Masa pandemi memaksa kita mentransformasikan banyak layanan menjadi online. Karena daerah saya sudah tercakup di layanan ini, maka saya tertarik mencobanya. Setelah install aplikasi Digital Korlantas, lalu buka.
Kita isikan nomor HP. Saya nunggu-nunggu OTP kok tak mucul. Sampai berkali-kali saya isikan nomor HP dan klik Lanjut. Jebulnya ada SMS datang dengan berisi kode tertentu yang perlu kita klik send. Nah, barulah kita bisa dapat OTP.
Sukses masuk, saya sarankan lengkapi profil dulu. Ada dua aplikasi tes, yaitu erikkes dan eppsi, tapi tidak bisa diakses lewat Playstore.
Saya sarankan pertama lakukan dulu tes psikologi, klik link eppsi di situ. Ingat, sebelum memutuskan ikut tes psikologi, pastikan punya waktu luang sekitar sejam, di mana tidak ada interupsi. Sebaiknya pipis dulu dan siapkan air minum. Oya kita disarankan juga untuk install app eppsi ini ke gawai kita.
Bagian pertama tes psikologi ini hanya menjawab dengan setuju atau tidak dalam sejumlah pernyataan. Ya pokoknya dipikir jawaban yang wajar dan nalar saja.
Bagian kedua tes psikologi, nah ini baru benar-benar uji kecermatan mata. Ada sejumlah pola angka lalu kita diminta menentukan jawabannya. Petunjuknya mungkin agak membingungkan. Ada sekitar 10 lembar, di mana dalam tiap lembar ada 45 baris nomor.Â
Setiap lembar kita dipatok waktu tertentu. Tak perlu buru-buru kerjakan secara wajar saja. Saya juga hanya bisa selesai sekitar 20 nomor per lembar.Â
Sebenarnya di YouTube ada yang memberikan trik cara cepat menjawab soal tersebut. Tapi kalaupun kita lakukan dengan santai, juga tetap bisa lulus kok.
Oya ada pembayaran untuk tes psikologi, di waktu saya tes dikenakan biaya sekitar Rp 37.500,00. Setelah sukses tes psikologi kita bisa melihat hasilnya. Ini contoh hasil tes saya, saya sendiri ndak mudeng apa maksudnya:
Babak selanjutkan adalah rikkes. Klik link erikkes di aplikasi Digital Korlantas. Lalu kita tentukan lokasi faskes tempat kita akan cek kesehatan (rikkes).Â
Pengalaman saya, saya memilih gerai SIM di sebuah mal. Jebulnya pas pagi-pagi saya datang ke sana, lalu tanya petugas mal, ternyata gerai SIM tersebut sudah lama tutup karena pandemi.Â
Tololnya saya, tidak cek dulu di socmed dan berita internet. Tapi saya jengkel juga, lha wong tutup kok pilihannya tersedia di SIM online. Perlu lebih sering diupdate daftarnya.
Terpaksa saya langsung ke kantor Satpas Polres untuk bertanya. Disarankan untuk mendaftar lagi lewat erikkes ke sebuah faskes.Â
Saya sarankan buat teman-teman, sebelum memilih faskes, pastikan faskes tersebut masih aktif. Maklum gara-gara pandemi banyak perubahan.
Meski disarankan untuk install erikkes ke gawai kita, saya coba berkali-kali gagal. Tapi saya tetap bisa lanjut meski tidak menginstall erikkes.
Setelah hasil tes psikologi dan tes kesehatan kita diverifikasi, kita bisa lanjut mengisi data dan upload copy KTP, copy SIM, tanda tangan, dan pas foto. Syarat pas foto adalah latar belakang warna biru. Oya ada juga yang menyarankan jangan pakai baju hijau.
Saya sendiri berfoto di halaman rumah dengan memanfaatkan selimut yang digantung di jemuran sebagai latar belakang. Bagaimanapun ternyata cahaya matahari yang paling bagus.
Inilah keunggulan SIM online, kita bisa coba foto berkali-kali sampai puas sesuai keinginan kita dan isa sambil senyum pula.Â
Baru kali ini foto SIM saya mirip George Clooney, biasanya kayak habis bangun tidur. Maklum kelamaan antre jadi bete.
