Mohon tunggu...
Teacher Adjat
Teacher Adjat Mohon Tunggu... Guru - Menyukai hal-hal yang baru

Iam a teacher, designer and researcher

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Meningkatkan Nilai Diri Menjadi Pribadi yang Lebih Proaktif

7 Maret 2022   13:28 Diperbarui: 7 Maret 2022   16:17 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup adalah rangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi di tiap harinya. Kadang membuat bahagia, kadang haru, sedih, takut atau khawatir. Sebagian perasaan atau emosi tersebut lahir akibat respons awal kita terhadap ucapan, sikap atau kejadian yang kita hadapi. Ada dua jenis respons apakah reaktif atau proaktif.

Reaktif dikenal dengan respons dadakan kita ketika mendengar ucapan, melihat kejadian atau mengalami sesuatu. Tanpa berfikir sejenak dan menganalisanya sebelum menentukan respons. Umumnya kebiasaan reaktif ini berakibat buruk dalam kehidupan kita. Dalam perspektif agama, terburu-buru itu jelas dari syaitan. Begitu kata baginda Rasulullah Saw. Kenapa dari syaitan? Karna saat dahulu iblis diminta untuk sujud kepada Adam 'alaihis salam, tanpa berfikir sejenak akan kekuasaan Allah ia langsung menolaknya. Sikap reaktif iblis yang demikian akhirnya membuat dia terhina hingga hari kiamat.

"Al 'ajlu minas syaithon" terburu-buru adalah dari syaitan, atau dalam kalimat lain bisa dikatakan "sikap reaktif itu dari syaitan". Sikap reaktif kini juga banyak menjangkiti sebagian besar masyarakat kita. Hal tersebut bisa dilihat dari mulai memudarnya keakraban kita sebagai saudara sebangsa bahkan seagama. Gempuran berita hoax menjadi salah satu penyebabnya, ditambah lagi dengan sikap reaktif masyarakat kita dalam merespon berita-berita terbaru.

Betapa banyak broadcast message yang tidak jelas sumbernya membuat kita bertengkar di media sosial, cuplikan-cuplikan video yang tidak utuh yang membuat seseorang terkriminalisasi akibat respons kita yang reaktif terhadap video tersebut. Kita lupa bahwa agama mengajarkan kita untuk menggunakan pikiran dan hati kita sebelum merespons segala sesuatu. Kata Rasulullah Saw "mintalah fatwa kepada hatimu, karna dosa itu adalah segala sesuatu yang menjadikan hatimu tidak tenang". Setelah kita merenung, jika kita masih ragu maka sebelum kita memberikan respons sebaiknya kita mengkonfirmasi terlebih dahulu kepada yang bersangkutan, atau dalam istilah agama disebut "Tabayyun"

Sikap kehati-hatian kita dalam merespons tersebutlah dikenal dengan sikap proaktif. Seorang yang proaktif tidak akan mudah terprovokasi oleh pesan, video dan berita yang tidak jelas sumbernya. Belum lama ada seorang ustadz yang dipolisikan oleh sekelompok organisasi dikarenakan cuplikan video ceramahnya beberapa tahun lalu tersebar di media sosial, padahal jika kita menonton video tersebut secara utuh jelas sekali apa yang dituduhkan kepada sang ustad tidak berdasar. Sikap reaktif kitalah yang akhirnya justru mempermalukan kita sendiri.

Dalam buku best seller "Sevev Habits Highly Effective People" Stephen Covey menjelaskan bahwa habit pertama yang akan menjadikan seseorang itu sukses dan bahagia dalam kehidupan yaitu Be Proactive. Beliau menerangkan bahwa seorang proaktif dapat mengidentifikasi mana lingkaran yang bisa dia pengaruhi (circle of control) dan mana yang tidak (circle no control).

Sumber; Seven Habits Highly Effective People
Sumber; Seven Habits Highly Effective People

Seorang proaktif jelas akan fokus pada area yang dapat dia pengaruhi saja, seperti suasana hati, mindset, kapasitas dan kualitas diri. Adapun lingkaran yang tidak dapat dipengaruhi (circle no control) antara lain; persepsi orang lain terhadap kita, penilaian orang lain kita, cuaca, kondisi negara dan lain-lain. Menurut Covey, pada akhirnya jika kita mampu mengoptimalkan lingkaran pengaruh kita, maka dengan sendirinya circle no control kita akan mengecil. Dengan kata lain, apapun faktor eksternal yang disinyalir akan mempengaruhi kesuksesan kita tidak akan lagi menjadi masalah.


Masih di habit pertama, Stephen Covey juga menjelaskan bahwa seorang yang proaktif pasti dia mengetahui kapan saatnya menekan tombol pause. Nah disinilah kemampuan kita untuk bersabar dan merenung diuji. Sebagaimana yang saya jelaskan di awal seorang yang proaktif takkan mudah dipengaruhi oleh berita-berita yang belum jelas sumbernya. Ia akan menekan tombol pause-nya dahulu untuk menganalisa, merenung dan mengkonfirmasi sebelum nantinya ia memberikan sikap. Apakah ia akan respons atau bisa juga dia acuhkan. Karna dalam hal-hal tertentu sikap diam adalah bentuk respons yang tepat.

Namun "(When you are reactive, there is no space between what is happening to you and how you respond) ketika Anda reaktif, tidak ada ruang antara apa yang terjadi dengan bagaimana cara Anda merespons). Lanjut covey dalam bukunya menjelaskan tentang situasi seorang yang reaktif sehingga setiap keputusan yang diambil selalu emosional. Menjadi seorang yang proaktif berarti kita harus menciptakan ruang bagi untuk berhenti sejenak sebelum kita mengambil keputusan merespons.

Sumber; The 7 Habits of Successful Families
Sumber; The 7 Habits of Successful Families

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun