Mohon tunggu...
Teacher Adjat
Teacher Adjat Mohon Tunggu... Guru - Menyukai hal-hal yang baru

Iam a teacher, designer and researcher

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menanti Aksi Mba Rara "Sang Pawang Hujan" Menggeser Harga Minyak Goreng

21 Maret 2022   13:51 Diperbarui: 21 Maret 2022   13:58 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar; Mba Rara saat melakukan ritual di Mandalika (sumber; Twitter/MotoGP)

Judul di atas nampaknya sangat tidak logis. Mana mungkin seorang pawang hujan bisa menggeser harga minyak goreng. Jangankan harga minyak, kemampuannya menggeser hujan saja belum tentu sepenuhnya terbukti. 

Bahkan menurut pengakuan seorang pawang hujan sendiri, tingkat keberhasilan mereka dalam menggeser awan hujan tidak sampai 70%. Namun begitulah negri ini, sering kali nalar kita dibuat "tertunduk" oleh irrasionalitas yang dipertontonkan.

Nama "Mba Rara" tiba-tiba menjadi sorotan paska gelaran MotoGP yang diselenggarakan di sirkuit Mandalika kemarin. Aksi hujan-hujanannya sambil memukul sesuatu ke wadah emas di perlintasan balapan mendapatkan berbagai respon dari netizen, ada yang menghujat namun tidak sedikit yang justru salut. 

Bahkan akun Twitter resmi MotoGP sempat mengunggah foto Mba Rara yang sedang membaca jampi-jampian dengan caption ucapan "Thank you for stopping the rain!". Belakang diketahui bahwasanya Mba Rara adalah seorang Pawang Hujan.

Sekilas tentang Pawang Hujan.

Pawang hujan adalah sebutan untuk seseorang yang memiliki kekuatan magic mengendalikan cuaca. Profesi pawang hujan telah ada sejak lama, bahkan sebelum negara ini didirikan. 

Akan sejarahnya bahkan menembus sampai ke zaman Majapahit, sehingga dikenalah nama-nama seperti Ki Bogang yang dengan kesakitiannya mengendalikan cuaca bisa membuat benteng pertahanan pasukan tartar kocar-kacir. 

Di masa awal kemerdekaan, peran pawang hujan juga pernah dilibatkan pada saat terjadinya pembantaian gestapu sehingga sungai Bengawan Solo ketika itu membanjiri kota dengan membawa mayat-mayat korban gestapu.

Dalam tradisi Betawi, profesi pawang hujan lebih dikenal dengan sebutan Dukun Pangkeng. Jasa dukun pangkeng umumnya digunakan untuk acara-acara kemasyarakatan seperti pernikahan, khitanan ataupun perayaan hari-hari besar keagamaan. 

Dalam prakteknya dukun pangkeng bukan bertindak menolak atau menghentikan hujan, mereka hanya melakukan usaha agar hujan berpindah ke wilayah lain. Medium yang digunakan para dukun pangkeng dalam melancarkan aksinya yaitu berbagai jenis sesaji seperti ayam bekakak, rokok, kopi pahit, buah-buahan dan sebagainya.

Sementara itu, dalam tradisi Jawa profesi pawang hujan lebih mengedepankan hitung-hitungan primbon. Pawang hujan dalam tradisi jawa lebih dipercayai sebagai kemampuan kolektif bukannya perseorangan, jadi siapapun bisa menghalau hujan asalkan tau caranya. 

Cara yang dilakukan pun bermacam-macam, ada yang melempar celana dalam perempuan ke atas genteng, menaburkan garam sampai membuat tusukan-tusukan yang berisi cabai kering dan bawang. 

Selain itu tidak ada ritual khusus yang dilakukan pada hari H kegiatan atau perayaan. Pawang hujan di wilayah Jawa umumnya adalah tokoh adat atau sesepuh yang dihormati, beliau tidak perlu hadir di lokasi pada saat hari kegiatan karna dipercaya dapat mengatur cuaca dari jarak jauh. 

Di Bali sendiri, prosesi menggeser hujan dikenal dengan istilah nerang hujan. Kemampuan nerang hujan diajarkan turun temurun oleh orang-orang terdahulu.

Seiring berkembangnya zaman dan meningkat pesatnya teknologi, peran pawang hujan masih tetap mendapatkan porsinya di berbagai kalangan masyarakat umum ataupun pejabat pemerintah. 

Buktinya jasa pawang hujan masih tetap digunakan dalam agenda-agenda pemerintahan seperti peresmian insfratruktur, perayaan hari besar nasional dan lain-lain. 

Meskipun demikian pawang hujan juga tidak pernah "mematok" tarif untuk setiap aksinya karna menurut kepercayaan mereka jika mereka menentukan tarif maka kemampuan mereka dalam menghalau hujan akan dicabut.

