Mohon tunggu...
Teacher Adjat
Teacher Adjat Mohon Tunggu... Guru - Menyukai hal-hal yang baru

Iam a teacher, designer and researcher

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

My Journey at Singapore (Part 1)

20 Maret 2022   16:03 Diperbarui: 20 Maret 2022   16:30 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar; Peron MRT sudah dilengkapi petunjuk naik-turun (Doc Pribadi)

Gambar; Peron MRT sudah dilengkapi petunjuk naik-turun (Doc Pribadi)
Gambar; Peron MRT sudah dilengkapi petunjuk naik-turun (Doc Pribadi)
Singapura negara jiran dengan luas 704 km2 yang saya kunjungi itu memang didiami setidaknya oleh 5 etnis. Yang terbanyak adalah etnis Tionghoa (75%), lalu disusul Melayu (15%), India (9%) dan sisanya merupakan etnis Eurasia serta peranakan. Etnis Tionghoa yang datang pertama kali ke Singapura berasal dari Tiongkok bagian selatan seperti provinsi Guangdong dan Fujian. 

Awalnya mereka datang ke Singapura sebagai pekerja kasar seperti buruh atau kuli, sebagian yang lain berwirausaha hingga akhirnya meraup banyak untung  dan kemudian berhasil menempati  di Singapura. Adapun etnis melayu di Singapura kebanyakan berasal dari Malaysia dan juga Indonesia (khususnya pulau Jawa dan Sumatra). Selain dua etnis tersebut ada juga etnis India yang sebagian besar berasal dari Tamil.

MRT yang kami tunggu-tunggu akhirnya tiba. Budaya antri yang sudah terbentuk disana mengharuskan saya untuk mempersilahkan penumpang yang turun terlebih dahulu. 

Sampai di dalam kereta kami dapati seluruh penumpang tengah sibuk dengan urusannya masing-masing. Meski di jam sibuk kondisi MRT disana tidak padat atau berdesakan. Karena MRT ada setiap sekian menit, calon penumpang pun tidak khawatir terlambat ke lokasi yang akan dituju. 

Hal itu berefek pada kondisi di dalam MRT yang cukup lowong. Ada 2 jenis gerbong, gerbong yang ada kursinya dan yang tidak ada. Kebetulan saat itu saya masuk ke gerbong yang tidak ada kursinya. Gerbong yang tidak berkursi ternyata membuat penumpang mudah berinteraksi satu sama lain, baik pelajar, mahasiswa dan para pekerja serta masyarakat umum.

Gambar; Kondisi di dalam MRT yang tampak lengang (Doc Pribadi)
Gambar; Kondisi di dalam MRT yang tampak lengang (Doc Pribadi)
Sekian cerita saya pada part pertama ini...pada bagian selanjutnya saya akan ceritakan secara detail pengalaman saya mengunjungi salah satu sekolah islam tertua di Singapura yang ternyata memiliki akar sejarah hingga ke Jawa Barat.

Bersambung..

Kurniadi Sudrajat
(Divisi Pendidikan dan Pelatihan RPI/Guru SD)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun