Dari pengalaman saya, jam 10 pagi saya selesaikan semua tahap pendaftaran, jam 14.30 sudah mendapat email pemberitahuan bahwa SIM siap diambil di Satpas. Nggak pakai lama, tapi mungkin tergantung juga kondisi di tiap daerah.
Saya terpikir juga, kalau yang SIM-nya memilih dikirim berarti nggak perlu menyerahkan SIM lama. Wah, SIM lama bisa dikoleksi dong, buat kenang-kenangan. Dari awal bikin SIM sampai sekarang, saya ndak pernah menyimpan SIM lama, selalu diserahkan.
Saya berharap ke depannya tes kesehatan bisa dilakukan secara online. Tes buta warna memungkinkan dibuatkan versi onlinenya. Tinggi badan dan berat badan kan bisa diukur sendiri. Kalau tensi, tiap hari bisa berubah, kayaknya nggak signifikan.Â
Kalaupun tes kesehatan tetap harus datang, maka daftar dokter dan faskesnya diperbanyak sehingga memudahkan orang rikkes di mana saja, dan antriannya tidak menumpuk.
Saya teringat sekitar tahun 2000-an ketika perpanjangan SIM, mesti datang langsung ke kantor polisi dengan kerumunan, mengisi formulir berlembar-lembar yang isinya sebenarnya yang itu-itu saja.Â
Syukurlah masa-masa itu sudah berlalu. Moga-moga saja ke depan tidak ada lagi yang bikin ide tambahan tes untuk perpanjangan SIM. Cukup tes psikologi saja.
(*Catatan: Karena setiap waktu ada perkembangan, kemungkinan ada update perubahan dari apa yang sudah saya alami, sehingga yang lain memiliki pengalaman berbeda)
WYATB GBU ASAP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H