Upload juga tanda tangan kita yang sudah dibuat di atas kertas putih. Di sini keunggulan SIM online, kita bisa tanda tangan pelan-pelan dalam suasana tenang.Â
Saya kadang merasa kurang puas saat tanda tangan SIM, maklum banyak orang, banyak antrean, jadi bikin kurang tenang saat tanda tangan. Jadi dengan SIM online, fotonya ganteng, tanda tangannya cakep.
Selanjutnya mengisi nomor rekening pengembalian (mungkin bila ada pembatalan dalam pembuatan SIM).
Selanjutnya kita tentukan apakah SIM akan:
- Dikirim lewat pos
- Diambil sendiri di kantor Satpas yang kita pilih
- Diambil orang lain dengan surat kuasa
Saya pilih diambil sendiri. Setelah proses ini selesai, kita bisa memeriksa perkembangan pemrosesan SIM di bagian Transaksi. Setiap ada kemajuan akan diupgrade. Biasanya awalnya 40%, lalu 50%, 60%, dst.
Oya, gambar SIM Digital yang ada di situ jangan dijadikan patokan, di situ masa berlakunya masih belum tepat, bikin bingung saja.
Untuk mengambil SIM baru persiapkan KTP dan SIM lama. Oya, bila berminat melakukan perpanjangan SIM secara online sebaiknya cadangkan waktu sekitar 2 minggu sebelum berakhirnya masa berlaku SIM. Jadi kalau suatu saat ada kegagalan, bisa banting stir ke yang offline.
Saya baru terpikir SIM yang sekarang tanpa sidik jari lagi. Mungkin juga gak guna ada sidik jari di SIM. Info tinggi badan juga tak ada lagi. Sekarang ada info golongan darahnya, menurut saya ini informasi yang sangat penting.
Pada tahapan yang memerlukan verifikasi selfie, terkadang kamera nggak aktif, coba back dulu, lalu maju lagi.
Pada tahapan verifikasi wajah, bila terjadi delay lama, coba back saja. Tunggu beberapa lama sebelum coba lagi.Â
Saya punya pengalaman delay verifikasi wajah saya biarin, ternyata sampai 2 jam belum selesai-selesai, ini kalau di bahasa komputer namanya nge-hang.
Dari pengalaman saya, jam 10 pagi saya selesaikan semua tahap pendaftaran, jam 14.30 sudah mendapat email pemberitahuan bahwa SIM siap diambil di Satpas. Nggak pakai lama, tapi mungkin tergantung juga kondisi di tiap daerah.
Saya terpikir juga, kalau yang SIM-nya memilih dikirim berarti nggak perlu menyerahkan SIM lama. Wah, SIM lama bisa dikoleksi dong, buat kenang-kenangan. Dari awal bikin SIM sampai sekarang, saya ndak pernah menyimpan SIM lama, selalu diserahkan.
Saya berharap ke depannya tes kesehatan bisa dilakukan secara online. Tes buta warna memungkinkan dibuatkan versi onlinenya. Tinggi badan dan berat badan kan bisa diukur sendiri. Kalau tensi, tiap hari bisa berubah, kayaknya nggak signifikan.Â
Kalaupun tes kesehatan tetap harus datang, maka daftar dokter dan faskesnya diperbanyak sehingga memudahkan orang rikkes di mana saja, dan antriannya tidak menumpuk.
Saya teringat sekitar tahun 2000-an ketika perpanjangan SIM, mesti datang langsung ke kantor polisi dengan kerumunan, mengisi formulir berlembar-lembar yang isinya sebenarnya yang itu-itu saja.Â
Syukurlah masa-masa itu sudah berlalu. Moga-moga saja ke depan tidak ada lagi yang bikin ide tambahan tes untuk perpanjangan SIM. Cukup tes psikologi saja.
(*Catatan: Karena setiap waktu ada perkembangan, kemungkinan ada update perubahan dari apa yang sudah saya alami, sehingga yang lain memiliki pengalaman berbeda)
WYATB GBU ASAP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H