Fenomena Mba Rara dan Rusaknya Logika Masyarakat.

Raut wajah Mba Rara nampak sumringah. Aksinya menghalau air hujan di sirkuit Mandalika membuahkan hasil, hujan pun perlahan-lahan berhenti dan balapan kembali dilanjutkan. 

Awalnya wanita kelahiran Jayapura 38 tahun yang lalu itu sempat kesulitan karna tidak mendapatkan akses masuk ke lintasan. Panitia yang notabene adalah orang asing tidak tahu maksud dan alasan Mba Rara meminta masuk ke lintasan. 

Akhirnya dengan bantuan panitia dari pihak Indonesia maka akses untuk Mba Rara pun dibuka. Seketika saja ia langsung menuju aspal lalu melakukan ritual seolah-olah tempat tersebut adalah altar sembahyangnya.

Wanita yang memiliki nama panjang Rara Istiati Wulandari tersebut mengaku belajar tentang mistis dari keluarganya. Meskipun Rara beragama Islam sejak lahir, namun ia telah dikenakan oleh ayahnya tentang hal-hal spiritual sedari kecil, oleh sebab itu ia mengaku terlahir sebagai indigo. 

Bahkan ia sudah menjadi pawang hujan pada saat usianya belum genap 9 tahun. Kini Mba Rara bermukim di salah satu apartemen di bali. Ia membuka praktek pawang hujan, ramalan tarot, mediasi dan hipnoterapi. 

Dalam kesempatan lain ia mengaku kenal dekat dengan Menteri BUMN Erik Tohir dan pernah beberapa kali diundang di acara-acara kenegaraan. Bahkan konon Mba Rara ikut serta "mengamankan" upacara pelantikan presiden Jokowi beberapa waktu lalu.

Fenomena Mba Rara mengingatkan kita akan ritual yang belum lama dilakukan juga oleh pemerintah pada saat meresmikan Ibukota Nusantara. Upacara peresmian berbau klenik tersebut juga sempat menggemparkan seantero Indonesia karna tidak sejalan dengan mimpi-mimpi pemerintah yang katanya akan membawa Indonesia ke arah kemajuan teknologi. 

Namun kehebohan itu tak berlangsung lama, masyarakat kita mudah lupa dan hanya bereaksi di awal-awal kejadian. Bahkan sebagian besar justru malah memaklumi hal tersebut sebagai kearifan lokal (local wisdom). Padahal jelas dalam agama Islam hal tersebut menyalahi prinsip-prinsip akidah.

Menurut budayawan Jawa, Prapto Yuwono; sekitar 80% masyarakat Indonesia masih memiliki pola pikir irrasional. Sisanya adalah masyarakat perkotaan yang mengedepankan rasionalitas. 

Namun "sialnya" pola pikir irrasional tersebut kini juga dipertontonkan oleh para petinggi negara. Hal itu dibuktikan dengan ritual-ritual klenik yang diselenggarakan oleh sebagian mereka. 

Tidak hanya dalam hal mistis, pola pikir irrasional para petinggi negara juga mereka terapkan dalam menentukan kebijakan-kebijakan pemerintah. 

Membuka akses bagi turis asing saat covid sedang tinggi-tingginya, melanjutkan pembangunan ibukota saat ekonomi negara sedang terseok-seok dan mencabut HET (harga eceran tertinggi) minyak goreng pada saat langka-langkanya padahal Indonesia dikenal sebagai negara penghasil CPO terbesar di dunia. Ajaibnya beberapa jam setelah HET dicabut pemerintah, produk minyak goreng membanjiri toko-toko swalayan.

Masyarakat pun dibuat susah, para cerdik cendekia merasa rasionalitas mereka seolah dikangkangi oleh tingkah laku para petinggi negara. Namun anehnya, pada musim-musim pemilu masyarakat justru memilih partai tempat para pejabat tersebut berasal dengan menggadaikan suara-suara mereka demi beberapa lembar uang atau paket sembako. Lagu-lagi rasionalitas masyarakat awam tidak berdaya melawan irrasionalitas kepentingan para politikus.

Sosok Mba Rara kini berhasil membelalakkan mata dunia melalui sisi irrasional yang dipertontonkannya. Dipertontonkan pula oleh para pejabat negeri ini. 

Semoga Mba Rara sang pawang hujan yang katanya dekat dengan pejabat negara itu terketuk hatinya untuk juga menggeser harga minyak goreng agar kembali ke tempat semula. Agar tidak ada lagi wanita paruh baya dari istana yang meminta masyarakat merebus semua makanannya. 

Wallahu'alam

Kurniadi Sudrajat
(Anggota Agupena DKI Jakarta/Guru SD)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun