersebut di akibatkan karena adanya surat psikologi dari dokter. Sebelumnya saat di konfirmasi kepada keluarga, orang tua TRW telah mengalami firasat buruk. Orang tua korban sempat mencari korban di tempat tinggalnya namun tidak di ketemukan. Sebelumnya sempat ada masalah keluarga (orang tua korban).

Pertanyaan Krusial ?

1.Seberapa pedulinya orang lain dengan masalah kerabat/saudara/teman?
2.Jika ruang psikiater/psikologi tidak dapat pasien apa yang akan terjadi di masyarakat?
3.Bagaimana pasien (gangguan kesehatan mental) melampiaskan masalah yang kontroversial, seperti mabuk/berjudi/dan bermain hiburan malam, menurut agama?
4.50% pasien takut dengan dakwah/komentar yang tidak baik, karena pasien lebih sensitif dalam menangkap interaksi komunikasi?
5.Sudahkah kalian terlibat dengan masalah? Seperti apa yang kalian lakukan untuk mengatasinya?


Cukup lakukan tindakan ini dengan nyata. Kasus ini, bukan kasus yang biasa tapi ini bisa menelan korban (pasien) dalam bentuk apapun. Karena kasus ini kerap kali ada di belahan dunia lain selain Indonesia. Hanya saja konsep dari pertanyaan tersebut belum bisa banyak dan lebih dalam mengatasi perlu stekhoder terkait membantu edukasi, promosi, dan beri mereka energi. Karena tekanan mereka begitu nyata hanya dalam bawah sadar mereka alami. Jadi seberapa terlibatnya temen-temen bisa membantu 99% membantu masalah mereka.

Daftar Pustaka


1.Nur Rohmi Aida, (2020). "Hari Kesehatan Mental Sedunia, Sejarah, dan Pentingnya Investasi Mental". Artikel kompas.com  Link: https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/10/131400065/hari-kesehatan-mental-sedunia-sejarah-dan-pentingnya-investasi-mental-?page=all.
2.Zainuddin, (2020). "Islam dan Masalah Kesehatan Jiwa". GEMA; media informasi & kebijakan kampus. UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG. Link : https://uin-malang.ac.id/r/200501/islam-dan-masalah-kesehatan-jiwa.html
3.Klikdokter, (2021). "Kesehatan Mental".
4.Rokom. (2021, October 7). "Kemenkes Beberkan Masalah Permasalahan Kesehatan Jiwa di Indonesia. Sehat Negeriku". https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20211007/1338675/kemenkes-beberkan-masalah-permasalahan-kesehatan-jiwa-di-indonesia/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun